Rabu, 01 Februari 2017

Aku dan Hidup

Aku adalah aku, dan hidup adalah hidup. Aku ada dan bernyawa maka aku hidup. Apakah hidup hanya cukup dengan bernyawa saja? Apakah orang yang bernyawa sudah pasti hidup? Tergantung laah... Tergantung pada apa? Ya tergantung bagaimana kita mendefinisikan hidup itu sendiri. Kalau hidup hanya diartikan bernyawa, bergerak, berkembang biak, bernafas dan semua ciri-ciri fisik semata, tentu semua yang bernyawa disebut hidup. Akan tetapi, kalau hidup lebih diartikan sebuah kebermaknaan dan memberi arti buat lingkungan dan orang lain atau sesama, maka, tidak semua orang bisa dikatakan hidup.

Dari penjelasan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa ada orang yang "tidak hidup" walaupun dia bernyawa. Ada orang yang tidak mati dan tidak hidup. Ada juga yang bahkan sudah mati sebelum ia mati. 

Kreatifitas adalah kunci dari kehidupan yang senantiasa menyala. Semangat yang terus dikobarkan. Dan memberi makna terhadap setiap langkah hidup ini merupakan hal yang harus kita lakukan agar kita selalu "hidup". Kita harus melawan rasa malas yang selalu menghantui diri kita. Setiap orang kadang kalau tidak punya alasan untuk semangat dia akan cenderung berleha-leha. Paling tidak ada dua alasan yang bisa membuat kita semangat dan terjauh dari rasa malas yang mengganggu kita. Pertama, rasa ingin memberikan kebahagiaan dan persembahan terbaik kepada orang-orang yang kita sayangi. Kedua, membayangkan "sakitnya" kalau kita tidak mampu melakukan hal tersebut.

Intinya, mau bahagia dan khawatir sakit adalah dua hal pengungkit semangat hidup kita. Itulah yang membuat hidup kita lebih hidup.

Di samping itu, ada hal yang lebih besar dari 2 hal terebut, yaitu rasa syukur dan penghambaan kepada Allah yang Maha Besar, Allah yang memberi kemampuan besar kepada diri kita berupa potensi yang bisa dikembangkan.

Wallaahu a'lam...