Tampilkan postingan dengan label Tips dan Trik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tips dan Trik. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Januari 2014

Pentingnya Standar dalam Sebuah Keputusan

Ada pelajaran penting dari satu acara study tour yang saya ikuti di sebuah sekolah. Pada tulisan ini saya akan membicarakan masalah pemilihan guru yang akan ikut mendampingi peserta didik, karena guru hanya sebagian yang diikutkan. Memang terdengar masalah kecil, akan tetapi bagaimana pun hal ini akan berimbas besar kalau tidak dikelola dengan baik. Inilah yang saya dengar desas desusnya saat beberapa hari sebelum berangkat study tour. Banyak yang mempertanyakan, atas dasar apa pemilihan yang dilakukan? Karena ternyata dilihat dari sudut mana pun tidak ada standar yang bisa dipertanggungjawabkan.


Peserta didik yang melaksanakan study tour saat itu adalah kelas bawah (kelas 1,2, dan 3), dengan jumlah peserta kurang lebih 250 anak. Sementara kelas atas (kelas 4, 5, dan 6) akan melaksanakan study tour sekitar seminggu kemudian. Idealnya, kalau memang komitmennya guru akan diikutkan semua, maka harusnya ikut semua. Tapi, kalau memang tidak memungkinkan lebih baik guru dibagi dua, yang ikut bersama kelas bawah tidak ikut dengan kelas atas, begitupun sebaliknya. 

Namun, apa yang terjadi? Tiba-tiba muncul nama guru-guru yang diberi kesempatan ikut bersama ke tempat wisata tersebut. Yang muncul 23 guru dari 30 guru yang ada. Itu artinya, ada sekitar 7 guru yang tidak ikut, berarti pada stady tour yang kedua ada guru yang ikut double, dua kali. Ini menurut saya tidak adil. Sementara, ketika diperhatikan kembali ternyata guru-guru yang ikut ada juga yang ngajar di kelas atas dan justru ada yang ngajar di kelas bawah tapi tidak diikutkan. Begitulah kenyataannya dan itu pula yang memunculkan pertanyaan besar dari teman-teman.

Menurut saya, seharusnya pimpinan punya kebijakan yang bisa dipahami. Toh, membuat standarnya kan cukup mudah. Paling tidak, ada dua alternatif yang bisa meredam semua gejolak dan prasangka buruk.
  • Yang pertama, buat standar yang jelas, bahwa guru yang akan ikut mendampingi anak-anak kelas bawah adalah wali kelas dan guru bidang study kelas bawah. Berarti untuk wali kelas dan guru kelas atas akan diikutkan nanti ketika stdy tour kelas atas. Jadi, tidak ada yang ikut 2 kali kecuali koordinator dan pimpinan, asal tetap tahu apa yang harus dikerjakannya selama di jalan dan ketika sampai di sana, jangan cuma santai dan tidak ngapa-ngapain.
  • Yang kedua, kalaupun tidak dibuat standar maka ikutkanlah guru semuanya. Jangan berpikir kalau nanti tidak ada sisa anggaran yang bisa dibagi, toh semua bisa ikut merasakan jalan-jalan bersama anak-anak saja sudah bagus.
Yang terjadi kemarin dan harus dievaluasi dan dikoreksi adalah:
  1. Pemilihan guru pendamping yang hanya didasarkan pada naluri dan perasaan semata.
  2. Pemilihan guru pendamping karena alasan kedekatan atau pertemanan atau kasarnya berdasarkan geng-nya. 
Itulah beberapa hal yang sedikit janggal dan harus dibenahi berikut dengan saran yang sudah saya kemukakan. Semoga apa yang saya sampaikan ini menjadi sedikit pelajaran untuk menghindari adanya kesalahpahaman, gap, ataupun ketidakharmonisan dan buruk sangka. Insya Allah.
Wallahu a'lam.

Selasa, 14 Januari 2014

Resign... Oh, Resign...

Adanya guru yang resign (mengundurkan diri) dalam suatu lembaga pendidikan adalah hal yang biasa dan wajar. Sebagaimana juga bisa terjadi di lembaga-lembaga yang lain. Akan tetapi kedengarannya menjadi tidak wajar kalau dalam satu periode kepemimpinan lembaga pendidikan itu guru yang resign jumlahnya bisa lebih dari 6 atau 7 orang. Ini jadi pertanyaan besar. ADA APA DENGAN SEKOLAH TERSEBUT? Apakah karena gaji yang kecil? Kebijakan yang tidak populis? Kepala sekolah yang tidak menyenangkan? Suasana kerja yang tidak nyaman? Dan banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya. 

Beberapa guru yang mengundurkan diri barangkali punya alasan yang berbeda-beda. Ada yang mendapat tawaran di tempat lain yang lebih menjanjikan. Ada yang disebabkan karena ikut suami (kalau ia perempuan). Ada yang pindah karena suasana kerja yang tidak nyaman. Ada yang disebabkan konflik antar sesama guru. Ada juga yang pindah karena diangkat jadi PNS dan ditempatkan di sekolah lain atau instansi lain. Bahkan ada juga yang keluar karena dipecat.

Sejatinya, resign, pindah tempat kerja, keluar kerja, atau apapun itu namanya, adalah hak semua orang. Setiap guru yang mengajar di suatu sekolah punya hak untuk menentukan pilihannya masing-masing dan memilih tempat kerjanya sendiri. Akan tetapi tentu hal ini perlu ada mekanismenya, karena kalau hal ini tidak diatur pasti eksesnya tidak baik bagi suatu sekolah. Maka, karena pertimbangan itu, beberapa sekolah menetapkan kebijakannya masing-masing. Di antara kebijakan tersebut adalah adanya sekolah yang menetapkan sistem kontrak per tahun. Artinya, setiap awal tahun masing-masing guru menandatangani kontrak sebagai guru selama setahun ke depan. Nah, setelah masa kontraknya habis sekolah tersebut bisa memperpanjang kontrak tersebut bagi guru yang masih dibutuhkan dan masih mau mengajar di sana. Dan bagi yang sudah habis masa kontraknya tapi ia tidak diperlukan lagi di sekolah itu atau memang guru tersebut mau pindah maka kontraknya tidak diperpanjang.

Ada pula sekolah yang tidak menerapkan sistem kontrak ini. Akan tetapi tentu harus ada ketentuan dari sekolah tersebut atau yayasan yang menaunginya agar setiap guru yang mau resign jangan sampai mendadak atau resign di tengah jalan atau di tengah tahun ajaran, karena yang akan jadi korban nanti anak didiknya. Oleh karena itu, seorang pimpinan di sebuah sekolah hendaknya memahami hal ini, agar tidak mudah untuk melepaskan seorang guru untuk mengundurkan diri dengan alasan hak asasi. 

Seorang pemimpin yang bijak tentu akan melihatnya secara menyeluruh. Ketika ada guru yang mau resign, ia akan melakukan evaluasi. Ia akan mempertanyakan dulu, apa faktor pendorong guru tersebut melakukan resign? Apakah murni dari keinginannya tanpa ada hubungan dengan kebijakannya selama ini? Ataukah justru ia berniat resign karena ada kebijakan si pimpinan yang tidak menyentuh rasa keadilannya atau kenyamanan hatinya. Jadi, jangan serta merta ia melihat bahwa niat anak buahnya itu sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja, atau sekedar bilang bahwa itu haknya dia, atau lebih buruk lagi kalau pimpinan berpikir,"biarkan saja dia keluar/mengundurkan diri, toh masih banyak penggantinya yang ngantri." Ini tentu merupakan preseden buruk sebuah lembaga pendidikan. 

Harus diingat, bongkar pasang guru akan membawa efek yang tidak baik bagi peserta didik. Kenapa? Karena masalahnya tidak simpel. Peserta didik perlu penyesuaian diri dengan guru yang baru, dan ia membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bagaimana jadinya kalau beberapa bulan tiba-tiba harus ganti guru. Baru penyesuaian sudah ganti guru lagi. Padahal setiap guru itu punya cara mengajar, pemikiran, dan kebijakan yang berbeda. Maka, sekali lagi anak-anaklah nantinya yang bingung dan jadi korban. Bagaimana mungkin kita berharap kualitas pendidikan yang bagus dengan cara seperti ini.

Jadi, apa yang harus dilakukan seorang pimpinan ketika ada anak buahnya (baca: guru) yang akan mengundurkan diri apalagi dalam jumlah yang banyak? Menurut saya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pimpinan. Pertama, introspeksi diri, apakah yang kita lakukan sebagai pimpinan sudah memenuhi rasa keadilan anak buah kita? Kalau ya, maka kita harus merubah sikap dan kebijakan kita dengan lebih adil. Kedua, lakukan pengamatan, apakah di kalangan anak buah kita saat ini banyak terjadi gap atau ketidak harmonisan? Kalau ya, carai apa penyebabnya, setelah itu bagaimana cara penyelesaiannya? Ketiga, lihat kembali kebijakan penggajian. Kalau alasan mereka resign karena gaji yang kurang, apakah kita sudah berupaya agar penggajian lebih manusiawi? Selain itu, kita juga perlu mengkaji ulang, apakah alasan gaji itu benar-benar alasan utamanya? Keempat, lakukan pendekatan secara personal, buat dia nyaman dan merasa diperhatikan.

Kenapa hal itu harus kita lakukan? Karena ternyata banyak di antara mereka yang mengundurkan diri dari sekolah kita bukan semata-mata karena masalah uang atau gaji yang kurang, justru yang menjadikan mereka punya niat seperti itu karena mereka tidak merasakan kenyamanan mengajar di sana. Jadi, kunci utama seorang guru bisa bertahan di sebuah sekolah adalah rasa nyaman, kekeluargaan, kedekatan, gotong royong, dan perhatian. Walaupun tidak dipungikiri kalau faktor gaji pun menjadi salah satu alasan, tapi sekali lagi itu bukanlah alasan utama. BUATLAH GURU-GURU NYAMAN, MAKA SEKOLAH AKAN MAJU DAN SOLID. 

Kalaupun seorang guru sudah tidak bisa dipertahankan lagi, baik karena kinerjanya yang buruk atau karena memang keinginannya untuk mengundurkan diri sudah tidak bisa ditahan-tahan lagi, maka, yang harus dilakukan oleh pimpinan adalah jangan sampai membuat sakit hati mereka di akhir pengabdiannya. Berikan mereka kesempatan untuk bicara, memberikan kesan dan pesan, serta permohonan maaf. Ini sangat penting dilakukan agar kesan terakhir yang baik itu akan menjadi perisai diri bagi dia agar jangan menjelek-jelekkan sekolah kita ketika dia sudah di luar atau di tempat kerja yang lain. Karena kalau mereka keluar sekolah kita dengan perasaan sakit hati atau tidak dihargai maka ia akan mengumbar kejelekan dan kekurangan sekolah kita kepada orang banyak. Akibatnya, sekolah kita akan tercoreng dan bisa jadi akan mengurangi simpati dan minat orang-orang di luar sana untuk menyekolahkan anaknya di sekolah kita.

Wallahu a'lam.

Senin, 06 Januari 2014

Manajemen Cemburu

A. Definisi Cemburu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cemburu artinya keirihatian, kesirikan, kecurigaan, kekurangpercayaan. Menurut psikolog Ratih Ibrahim cemburu adalah bagian dari rasa, perasaan, yang merupakan bagian dari emosi negatif pada manusia. Cemburu muncul seiring dengan rasa takut akan kehilangan apa yang sudah dimiliki. Cemburu biasa terjadi pada hubungan relasional antara kekasih, suami istri, saudara atau teman terhadap yang lain. 

B. Mengelola Rasa Cemburu

Rasa cemburu bisa jadi "bumbu" dalam pernikahan yang bisa lebih merekatkan hubungan cinta. Ia bisa menjadi bukti cinta. Akan tetapi, kalau rasa cemburu itu muncul secara berlebihan dan dalam intensitas yang sering bisa jadi justru akan merusak suatu hubungan. Oleh karena itu, rasa cemburu harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Berikut ini beberapa tips untuk mengelola cemburu:
  1. Selalu berpikir positif ; Jagalah selalu pikiran kita agar tetap husnudzdzan. Kalau kita sudah melakukan yang terbaik untuk pasangan kita, jangan biarkan pikiran negatif menghantui kita. Karena pikiran itu akan membuat kita selalu takut dan khawatir, pada akhirnya justru hubungan akan semakin tidak nyaman. Serahkan saja semua penjagaannya kepada Allah SWT, karena Dialah Sang Pengelola hati manusia.
  2. Sibukkan diri dengan kegiatan positif ; Dalam kondisi "menganggur" biasanya pikiran kita akan membayangkan yang tidak tidak. Maka dengan menyibukkan diri tentu kita akan mengurangi kemungkinan berpikir yang negatif.
  3. Bergaul dengan orang-orang yang baik ; Orang-orang di sekitar kita akan sangat menentukan sikap yang kita ambil, karena mereka punya pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan. Bergaul dengan orang baik sangat memungkinkan kita lebih berpikir jernih dan lebih baik. 
  4. Menjaga komunikasi ; Kecemburuan yang berlebihan biasanya muncul dari asumsi yang berlebihan dan kran komunikasi yang tersumbat. Oleh karenanya, komunikasi yang baik meniscayakan kita tidak terbelenggu di alam prasangka. Komunikasikan duduk persoalannya dengan elegan sehingga masing-masing pihak bisa saling memahami.
  5. Kenali sifat pasangan ; Banyak di antara kita yang sudah begitu lama bersama pasangan tapi kita belum kenal betul siapa pasangan kita, bagaimana sifat yang sesungguhnya. Kenalilah sifat pasangan kita agar kita bisa lebih tenang saat melepas dia kerja atau keluar rumah. Ketahui apa kesukaan dan ketidaksukaan pasangan kita. Ungkapkan perasaan cemburu kita dengan  bahasa yang dapat diterima oleh pasangan kita. Sesuaikan bahasa kita dengan karakter pasangan kita agar semuanya berjalan baik-baik saja.
  6. Jangan panik ; Kuasai keadaan saat kita dilanda rasa cemburu. Tarik nafas lebih dalam untuk menjaga agar kita tidak meluapkan rasa marah kita. Pikirkan semua dengan jernih. Diskusikan duduk persoalannya dengan kepala dingin.
  7. Ingat terus kebaikan-kebaikan pasangan dan segera lupakan dan maafkan kesalahan-kesalahannya ; Hal ini adalah cara jitu untuk meredam kecemburuan kita. Kita seringkali cemburu dengan hal-hal kecil yang tidak sebanding dengan kebaikan yang sudah diberikan atau dilakukannya kepada kita.
  8. Bersukacitalah ; Nikmati kebersamaan kita dengan pasangan dengan sepenuh hati. Pupuk terus perasaan cinta dan kasih sayang kita baik dengan kata-kata manis maupun dengan sikap-sikap yang menyenangkan pasangan kita. 
Semoga beberapa tips tersebut bisa menjadi sedikit pengingat agar kita bisa mengelola rasa cemburu dengan baik dan elegan. Sehingga rasa cinta dan kasih sayang kita akan tetap terjaga bahkan terus membesar. Insya Allah.

Jumat, 03 Januari 2014

Resep Ayam Bekakak



 
Bahan:
  •    3 sdm minyak sayur
  •   1 batang serai, memarkan
  •   3 lembar daun jeruk purut
  •   1 ekor ayam buras, buang cakarnya, cuci
  •   1 liter santan encer
  •   500 ml santan kental
  •   1 sdm air asam Jawa

Haluskan:
  •   6 buah cabai merah besar
  •   10 butir bawang merah
  •   3 siung bawang putih
  •   4 butir kemiri
  •   4 cm kunyit
  •   2 sdt ketumbar
  •   2 cm jahe
  •   1 cm lengkuas
  •   1 sdt gula pasir
  •   2 sdt garam

Cara membuat:
  1. Biarkan ayam utuh, semat kepalanya dengan lidi agar bisa tegak saat matang.
  2. Atau belah membujur dada ayam hingga terbuka. Lipat sayap ke arah belakang dan tekan agar terbuka, jika perlu semat dengan lidi.
  3.  Tumis bumbu halus bersama serai, dan daun jeruk hingga harum.
  4. Tuangi santan encer, didihkan.
  5. Masukkan ayam utuh, masak hingga santan susut sebagian.
  6. Tuangi santan kental, masak hingga seluruhnya matang dan bumbu mengering.
  7. Angkat. Tuangi sisa bumbu. Sajikan.

Sabtu, 21 Desember 2013

Resep Nasi Liwet Sunda Uyee...



Ada yang tahu nasi liwet? Itu salah satu makanan favorit saya, tiap kali pulang kampung pasti saya bikin nasi liwet di rumah. Selain bakar ikan dan menu pete atau jengkol tentunya.

Nasi liwet adalah salah satu masakan khas Indonesia yang pada umumnya menggunakan beras atau nasi sebagai makanan pokoknya. Nasi Liwet sudah lama ada di tanah air, mungkin dari ujung barat di Sabang sampai ujung timur di Merauke sana. Dari ujung bumi sampai ujung langit, hehe.

Penasaran bagaimana cara membuatnya, oke langsung saja yuk kita bahas, berikut adalah Resep Nasi Liwet Sunda :

Pertama kita buat dulu nih Nasi liwetnya, nanti setelah itu kita buat lauknya yech...:)

Bahan-bahan :
  • Beras 300 grm, cuci bersih dan tiriskan
  • bawang merah, 3 butir  iris tipis
  • 1 batang serai, memarkan
  • 1 lembar daun salam
  • 2 sdm minyak untuk menumis
  • 1 lembar daun pisang untuk alas
  • Air secukupnya
  • Garam secukupnya


Cara Membuat Nasi Liwet Sunda :
  1. Pertama-tama, tumis bawang merah dalam panci yang digunakan untuk memasak nasi sampai layu dan terasa harum.
  2. Setelah itu, masukan beras, garam dan serai, aduk sebentar.
  3. Masukan air, masak sampai mendidih sambil diaduk supaya tidak gosong
  4. Setelah air sedikit menyusut, kecilkan api dan tutup pancinya.
  5. Menjelang matang masukan tumis ikan asin diatas nasi yang telah dialasi dengan daun pisang.
  6. Masak sampai nasi matang.


Berikut cara membuat tumis ikannya,

Bahan-bahan:
  •  ikan asin, 200 gram potong-potong (bisa pake teri) goreng garing
  • bawang merah, 3 butir
  • cabe merah, 3 butir
  • cabe hijau, 1 butir
  • cabe rawit, 5 butir
  •  2 sdm minyak untuk menumis
    Untuk membuatnya pasti udah pada bisa yaa... hehe...
    
    Selamat mencoba...!!!



forum.jalan2.com

Jumat, 20 Desember 2013

Tips Belajar yang Efektif

Segala sesuatu ada ilmunya. Ketika kita mengerjakan suatu pekerjaan tanpa ilmu, maka bisa dipastikan kita akan mengalami kesulitan. Bahkan untuk hal yang sederhana sekalipun. Sebaliknya, dengan ilmu semuanya menjadi mudah dan hasilnya pun tentu memuaskan. Begitu pula dalam belajar. Kenapa sebagian dari kita sangat sulit untuk menyerap sebuah pelajaran sementara yang lainnya enjoy aja? Ya, karena yang susah belajar itu biasanya belum tau tips dan trik belajar yang baik dan efektif.

Seorang pakar psikologi di bidang pendidikan, Bob Nelson memiliki trik sistem belajar yang cukup efektif. Dalam bukunya yang berjudul The Complette Problem Solving, beliau memperkenalkan dengan nama MURDER, yang dimaksud disini bukan artinya Seorang Pembunuh, tetapi sebuah singkatan yakni Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review. Tapi, boleh juga deh kalau diartikan pembunuh kebuntuan (belajar). Hehehe...

1. Mood -Suasana hati

Dalam belajar upayakan suasana yang menyenangkan, suasana hatipun akan terdorong menjadi senang untuk belajar. Jangan menunggu suasana hati kita menjadi enak baru kita belajar, tapi kitalah yang menciptakan suasana nyaman dan enak untuk belajar. Caranya tentu bisa bermacam-macam. Bisa dengan mensetting tempat belajar sedemikian rupa. Atau dengan menyiapkan perlengkapan yang kira-kira diperlukan selama belajar. Lebih bagus lagi kalau kita sudah bisa mengatur suasana hati kita dengan belajar untuk menahan marah, menghilangkan sifat dengki, membersihkan sifat buruk sangka, dan selalu berfikir positif setiap saat dan waktu.

2. Understand - Pemahaman

Satu hal yang membuat kita cepat bosan belajar adalah ketika kita menemukan hal yang tidak kita pahami dari apa yang kita pelajari. Maka sebaiknya kita jangan sungkan untuk bertanya kepada orang lain yang lebih tahu saat pemahaman kita mentok. Lebih mudah lagi kalau sudah terhubung ke internet. Kita akan dengan mudah menemukan hal-hal yang belum kita pahami kepada Prof. Dr. Google atau Drs. Yahoo, mislanya. Hal-hal yang tidak mudah atau sulit dipahami hendaknya diberi tanda seperti garis bawah atau diberi warna seperti stabilo kalau kita masih belum mendapatkan pemahaman yang lebih jitu.

3. Recall - Pengulangan

Hendaknya setelah belajar dalam satu tahap /sebagian maka sebaiknya diulang sekali lagi lalu melanjutnya ke bagian lainnya. Hal ini dilakukan agar kita bisa melakukan pembelajaran dan pemahaman secara bertahap. Sehingga otak kita bisa lebih rileks. Beda lagi kalau kita belajar sekaligus dalam satu hari atau satu malam saja ketika mau ulangan/ujian. Ini jelas akan jauh dari pemahaman yang sempurna. Yakinlah sesuatu yang terus menerus kita ulang lama kelamaan kita akan dapat mengingatnya secara otomatis tanpa harus banyak menguras otak.

4. Digest - Menelaah

Setiap usai mempelajari sesuatu bagian maka perlu melakukan telaah seperti mengajak diskusi dengan teman teman atau dengan orang yang dianggap lebih senior, ini akan membantu dalam peningkatan pemahaman terhadap sesuatu. Menelaah selain berguna untuk mengingat tapi juga berguna untuk mengembangkan pemahaman kita menjadi lebih luas.

5. Expand - Pengembangan

Jangan terpaku pada satu referensi saja, cari referensi lain yang lebih banyak untuk memperkaya pemahaman kita. Terlebih kalau posisi kita sebagai seorang guru, tentu harus menyiapkan berbagai kemungkinan pertanyaan atau permasalahan yang akan muncul saat pembelajaran berlangsung. Yang perlu kita pahami adalah semakin kita menggali suatu permasalahan maka akan semakin luas dan semakin banyak ilmu yang belum kita ketahui. Dan ini akan semakin menarik bagi kita untuk terus belajar dan belajar. Belajar bukan lagi untuk sekedar angka nilai atau sebuah kewajiban, tapi sudah bergeser menjadi sebuah kebutuhan dan kesenangan.

6. Review - Mempelajari kembali 

Mempelajari kembali pelajaran yang sudah dipelajari itu hingga sudah paham dan menguasai. Sehebat-hebatnya kita kadangkala ada saja lupanya. Maka untuk menghindari itu, mengulang/mempelajari kembali permasalahan atau buku-buku yang sudah pernah kita pelajari menjadi perlu adanya. Terkadang hal ini juga bisa memberikan pemahaman dan nuansa baru yang berbeda dengan pemahaman kita sebelumnya saat mempelajari hal yang sama. 

Selamat mencoba!

Rabu, 11 Desember 2013

Tips Agar Tidak Mudah Tersinggung

Pernahkah Anda tersinggung? Sebuah pertanyaan yang terlihat sepele tapi pada kenyataannya bisa mengukur tingkat kedewasaan dan sikap mental kita. Apakah kita sudah cukup dewasa dalam menyikapi berbagai persoalan hidup dari mulai yang terkecil sampai persoalan-persoalan besar atau belum. Saya pernah tersinggung, mungkin juga Anda. Tapi, seiring bertambahnya kebijakan diri kita maka semakin rendah pula tingkat ketersinggungan kita. Karena, tua itu pasti tapi dewasa itu pilihan. Banyak sekali orang yang sudah "senior" dari segi usia tapi masih sangat "junior" dalam menyikapi masalah.


Rasa tersinggung sering membuat energi kita terkuras. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain. Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan adalah habisnya waktu kita hanya untuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Boleh jadi orang yang kita pikirkan sikapnya sudah tidak lagi memikirkan kita.

Berawal dari rasa tersinggung, biasanya yang muncul adalah kemarahan. Dan kalau sudah marah biasanya kata-kata menjadi tidak terkendali. Pada akhirnya banyak orang yang akan kena imbasnya, banyak orang di sekitar kita yang akan tersakiti akibat dari kemarahan kita. Selain itu, stress pun akan meningkat.

Apa yang menyebabkan seseorang mudah tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul karena menilai dirinya lebih hebat, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, merasa sukses, ingin dihormati dan disanjung. Singkat kata, orang yang mudah tersinggung adalah orang yang sombong. Kalau kita flashback, kenapa Rasulullah SAW tidak marah ketika dicaci maki, dihina, dan disakiti oleh kafir Quraisy dan orang-orang Thaif? Ya, dengan mudah kita bisa menjawab, karena Rasulullah SAW jauh dari sifat-sifat ujub dan takabbur (kesombongan).

Maka, siapapun kita, dengan jabatan dan status sosial apapun, kalau mau hidup nyaman, jauh dari kemarahan dan stress, jauhilah sifat sombong sehingga kita tidak mudah tersinggung.

Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan.

Pertama, jangan anggap diri kita paling hebat.

Sebab utama yang menyebabkan Iblis dikeluarkan dari surga adalah karena kesombongannya. Ia merasa dirinya lebih hebat dan lebih mulia dari Adam as. Kalau kita sudah merasa bahwa diri kita lebih hebat, lebih mulia, lebih tinggi jabatan dan status sosialnya, maka ketika ada sedikit saja sikap orang lain yang menunjukkan ketidakhormatan pada kita, maka kita akan cepat tersinggung. Oleh karena itu, sadarilah betul bahwa kita ini adalah manusia biasa yang pasti di samping punya kelebihan kita juga punya kekurangan. Kalau kita mengetahui sesuatu, mungkin ada orang lain yang lebih tahu. Kalau kita menduduki jabatan tertentu, mungkin ada orang lain yang lebih tinggi jabatannya. Kalau kita punya kekayaan sampai batas tertentu, mungkin masih ada orang lain yang lebih kaya. Bahkan di atas semua itu ada Allah yang Maha segalanya. Yang boleh sombong hanyalah Allah SWT. karena memang Dialah Pemilik segalanya.

Apapun yang terjadi di dunia ini, ada orang kaya ada orang miskin, ada yang jabatan tinggi ada yang jabatan rendah, semua itu tidak menunjukkan bahwa sebagian lebih mulia dari sebagian yang lain. Semua itu hanyalah bentuk pembagian tugas semata. Tugas kita adalah bekerja maksimal sesuai dengan posisi dan tugas kita masing-masing.

Kedua, ingat kebaikan orang lain, lupakan kebaikan kita. Sebaliknya, ingat keburukan kita, lupakan keburukan orang lain.

Resep ini sangat manjur agar kita tidak mudah tersinggung. Kita akan sadar, bahwa sebaik-baiknya kita, kita masih punya keburukan dan kesalahan, sebaliknya, seburuk-buruknya dan sesalah-salahnya orang lain tentu masih ada kebaikan yang pernah diperbuatnya. Allah SWT. mengingatkan : "Maka janganlah kalian merasa diri paling suci, Dia lebih Tahu siapa yang bertaqwa."  

Ketiga, kita harus berempati.

Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi kita semata. Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut.

Yang di depan berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia didorong dan dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang perjalanan, orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah.

Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah tersinggung cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri.

Keempat, anggap kritikan sebagai bentuk perhatian.

Banyak orang yang memandang kritik yang mereka terima sebagai bentuk penghinaan atau upaya untuk menjatuhkan. Padahal, kalau kita pikir lebih jauh, kritikan adalah bentuk pengingatan kepada kita agar tidak terjerembab pada kesalahan yang lebih fatal. Terima kritik dengan senyuman, kemudian perbaiki sikap kita yang memang salah. Insya Allah semua itu akan membuat kita lebih baik.

Barangkali masih banyak cara atau trik agar kita tidak mudah tersinggung. Tapi, apapun itu, yang paling penting adalah tekad kita. Apakah kita mau benar-benar memperbaiki diri atau tidak. Semua terpulang kepada diri kita masing-masing.

Tinggalkan diri yang mudah tersinggung, dan..... Selamat berbahagia dan menikmati hidup yang penuh dengan keindahan.

Wallahu a'lam...:)