Minggu, 27 Mei 2012

Jalin Komunikasi Tingkatkan Silaturrahim.. Peace..!!!

Seperti biasa dalam menyikapi apapun yang terjadi, awalnya saya coba tenang dan berharap bahwa Pak Satpam dan juga teman dari SD dan SMP bisa menyelesaikannya dengan baik. Tapi, kemudian masalahnya sepertinya jadi rumit dan ada isu-isu yang tidak menguntungkan bagi kami di SDI ini. Begini ceritanya...

Pagi kemarin, seperti biasa di hari Sabtu saya sejak pagi saya sudah berada di sekolah. Sebenarnya memang sekolah kami libur, tidak ada pembelajaran di sekolah. Hanya saja ada beberapa anak kelas 4 yang mau menambah pemahamannya tentang Bahasa Arab yang les kepada saya. Di samping itu, pagi sampai siang kemarin saya dan teman-teman panitia UKK mau mengepak soal-soal yang sudah difoto copy. Sekitar jam 08.45 seperti biasa saya ngelesin Bahasa Arab di ruang kelas 3 C di bawah. Sementara itu, di kelas atas, tepatnya di kelas 4B ada acara yang diadakan oleh beberapa anak kelas 4B dengan mengundang beberapa orang dari kelas lain, seperti kelas 4A dan juga kelas 5. Entah apa acaranya, tidak begitu jelas. Konon saat saya les di bawah itu mereka ada yang main shuffle, ada juga yang sedang main HP.  

Tiba-tiba anak-anak ada yang lapor bahwa kaca kelas 4B ada yang melempar dari bawah, oleh seorang warga. Pak Toto, sebagai security, Pak Arief, guru SDI dan Pak Agung dari SMP mencoba menyelesaikan masalah ini. Entah sampai dimana pembicaraannya. Setelah itu, datanglah security yang satu lagi, Pak Sihim. Mungkin karena memang biasa tempramental dan kurang ada chek dan richek, maka sempat terjadi bersitegang dan hampir berantem dan anak-anak juga sempat ribut ketakutan. Selain itu, sempat pula ada seorang warga yang mencoba menjembatani, katanya, tapi sepertinya malah memperuncing masalah dan membuat kami takut dengan ancaman-anacamannya.

Sekitar pukul 11.45, Ibu Lusi, Kepala SDI, entah medapat info dari mana, menelpon seorang teman saya agar mencoba menyelesaikan masalah ini kepada warga yang tadi mencoba melempar kaca kelas 4B. Dia dan saya ditemani oleh Pak Security mencoba datang menemui mereka untuk mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya. Kami bertemu dengan tiga orang anak muda yang pada awalnya tensinya cukup tinggi. Tapi kemudian 2 orang dari mereka pergi, tinggal satu orang lagi yang mengaku bahwa dialah yang melempar kaca tersebut. Nama panggilannya Kiki anak dari pemilik rental komputer OKTA. Dengan niat untuk mencoba mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, kami tanya dengan bahasa yang santun dan tidak berusaha untuk menyalahkan dia atau membela diri kami. Ia akhirnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Pertama, ia bilang bahwa tadi pagi ketika dia berada di bawah dekat Musholla Al-Khoiriyyah, ada beberapa anak "yang sedang -katanya- pesta di kelas 4B" yang melongok ke bawah dan melempar dengan air mineral gelas yang masih ada isinya dan tepat mengenai kepala Mas Kiki ini. Secara spontan ia melempar batu ke arah kelas 4B "atas". Sebenarnya yang ia incar adalah anak yang melempar air minerak tadi tapi yang kena kaca dan pecahlah kaca itu. Masih menurut dia, setelah melempar mereka malah ketawa-ketawa dan nunjuk-nunjuk kegelian. Ia juga mengatakan, yang dikuatkan oleh Pak Fandi yang sering bersih-bersih di Musholla, bahwa mereka, anak-anak itu, bukan sekali ini saja melempar sesuatu ke bawah, sudah sangat sering dan dari dulu sudah terjadi seperti itu. Di samping itu, mereka juga suka ngata-ngatain orang-orang yang di bawah, khususnya Pak Fandi ini yang sering dikatain tua dan botak. Jadi, ini adalah akumulasi kemarahan mereka agar jadi perhatian pihak SDI untuk lebih memperhatikan anak-anak didiknya agar berlaku sopan kepada orang lain.

Kami memang agak kurang terima ketika dikatakan mungkin guru-gurunya tidak pernah mengajari mereka sopan santun dan bagaimana menghormati orang tua dan orang lain dan tentang sistem pendidikan kami yang seolah menurut penilaian mereka mungkin sistemnya kurang baik atau anak-anaknya stress karena harus belajar sampai menjelang sore. Tapi, karena niatnya menyelesaikan masalah, kami mencoba menahan untuk tidak menanggapi penilaian mereka tentang lembaga kami. Yang penting bagi kami, ini bisa dijadikan masukan yang sangat berharga untuk perbaikan kami di dalam dan bagaimana sekolah kami di samping dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar juga bagaimana agar keberadaan kami tidak mengganggu mereka.

Selain tentang yang ada hubungannya dengan kejadian yang baru saja terjadi, mereka juga banyak memberi masukan dan mengungkapkan unek-uneknya tentang SDI baik dari sikap anak-anak, tentang parkir, tentang sikap pihak sekolah kepada masyarakat dan sebagainya.  Dan mereka minta audiensi/dialog antara mereka dengan pihak pimpinan sekolah agar mendapatkan win-win solution dalam waktu yang secepatnya. Kami pun ucapkan terima kasih dan kami akhiri perbincangan kami itu dengan saling bersalaman.

Dengan kejadian ini, saya sebagai bagian dari SDI mengambil banyak pelajaran dan hikmah yang baik. Bahwa semua ini, menurut saya, terjadi karena kurangnya komunikasi yang terbangun antara pihak sekolah dengan masyarakat sekitar. Karena walau bagaimanapun, sekolah ini berada di tengah-tengah komplek yang di sisi kiri-kanannya banyak masyarakat yang memperhatikan dan mungkin dalam kondisi tertentu sempat terganggu dengan kegiatan-kegiatan di sekolah ini. Tentu masing-masing pihak harus membangun komunikasi ini dengan cara yang baik dan penuh kebijaksanaan, sehingga apapun yang terjadi diketahui oleh kedua belah pihak dengan baik dan penuh hikmah. Karena prinsipnya setiap orang pasti tahu kebaikan dan akan menghargai kebaikan, hanya saja kuncinya jangan dahulukan emosi dan buruk sangka dalam penyelesaian masalah apapun. Kemarahan hanya akan menjadikan semua pihak dirugikan. Tidak ada yang menang dengan sikap buruk yang dilakukan.

Inti dari semuanya: Jalin komunikasi dengan berbagai pihak, tetaplah berpikir positif, jangan dahulukan emosi, saling memahami, jalin silaturrahim dengan masyarakat sekitar, dan libatkan masyarakat pada berbagai even yang memungkinkan untuk melibatkan mereka. 
Wallahu a'lam...


Kamis, 24 Mei 2012

Buah dari Pelayanan yang Luar Biasa

Ada hal menarik yang diungkapkan seorang teman saat kuliah hari Ahad yang lalu (20/05/2012) sehubungan dengan pelayanan yang prima kepada pelanggan. Ia bercerita bahwa ia pernah "membaca" bahwa seorang pemilik/petinggi  sebuah perusahaan elektronik raksasa di Jepang pernah mengatakan,"Pada saat orang-orang tidur, kami melakukan sesuatu." Inilah yang disebut pelayanan prima, melakukan sesuatu yang lebih daripada hal standar yang diharapkan oleh pelanggan atau pemakai jasa kita.

Teman ini mengungkapkan pendapatnya, menurutnya hal ini sejalan dengan pesan implisit dari ayat yang berbunyi,"Waminal laili fatahajjad bihi naafilatal laka 'asaa ayyab'asaka Rabbuka maqoomam mahmuudaa." Dan pada sebagian waktu malam maka bertahajjudlah sebagai ibadah tambahan bagi kamu, mudah-mudahan Tuhanmu akan menempatkanmu pada tempat yang terpuji. Artinya -wallahu a'lam- hendaknya kita tidak hanya melaksanakan yang wajib-wajib saja di dunia ini, baik dalam ibadah, mu'amalah maupun dalam pekerjaan kita sehari-hari. Jadilah pribadi yang senantiasa melkasanakan kewajiban dengan baik tapi juga menambah di luar kewajiban itu pekerjaan-pekerjaan yang punya nilai lebih baik di mata pimpinan, karyawan lain maupun di mata para pelanggan dan pemakai jasa. Ingatlah Sahabat, orang-orang besar biasanya dimulai dengan kesetiaan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil yang baik yang mungkin orang anggap remeh dan tak berharga. 

Mengenai hal ini saya teringat sebuah kisah yang diceritakan oleh penulis buku "The Little Book of Success", J.P. Vaswani. Ia menceritakan sebuah kisah menkjubkan tentang seorang pelayan di sebuah hotel yang tidak begitu terkenal. Sang pelayan merupakan orang yang punya dedikasi terhadap pekerjaannya, sangat ramah dan dapat melakukan sesuatu yang mungkin tidak pernah terpikir oleh orang lain. Ceritanya, suatu malam yang pekat di tengah hujan deras datanglah satu pasangan suami isteri yang sudah terbilang tua. Dengan pakaian yang basah kuyup ia masuk ke hotel tersebut dan memesan sebuah kamar. Akan tetapi, sayang hotel tersebut sudah kehabisan kamar untuk dipesan. Si pelayan tersebut bisa saja sebenarnya untuk mengatakan bahwa ia tidak bisa menerima lagi pengunjung karena kamar sudah sold out. Tapi tidak untuk pelayan ini. Ia mengatakan dengan sangat ramah,"Bapak, Ibu, mohon maaf kamar hotel semua sudah terpesan, TAPI kalau Bapak dan Ibu mau dan mau sabar menunggu saya bisa rapikan kamar saya, walaupun tidak sebagus kamar hotel ini tapi paling tidak nyaman untuk digunakan." Bapak dan Ibu ini dengan senang hati menerima penawaran sang pelayan ini.

Sahabat tahu, ternyata pasangan suami isteri ini adalah seorang pengusaha besar yang sedang mendirikan sebuah hotel megah yang bernama Hotel Astoria. Ketika ia mencari seorang direktur ia ingat seorang pelayan yang punya dedikasi tinggi tadi dengan pelayanan yang ia terima dulu. Maka tanpa ragu ia pun memanggil sang pelayan hotel tadi untuk dijadikan direktur. Luarr biasa... Inilah buah dari servis yang sangat baik.

Rabu, 23 Mei 2012

Dream, Pray and Action

Kita semua, saya dan juga Sahabat yang sedang baca tulisan ini adalah makhluk hidup. Kita bergerak dan mestinya bertumbuh dan berubah. Tidak stagnan di satu titik. Tidak hanya puas dengan keberadaan yang itu-itu saja, apalagi kalau tambah rusak, kayak orang mati saja. Maka, semestinya setiap hari hidup kita terus berubah ke arah yang lebih baik. Hidup kita lebih hidup. Ada ungkapan yang kita kenal yang mengatakan, bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ininya sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia termasuk orang yang celaka. Na'udzubillah.

Maka, agar kita tetap bisa dikatakan sebagai orang hidup dan tidak hanya sekedar hidup, kita harus punya tantangan untuk mencapai sesuatu dalam hidup ini. Dan sesuatu itu adalah apa yang kita sebut dengan dream, impian, cita-cita atau tujuan hidup. Saya setuju sekali dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Yusuf Mansur pada acara Wisata Hati ANTV tadi pagi, beliau memberi judul pengajian tadi pagi dengan Dream, Pray and Action. Kata Pray mungkin bisa dikatakan sebagai pembeda antara motivasi sekuler dengan motivasi yang Islami, walaupun sebenarnya kalau ditelisik lebih jauh intinya sama saja. Hanya saja ada yang menyebutkan Tuhan secara eksplisit dan ada yang tidak menyebutkan secara eksplisit.

Menurut ustadz, bahwa dalam hidup ini agar -dalam bahasa saya- hidup kita lebih hidup, maka diperlukan 3 hal tadi, Dream (impian), Pray (Do'a), dan Action (Usaha). Mari kita lihat satu persatu, sesuai dengan kemampuan saya dalam membahasnya.
  1. Dream (Impian). Setiap orang yang ingin maju dan sukses haruslah mempunyai impian yang akan dijadikan sebagai tujuan hidup atau cita-cita yang akan dicapainya. Ibarat kita berjalan agar jalan kita jelas maka harus punya tujuan yang jelas. Bisa dibayangkan andai kita atau siapapun yang berjalan dan ia tidak tahu mau kemana ia berjalan maka ia tidak akan pernah sampai pada sesuatu yang dikatakan sebagai tujuan dan tidak bisa dikatakan sukses mancapai tujannya karena memang ia tidak punya tujuan. Oleh karenanya, impian ini menjadi sangat penting dalam ini. Banyak orang yang takut punya impian apalagi impian besar dalam hidup ini dengan alasan ia takut kalau mimpinya tersebut tidak tercapai. Padahal mimpilah yang membuat seseorang bisa fokus untuk meraih sukses. Orang yang tidak punya impian sampai kapanpun tidak akan bisa meraih sukses karena hidupnya mengalir saja dan tidak ada titik ukur untuk meraih suksesnya. Tokoh Arai dalam buku Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mengatakan,"Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu." Yang penting adalah tegaskan mimpi Sahabat, pegang erat, beri target waktu yang jelas, dan....
  2. Pray (Do'a). Bawa mimpi kita yang sudah bulat kita pegang itu dan sebutkan, ulang-ulang dalam do'a kita kepada Allah SWT. Kita semua tentu yakin bahwa sumber kesuksesan itu adalah Allah SWT, sehingga siapapun kita yang ingin sukses tidak bisa mengabaikan Dia sebagai sumbernya. Do'a barangkali bisa dimasukkan ke bagian afirmasi dalam rangka menguatkan niat dan keinginan kita. Hanya saja kalau afirmasi tanpa menyertakan Tuhan dalam penyebutan itu jangan-jangan kita termasuk orang yang "sombong" dan -naudzubillah- jangan sampai kita terjebak ke dalam kelompok orang yang mengingkari Tuhan karena kita anggap bahwa kemampuan itu sudah built in dalam diri kita tanpa harus menyertakan peran Tuhan di dalamnya. Oleh karena itu, sebut selalu impian kita dalam setiap langkah kita dengan selalu menyertakan peran Allah SWT satu-satunya Dzat yang dapat mengabulkan permohonan dan keinginan kita.
  3. Action (Aksi/Usaha). Sebagus apapun impian yang kita pegang. Sekuat apapun afirmasi dalam doa kita. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh dan strategis tentu kita tidak bisa berharap banyak bahwa mimpi kita akan tercapai.  Maka, lakukanlah upaya yang sungguh untuk mencapai impian itu. Karena sesungguhnya pembeda antara khayalan dengan impian terletak pada upaya kita. Tanpa upaya boleh jadi kita hanya jadi pengkhayal dan pembual besar yang semua orang juga bisa begitu. Lakukanlah aksi.... aksi.... dan aksi...
Bagi Sahabat, siapapun dan di manapun, peganglah terus 3 segitiga kesuksesan di atas. Mudah-mudahan kita bisa mencapai sukses yang memang diridhai Allah SWT.

Pemaknaan Ikhlas

Waktu kuliah kemarin, seorang teman bilang,"Saya kurang setuju dengan analogi bahwa orang ikhlas itu seperti orang yang buang air, merelakan apa yang sudah keluar dari diri kita." Karena ia masih punya kepentingan untuk dirinya, artinya kalau ia tidak mengeluarkannya ia bisa sakit. Menurut teman ini, ikhlas itu lebih pas dianalogikan dengan tukang parkir. Seorang tukang parkir tidak pernah sombong walaupun dia "punya" banyak mobil dan motor dengan berbagai merek, karena ia sadar kalau semua itu hanyalah titipan belaka yang pada saatnya akan diambil kembali oleh pemiliknya. Dan pada saat diambil ia merelakannya tanpa berpikir untuk kepentingan dirinya, apapun itu.

Sahabat, apa yang kita miliki di dunia ini pada hakikatnya adalah titipan Yang Maha Kuasa. Apa yang kita punya statusnya bukan hak milik tapi hak guna pakai. Jadi kalau yang punya, Allah SWT, akan mengambilnya, tentunya dengan cara yang dikehendaki-Nya, kita tidak boleh protes atau merasa dongkol. Toh, itu titipan kok. Masa protes! yang bener aja...?? Inilah pemaknaan ikhlas yang tidak ada tendensi ataupun untuk kepentingan dirinya.

Kamis, 17 Mei 2012

Bersyukurlah dan Yakinlah... Maka Raihlah Suksesmu!

 Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (Q.S. An-Nisaa : 147)

Bagi saya, ayat ini merupakan ayat yang sangat powerfull. Saya memaknai ayat ini sebagai bagian dari resep untuk meraih kesuksesan hidup. Coba perhatikan ungkapan pertama yang berupa pertanyaan yang sifatnya retoris! Mengapa Allah akan menyiksamu? Sebuah pertanyaan yang saya maknai bahwa Allah mengatakan -wallahu a'lam- tidak ada alasan bagiku untuk menyiksamu... Kata "menyiksamu" sendiri saya maknai dengan "membuat kita resah", "membuat kita gelisah", "membuat kita terpuruk", "membuat kita terjerembab dalam kegagalan", "membuat kita terhina". Jadi, pemaknaannya bagi saya menjadi seperti ini: Bahwa Allah tidak mungkin membuat kita terpuruk, terhina, resah, gelisah, ataupun terjerembab dalam kegagalan tak berujung, kalau kita melakukan 2 hal, yaitu bersyukur dan beriman.

Inilah resep kesuksesan yang saya maksud. Kalau kita menginginkan kesuksesan dalam hidup ini, lakukanlah 2 hal yang Allah firmankan dalam ayat ini yaitu bersyukur dan beriman. Kalau kita maknai dengan lebih mendalam dengan iman dan aksi nyata insya Allah ini akan menjadi sangat powerfull. 

1. Bersyukur. Rasanya sebagian besar dari kita sudah sangat familiar dengan kata ini. Dalam pemaknaan sederhana dalam kehidupan sehari-hari kita, syukur biasanya kita artikan sebagai ucapan terima kasih yang biasanya kita arahkan kepada Allah SWT. Ada pula yang memaknainya sebagai "gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan." Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ar-Raghib Al-Isfahani sebagai lawan dari kata kufur. Beberapa ulama mengatakan bahwa yang namanya syukur itu adalah "menggunakan setiap pemberian dari Allah sesuai dengan kehendak Allah." Ada beberapa cara untuk mewujudkan hal ini: pertama: bersyukur dengan hati. Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. 
Kedua: bersyukur dengan lidah. Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya. Ketiga: bersyukur dengan perbuatan. Syukur dengan perbuatan menurut saya adalah hakikat terdalam dari syukur itu sendiri. Saya memaknainya sebagai menggunakan setiap potensi besar yang Allah berikan kepada kita dengan semaksimal mungkin.

Bukankah Allah telah menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik-baiknya? Allah anugerahkan kita dengan potensi akal yang luar biasa. Potensi panca indera yang  kalau kita eksplor hasilnya akan sangat dahsyat dan luar biasa. Maka bersyukur bisa kita lakukan dengan cara: memfokuskan diri kita pada kelebihan-kelebihan yang kita miliki bukan pada kekurangan yang kita punya. Bersyukur juga bisa dengan cara menikmati setiap kondisi yang kita lewati detik demi detiknya sebagai anugerah yang tiada duanya. Bisa juga diartikan dengan tidak mengeluh dengan "kelemahan" yang kita miliki, justeru kita jadikan kelemahan kita sebagai kekuatan dan keunikan. Dan dapat pula kita maknai sebagai sebuah tanggung jawab akan potensi yang Allah berikan untuk kita manfaatkan secara maksimal karena semua itu akan kita pertanggung jawabkan dihadapan-Nya di hari akhirat kelak.

Sebagai contoh mungkin kita bisa perhatikan bagaimana seorang Hee Ah Lee dengan penyakit lobster syndrom-nya ia mampu menjadi pianis yang hebat. Lihat juga Habibie seorang dengan kaki yang lumpuh dan hanya bisa beraktivitas di kursi roda ia bisa menjadi seorang motivator, internet marketer, dan penulis buku. Perhatikan juga Angkie Yudistia, seorang tuna rungu yang bisa menyelesaikan S-2 nya dan mejadi CEO sebuah perusahaan. Dan masih banyak contoh lainnya. Saya mengungkapkan mereka sebagai contoh agar kita yang katanya "sempurna" tidak cacat bisa menjadi lebih terpacu. Kalau mereka saja bisa, maka kita pun pasti bisa. Ayo bangkit!!!

2. Beriman. Iman adalah harta berharga dalam diri kita. Dengannya kita mempunyai kekuatan untuk menjalani setiap jengkal kehidupan dengan penuh kekuatan. Dengan iman juga apa yang kita lakukan menjadi berharga di hadapan Allah. Arti iman adalah yakin. Tentu keyakinan tertinggi adalah keyakinan kita kepada Allah. Dengan modal keimanan tertinggi ini mestinya kita punya power yang besar dalam menghadapi setiap permasalahan dan mengeksekusi setiap tantangan. Mengapa demikian? Karena kita yakin betul bahwa setiap kali kita melakukan segala sesuatu kalau itu benar, dengan cara yang benar dan diridhoi Allah pasti akan selalu dibantu oleh Allah SWT. 

Keyakinan ini pun melahirkan keyakinan di bawahnya yaitu keyakinan bahwa Allah telah memberikan potensi besar yang built in dalam dirinya. Maka jangan pernah ragu dengan kemampuan diri untuk melakukan apapun karena besarnya potensi yang ada dibantu dengan kekuasaan Allah semuanya insya Allah bisa dilakukan dengan baik. Yang jadi permasalahan adalah mau atau tidak kita mengeksplornya? Kalau kita mau menggunakannya dengan penuh keyakinan maka yang terjadi adalah keajaiban. 

Selamat menjadi orang yang memanfaatkan setiap potensi yang dimiliki dengan penuh keyakinan bahwa kita punya hak dan punya modal untuk menjadi orang yang sukses sebagaimana orang-orang besar yang sudah lebih dulu sukses.
Hasbunallah wa ni'mal wakiel...:)

Please Dech... Jangan Rempong..!!!

Lucu dan mengherankan mendengar dan menyaksikan orang-orang yang ingin dihargai dan ingin dihormati. Ia sibuk memikirkan kenapa orang-orang tidak mau ngertiin dia. Ia menjadi menderita sekali kalau ia merasa sudah berbuat baik tapi tak kunjung mendapat ucapan terima kasih. Ia juga tersiksa kalau orang lain tak juga mau berbuat baik kepadanya. Tentang ini, saya teringat satu lirik lagu dari Iwan Fals, yang salah satu potongannya berbunyi: keinginan adalah sumber penderitaan....

Barangkali cara berpikir yang salah dan menyiksa ini sengaja atau tidak sudah diajarkan jauh-jauh hari oleh orang-orang sebelum kita. Bukankah kita mengenal ada istilah TAKE AND GIVE? Yang artinya lebih kurang menerima dan memberi. Kalau melihat istilah ini maka kita hanya berpikir untuk memberi kembali kepada orang lain kalau kita sudah menerima dari orang itu. Mafhum mukhalafahnya, kita tidak akan memberi kepada orang yang tidak memberi terlebih dahulu kepada kita. Maka jadilah pemberian dan penerimaan kita bersifat transaksional. Tidak ada unsur kasih sayang atau kepedulian.

Nah, pertanyaannya, apakah memberi kalau kita sudah menerima itu adalah perbuatan yang salah? Oh, tentu tidak. Itu saya pikir wajar saja untuk tingkat awam atau pemula. Tapi, hemat saya kita tidak boleh terpaku dan berhenti dalam tataran ini, kita harus terus meningkat dan meningkat terus. Maka, kalau kita petakan sesuai tingkatannya, tentang memberi dan menerima ini, manusia bisa dibedakan menjadi 3 tingkatan. Dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi.
    1. TAKE AND GIVE (Menerima dan memberi). Ini adalah tingkatan awam yang sudah diceritakan di atas. Tingkatan terendah dari ketiga tingkatan yang ada.
    2. GIVE AND TAKE (Memberi dan menerima). Tingkatan ini sudah meningkat dari sebelumnya. Ia-lah yang mengambil kendali awal. Ia tidak menunggu orang lain memberi terlebih dahulu tapi ia-lah yang memulai. Prinsipnya, semakin banyak memberi semakin banyak menerima. Akan tetapi bahayanya kalau salah niat. Maksudnya, bahwa ia memberi dengan harapan ia bisa menerima lebih banyak. Ini dilarang dalam Al-Qur'an. Kalau begitu maka yang terjadi adalah ia akan main hitung-hitungan dan pada akhirnya ia tidak ikhlas. Tapi, walau bagaimanapun kalau niatnya dijaga, insya Allah tingkatan ini lebih baik dari sebelumnya. Hal ini juga yang disebut hukum tabur tuai, semakin banyak menabur semakin banyak menuai.
    3. GIVE AND GIVE (Memberi dan memberi). Orang yang sudah sampai pada tingkatan ini, yang ia pikirkan adalah bagaimana ia mengembangkan sikap kasih dan kepedulian kepada orang lain dan tidak memikirkan apa yang akan ia terima nantinya. Yang paling penting bagi dia adalah bagaiman ia bisa terus memberi. Urusan apa yang ia terima nanti ia serahkan sepenuhnya kepada mekanisme Allah (sunnatullah) yang pasti berjalan. Ia ikhlas memberikan apa yang ia mampu berikan karena ia yakin betul akan janji Allah bagi orang yang mengembangkan sikap kasih dan sayang kepada sesama dan lingkungannya. Tanpa ia berharap pun Allah pasti tahu dan akan menghitungnya.
Mari kita menadi manusia-manusia yang betul-betul ikhlas dalam menjalani kehidupan ini. Ikhlas dalam memberi, ikhlas dalam menyayangi, ikhlas dalam mengasihi sesama. Allah telah mengajarkan kepada kita untuk mengatakan : "Inamaa nuth'imukum liwajhillaahi, laa nuriidu minkum jazaa'an walaa syukuuraa..." (Sesungguhnya kami memberimu makan [dengan niat] karena Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kalian dan kami juga tidak berharap ucapan terima kasih). Hidup ini akan terasa ringan kalau prinsip itu sudah kita jalankan. Tidak ada urusan orang mau baik atau tidak kepada kita, yang penting kita tetap baik dan peduli kepada orang lain.

Wallahu a'lam...:)

Rabu, 16 Mei 2012

Kekuatan untuk Tetap Bertahan

"Yang menyakitkan bukanlah saat kita gagal meraih sesuatu, tetapi saat kita berhenti & menyerah tepat di pintu keberhasilan." (Bong Chandra)
Sukses dan gagal adalah ibarat dua sisi mata uang. Untuk meraih kesuksesan kita harus siap gagal. Siap sukses dan siap gagal sama pentingnya. Menjadi sukses adalah harapan semua orang, tapi tidak semua orang siap menjadi orang sukses yang tetap baik dalam kerangka kesuksesannya. Banyak orang yang dikatakan sukses yang kemudian menjadi menyimpang dari prinsip kebaikan. Dari sini maka kita harus mulai mencoba mengubah pola pikir dan pemaknaan terhadap makna kesuksesan yang selama ini menjadi pemahaman banyak orang. Sukses ukurannya bukanlah hanya kekayaan semata. Atau kedudukan yang tinggi semata. Atau keberhasilan dalam cinta semata. Sukses haruslah diletakkan dalam kerangka yang bernama "kebaikan". 
Saya setuju dengan definisi sukses yang pernah diungkapkan oleh Pak Mario Teguh, lebih kurang bahwa sukses adalah,"Berhasil menjadi orang baik dilengkapi dengan kekayaan, kedudukan, dan cinta." Jadi, intinya adalah kebaikan, sedangkan yang lainnya hanyalah komplemen. Dan yang perlu diingat, janganlah ragu untuk menjadi orang baik, karena kebaikan itu cepat atau lambat akan membawa kita kepada kekayaan, kedudukan, dan cinta. Dan kalau kebaikan yang jadi tolok ukur pertama maka siapa pun orangnya ia akan kuat dalam menjalani kesuksesannya tanpa merusak diri dan lingkungannya.
Sisi kedua adalah kegagalan. Kita harus juga siap gagal dalam berusaha mencapai sesuatu yang namanya kesuksesannya. Siap gagal bukan berarti seseorang akan mengalami kegagalan, tapi justru akan membuat ia menyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan. Tapi, andaipun ia gagal ia sudah siap untuk bangkit dan bangkit lagi sampai ia mencapai titik kesuksesan. Bicara tentang energi untuk terus bangkit, mungkin kita harus banyak belajar lagi dari sosok makhluk kecil, bayi, bagaimana ia terus berupaya tanpa kenal lelah untuk memampukan dirinya menjadi sosok yang bisa menjejakkan kakinya dengan tegak dan bisa berjalan. Seorang bayi ia tidak kenal lelah agar ia bisa berjalan sebagaimana yang dilakukan orang dewasa. Tak peduli ia harus berkali-kali terjatuh sampai akhirnya ia bisa berjalan bahkan berlari cepat. Begitulah seharusnya kita berjuang dalam mencapai kesuksesan.
Tapi, seiring kedewasaan umur kita seringkali daya juang kita untuk meraih kesuksesan dilemahkan oleh lingkungan sekitar kita. Baik lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, maupun lingkungan masyarakat pada umumnya. Kita terlalu sering mendengar kata-kata orang lain yang mengecilkan kemampuan kita untuk berbuat, sementara di sisi lain kita tidak pernah atau jarang sekali mendengarkan kata hati kita sendiri. Sehingga pada akhirnya kita hidup dalam bayang-bayang dan kendali orang lain, tercerabut dari kemandirian untuk menentukan kesuksesan diri kita yang sesungguhnya potensi ke arah sana sudah dipersiapkan dengan sangat lengkap oleh yang Maha Kuasa. Hanya saja kita terlupa akan potensi itu.
Andaikata kita selalu aware (sadar) bahwa kita telah diberi potensi besar oleh Tuhan kita, maka sebesar apapun cobaan dan sebanyak apapun kegagalan yang kita alami maka kita tidak akan memperdulikannya. Karena, tidak penting berapa kali kita terjatuh dalam kegagalan, yang paling penting adalah berapa kali kita bangun kembali setiap kali kita menemui kegagalan dan tetap bertahan untuk terus bangkit dan mencoba sampai kita meraih kesuksesan yang kita idam-idamkan. Maka benar sekali apa yang dikatakan oleh Bong Chandra dalam salah satu statusnya di jejaring sosial Facebook pada tanggal 16 Mei 2012, ia menulis,"Yang menyakitkan bukanlah saat kita gagal meraih sesuatu, tetapi saat kita berhenti & menyerah tepat di pintu keberhasilan." 
Sahabat, jangan pernah ada kata menyerah, karena boleh jadi saat kita menyerah sesungguhnya kesuksesan itu sudah ada di depan mata kita. Maka agar kita tidak menyesal kata kunci yang harus kita pegang teguh adalah "kekuatan untuk bertahan". Bertahanlah terus karena kesuksesan hanyalah urusan waktu dan giliran saja. Kegagalan dan upaya yang terus menerus hanyalah ujian kesabaran untuk menguji sejauh mana niat dan hasrat kita untuk berhasil. Apakah kita benar-benar ingin berhasil ataukah hanya ikut-ikutan saja? Pada akhirnya, bagi orang yang terus berusaha untuk meraih kesuksesannya, tidak ada lagi kata-kata gagal yang ada adalah kata "belajar".

Senin, 14 Mei 2012

Dua Pembunuh Kebahagiaan

Ada seseorang yang curhat kepada saya. Dia adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Ia bercerita kalau saudara-saudaranya tergolong bisa menikmati hidupnya dengan enak. Ia bilang kalau 2 kakaknya dulu sangat diperhatikan oleh orang tuanya, ikut bersama suami tanpa ada rintangan hidup yang berarti, katanya. Apalagi adiknya, dari dulu selalu saja mendapat perhatian lebih dari orang tua, rumah juga tinggal menempati, dan saat sekarang melahirkan juga tidak kesulitan dana, karena ia mendapat perhatian dari orang tuanya sendiri juga dari pihak mertuanya.Pokoknya menurut dia, mereka sangat enak deh... Kemudian ia mengembalikan pada keadaan dirinya sendiri yang konon sejak ia lulus SMA harus berjibaku mencari uang untuk meretas hidup yang lebih baik. Masih menurut dia, walaupun saat ini ia tergolong berkecukupan dibanding saudara-saudaranya, tapi saudara-saudaranya tidak tahu bagaimana penderitaan batinnya selama ini. Dan tersirat dari pembicaraannya kalau dia merasa bahwa saudara-saudaranya tidak ada respect kepadanya dan cenderung hanya memanfaatkannya.

Mendengar ocehan dan omelan-omelannya saya hanya terdiam dan tidak banyak mengomentari apa yang ia sampaikan. Karena saya tahu bahwa seseorang yang curhat itu kebanyakan sebetulnya tidak terlalu peduli kita mau komentar atau tidak, yang terpenting adalah ia punya tempat untuk menumpahkan unek-uneknya dan setelah itu sudah, ia merasakan lebih ringan. Tapi, sambil mendengarkan curhatannya saya terus berpikir, kenapa ya orang kadang sering berpikir masa lalu seolah ia akan tetap hidup di masa lalu saja? Dan gelisah dengan masa depan padahal ia belum tahu masa depan seperti apa.
Baiklah, mari kita coba lihat lebih dalam kebiasaan orang-orang di antara kita seperti yang terjadi kepada saudara kita ini. 

Pertama, kita sering berpikir tentang penderitaan masa lalu kita walaupun saat ini sudah tergolong berkecukupan. Ini sangat berbahaya tentunya. Kenapa? Karena orang yang hidup terus di masa lalu ia tidak akan bisa menikmati masa kininya. Setiap kita bisa bahagia atau merana tergantung cara pikir dan kapasitas keimanan dalam diri kita. Kalau kita selalu berpikir bahwa diri kita menderita, sebanyak apapun harta yang kita miliki, seberlimpah apapun sarana untuk kita mereguk bahagia kalau kita terus terpenjara dalam cara berpikir yang salah maka kita akan terus menerus hidup dalam pola yang salah, dan tidak akan pernah merasa bahagia. Maka biarkan masa lalu dengan berbagai torehan sejarahnya, nikmati saat ini sekecil apapun ia. Karena dengan kemampuan kita untuk mengendalikan pikiran kita untuk tetap berpikir positif, maka masa lalu yang penuh penderitaan itu justru akan memperindah kenikmatan yang kita rasakan saat ini.

Kedua, banyak di antara kita juga yang merasa gelisah dengan masa depan yang belum datang dan belum kita ketahui seperti apa adanya nanti. Kadang saat ini kita cukup mempunyai "sesuatu" untuk kita nikmati dan berbahagia dengannya, tapi karena perhitungan kita terlalu detail dengan hitungan-hitungan matematis manusia belaka kita terjerat dengan ketakutan-ketakutan yang belum tentu dialami. Padahal matematika Tuhan tidaklah selalu rigid dan tidak selalu sama dengan hitungan manusia, keajaiban-Nya seringkali muncul bahkan pada saat-saat yang menurut kita sudah tidak mungkin untuk terselamatkan. Tuhan punya banyak cara dan Maha Berkuasa atas segala sesuatu yang ada di dunia ini. Yang paling penting bagi kita sebenarnya adalah berusaha dan berikhtiar dengan sebaik dan semaksimal mungkin. Hasilnya kita serahkan pada Kuasa-Nya. Bertawakallah. 

Dua hal inilah yang sering menjadi pembunuh kebahagiaan kita. Terpenjara di masa lalu dan gelisah dengan keadaan masa datang yang belum tentu. Makanya , Syaikh 'Aid Al-Qorni kurang lebih pernah mengatakan: "Harimu adalah hari ini, kemarin adalah sejarah yang sudah lewat dan tak mungkin akan kembali lagi, sedangkan hari esok adalah misteri yang belum tentu akan datang menemui kita, oleh karena itu nikmatilah hari ini untuk kebahagiaan kita, dan gunakan hari ini untuk hal yang bermanfaat karena kita tidak tahu apakah nanti atau esok kita masih bisa melakukan amal baik atau tidak."

Maka, untuk seseorang yang tadi curhat dan siapapun yang membaca ini, saya hanya berpesan: "Berdamailah dengan diri Anda untuk mengikhlaskan seburuk apapun masa lalu Anda, dan biarkan esok datang dengan berjuta harapan baik yang akan membaikkan nasib dan keadaan Anda, serta nikmatilah hari ini sebagai hari Anda untuk bahagia dan hari terakhir Anda untuk melakukan amal dengan sebaik-baiknya."

Selamat berbahagia Sahabat....:)

Menyemai Generasi Harapan

Sabtu malam saya diajak seorang teman untuk sekedar makan (katanya dalam rangka syukuran apaa gitu..) di Lekko Bintaro sektor VII bersama Yana dan Jalal. Saya memang sangat jarang jalan malam, apalagi ini melewati tempat seperti Tegal Rotan... wuiiih... Saya sempat kaget melihat kenyataan yang membuat saya begitu risih. Sepanjang jalan yang kami lewati, kami melihat beberapa motor yang ditumpangi pasangan-pasangan anak muda yang rata-rata masih ABG, yaa sekitar usia SMP dan SMA lah. Mereka memenuhi pinggiran jalan yang agak remang-remang dengan saling berpegangan, berpelukan dan... 

Ya Allah... saya hanya mengurut dada. Miris rasanya. Bagaimana masa depan bangsa ini kalau harus dibangun oleh generasi-generasi hedonistik. Mereka tidak lagi merasa bahwa itu sebuah dosa dan kesalahan. Mereka melakukan itu dengan sangat ringan, bahkan mungkin sebagian mereka berpendapat kalau tidak melakukan itu mereka akan dibilang kurang gaul. Masya Allah. Apa sebenarnya yang menyebabkan mereka seperti itu?

Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan, saya membayangkan andai di antara mereka ada sebagiannya yang merupakan murid saya. Atau mungkin suatu saat ada di antara murid saya. Saya jadi mulai mawas dan berpikir bagaimana caranya untuk memberi pemahaman Islam yang benar kepada mereka agar tidak ikut-ikutan arus yang tidak baik. Tentu yang utama adalah mereka membutuhkan teladan yang baik dari guru-gurunya. Maka sebagai guru siapapun itu harus senantiasa berpikir terlebih dahulu di saat mau melakukan sesuatu. Bukan saja karena takut anak tahu tentang kejelekan dari apa yang kita lakukan tapi lebih dari itu kita harus mencontohkan bagaimana menjadi seorang yang benar-benar takut dan merasa di awasi oleh Allah. Sehingga ia akan menular kepada anak didik tanpa harus banyak berbicara yang tidak sesuai dengan perilaku kita.

Selain itu kita harus memperkenalkan dan memberikan pemahaman kepada mereka inti dari syahadatain ( dua kalimat syahadat). Kalau mereka sudah mengetahui inti dari syahadat yang merupakan inti dari Tauhidullah saya yakin mereka akan menjadi orang yang melangkah dengan menggunakan panduan dari Allah dan Rasul-Nya, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Hal ini penting! Caranya dengan mengajarkan mereka membaca, memahami, menghayati dan mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sejak dini. Banyak cara yang bisa dilakukan, tapi paling tidak untuk saat ini kita bisa berharap besar pada menjamurnya TKA/TPA atau TKQ/TPQ yang sudah banyak diminati oleh anak-anak.

Generasi Qur'ani

Keesokan harinya, tepatnya pagi-pagi hari Ahad, saya harus pergi ke LPPTKA-BKPRMI Kota Tangerang Selatan untuk menjadi Munaqisy (penguji) pada acara Munaqosyah Akhir. Di sini saya menyemai asa bahwa ternyata genarasi harapan itu mungkin akan muncul dari sini. Mereka adalah anak-anak yang akan diuji kemampuannya yang mereka pelajari selama beberapa tahun berupa beberapa materi keQur'anan. Walaupun jumlah mereka belum sesuai dengan harapan akan tetapi paling tidak kami punya kerja untuk mencoba memperbaiki generasi bangsa ini. 

TKA/TPA memang sejak awal dirancang untuk mensiasati pengajian-pengajian sore yang mulai tidak diminati oleh anak-anak karena terkalahkan oleh tayangan-tayangan televisi. "Pengajian" bentuk baru ini mencoba menerapkan teori manajemen modern dengan harapan bisa menjadi trend yang baik di kalangan anak-anak sehingga tradisi pengajian sore tetap ada dan tetap keren.

TKA/TPA dengan motonya "Menyiapkan Generasi Qur'ani Menyongsong Masa Depan Gemilang" kemudian menjadi tumpuan harapan banyak orang untuk mengimbangi arus informasi dan globalisasi yang sudah begitu deras menerpa generasi ini dan siap membumihanguskan mereka kapanpun dan dimana pun. Dari sinilah menjadikan ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai tameng menemukan momentumnya. Modal bacaan Al-Qur'an dan sedikit pemahaman mereka tentangnya paling tidak bisa mereka jadikan modal untuk mempelajari Islam yang lebih utuh di masa yang akan datang. Sehingga nilai-nilai Qur'an dan Hadits dan nilai Islam pada umumnya akan tertanam kuat di dalam dirinya, dan mereka tidak akan goyah sedikitpun sedahsyat apapun badai zaman yang menerjang mereka. Insya Allah...:)

Sabtu, 12 Mei 2012

Segi Empat yang Harus Saling Bersinergi


Seorang panitia Haflah Akhir Tahun di sekolah antah berantah mengeluhkan tentang komite (kelas 6) yang, katanya, tidak mau koordinasi masalah kostum untuk perpisahan. Ia bilang kalau mereka tidak mau kompromi dengan keinginannya dan tidak mau diajak rapat untuk mencari jalan tengah dari permasalahan ini. Masalahnya adalah di satu sisi pihak komite menginginkan kalau mereka menginginkan kalau anaknya nanti pakai batik bebas, sementara pihak panitia baik dari SD maupun SMP menginginkan anak-anak memakai seragam putih hitam, atasan putih dan bawahnya (celana / rok) warna hitam. Karena mereka beralasan anak-anak nanti waktu perpisahan akan dikalungkan medali jadi kalau pakai batik tidak terlalu terlihat apalagi dengan batik yang berbeda-beda jadi kelihatannya tidak rapi, katanya.

Saya sebenarnya sudah sedikit lelah dan jengah mendengar perseteruan yang sering saya dengar di beberapa sekolah, termasuk di sekolah teman saya ini. Yaitu perseteruan antara pihak sekolah (kepala sekolah dan guru-guru) dengan pihak komite sekolah yang notabene mewakili orang tua peserta didik. Bagi saya perseteruan ini bagaimana pun mestinya dikurangi bahkan harus dihilangkan sama sekali. Ini akan membawa dampak yang kurang elok terhadap anak-anak yang kita didik. Bagaimana mereka akan bisa mendidik anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik sementara mereka sendiri saling berselisih. Seharusnya keteladanan harus menjadi prioritas utama bagi semua pihak yang mendukung keberlangsungan pendidikan anak-anak. Pihak-pihak tersebut adalah yang terbentuk dalam segi empat kesuksesan pendidikan, yaitu: pihak sekolah, pihak orang tua (yang diwakili komite), pihak peserta didik, dan pihak masyarakat pada umumnya.

Bagaimana semua itu bisa terwujud? Tentu satu kunci utamanya adalah adanya komunikasi yang baik dan harmonis antara keempat pihak ini. Kenapa komunikasi? Karena biasanya kesalhfahaman yang ada dimulai dari miss komunikasi antara mereka. Seandainya semuanya bisa membicarakan segala sesuatunya dengan baik dengan mengetengahkan argumen-argumen dengan kepala dingin dan bahasa yang santun, niscaya semuanya akan bisa diselesaikan dengan indah. Sebagai contohnya, ya kasus di atas. Ketika pihak panitia bilang, komite tidak mau kompromi, pertanyaan saya adalah,"Sudahkah mereka bertemu dan bicara dari hati ke hati dengan semua personil yang berkaitan dan mengungkapkan argumennya dengan gamblang?" Begitu juga dari pihak komite, "Sudahkah mereka menanyakan atau mencari tahu alasan kenapa pihak panitia menginginkan seperti itu?". Sebenarnya sederhana saja masalahnya kalau mau sama-sama duduk dan berpikir untuk kebaikan semua terutama anak-anak. Jangan memikirkan ego masing-masing semata. Karena kalau ego yang dipertahankan maka saya yakin acara akan berantakan. Dan kalau sudah begitu yang akan malu bukan hanya komite saja atau panitia saja, semua akan malu. Dan biasanya ujungnya akan saling salh menyalahkan, dan imbas besarnya nanti adalah terhadap keberlangsungan sekolah tersebut.

Oleh karena itu, siapa pun Anda yang berkiprah di dunia pendidikan, marilah kita bersinergi antara satu dengan yang lain. Ingat 4 pihak yang sudah disebutkan tadi. Jangan ada satu pihak pun yang merasa gengsi untuk memulai menjalin komunikasi. Janga terlalu serius dan kaku, jalinlah komunikasi dengan santai. Santai bukan berarti cuek. Santai di sini maksudnya, buat suasana secair mungkin sehingga antara satu sama lain  tidak merasa canggung untuk mengungkapkan perasaan terdalamnya. Nah, kalau semua pihak sudah mengetahui perasaan masing-masing maka akan sangat mudah untuk memilih di titik mana persamaan dari perasaan tersebut sehingga keputusan yang diambil lebih berorientasi dan lebih cenderung pada kesamaan-kesamaan yang ada di antara mereka. Dan hasilnya nanti akan dirasa enak oleh semua pihak yang ada. Hidup mah enjoy aja lagi. terlalu pendek usia kita kalau hanya menggunakan hidup ini untuk memperjuangkan ego kita dan ingin selalu ingin terlihat hebat dan menang. Yang penting selalu kreatif dan berpikir untuk kemaslahatan orang sebanyak-banyaknya. 

Wallahu a'lam...:)

Pantaskah Anda Menjadi Guru Bahasa Indonesia?

Seorang ibu dari seorang peserta didik di suatu sekolah dasar (SD) pernah curhat kepada saya tentang hasil Ujian Nasional (UN) anaknya yang kurang memuaskan. Terutama dengan nilai Bahasa Indonesia yang lebih kecil dibandingkan dua pelajaran lainnya, Matematika dan IPA. Awalnya ia menyesalkan karena ada sebagian guru yang sudah membocorkan perkiraan hasil nilai anak-anak. Tapi, selanjutnya ia menceritakan tentang kinerja guru-guru bimbel Bahasa Indonesianya yang menurut dia kurang qualified. Pada dasarnya saya sebagai seorang guru, walaupun saya sendiri mungkin belum qualified, saya hanya sedikit tersenyum dan mengungkapkan sedikit pendapat. 

Terlepas dari benar atau tidaknya apa yang dikatakan oleh beliau, saya hanya memberikan pendapat tanpa ikut menilai kinerja guru-guru yang dimaksud, apalagi karena saya memposisikan diri berada di luar sistem yang ada di sekolah anak si ibu ini. Menurut saya, Bahasa Indonesia itu memang kebanyakan orang menganggapnya mudah, dan siapa saja bisa mengajar Bahasa Indonesia karena pada dasarnya memang kita orang Indonesia. Tapi, bagi saya anggapan seperti ini tidak selamanya benar. Bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa-bahasa yang lain, adalah bahasa yang mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Jadi tidak sembarang orang bisa mengajar bahasa ini dengan baik. Bahkan tidak cukup sebuah lembaga sekolah menunjuk guru Bahasa Indonesia hanya didasarkan karena latar belakang kuliahnya jurusan Bahasa Indonesia. Menurut pengamatan saya selama ini, banyak guru bahasa Indonesia yang justru kemampuan menulis dan berbahasa Indonesianya justru lebih rendah dibandingkan dengan guru lain  yang notabene bukan jurusan Bahasa Indonesia.


Hal ini pada akhirnya tidak bisa dikatakan sederhana, karena bahasa Indonesia adalah bahasa yang nantinya akan menjiwai pelajaran-pelajaran yang lainnya. Dari mulai penyusunan teks tulis berupa buku, pembuatan soal sampai pembuatan karya tulis ilmiah baik di SMP, SMA maupun di perguruan tinggi. Jadi kalau dasarnya di SD anak-anak belajar bahasa Indonesia dengan guru yang tidak punya kualifikasi maka ia harus berlatih keras lagi ketika ia sudah berada di jenjang yang lebih tinggi. 

Paling tidak ada 4 kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa-bahasa lain pada umumnya. Keempat kemahiran tersebut adalah:
  1. Kemampuan membaca. Seorang guru Bahasa Indonesia (BI) dituntut untuk mengajarkan kepada anak-anak didiknya untuk menguasai teknik membaca yang baik agar mereka bisa memahami inti dan substansi dari sebuah bacaan atau teks. Oleh karena itu, kemampuan ini mutlak harus dimiliki oleh seorang calon guru BI. Kalau tidak, bagaimana ia bisa mengajarkan kepada anaknya dengan baik. Ia harus bisa menguasai dengan benar mana kalimat utama dari suatu paragraf, mana pikiran utama, apa jenis paragraf yang dibaca dan lain sebagainya. Sang guru juga harus memiliki kemampuan yang lain seperti baca puisi dll.
  2. Kemampuan menulis. Ini termasuk kemampuan yang menurut saya tidak bisa ditawar-tawar lagi. Menulis adalah kemampuan yang harus mereka miliki. Seorang calon guru Bahasa Indonesia harus melawati dulu uji kelayakan berupa menulis artikel atau karya ilmiah atau minimal sebuah tulisan sederhana dengan struktur tulisan yang baik dan penempatan tanda baca yang benar. Seorang guru BI jangan hanya bisa memerintahkan anak didiknya untuk mengarang, mengarang, dan mengarang, tapi ia harus juga memberi contoh tulisannya sendiri yang meneladankan kepada anak bagaimana menulis yang baik, tidak cuma ngomong. Kalau tidak, jangan tunjuk ia jadi guru BI, atau beri kesempatan dia untuk belajar sampai ia bisa membuktikan diri bahwa ia bisa menulis dengan baik dan benar.
  3. Kemampuan berbicara. Seorang calon guru BI haruslah orang yang punya kemampuan dan jam terbang berbicara/ berpidato di depan umum dengan baik. Kenapa? Karena salah satu materi dalam BI adalah berpidato dan mengungkapkan pendapat depan orang lain. Bagaimana mungkin orang yang tidak bisa berpidato akan bisa mengajar pidato dengan baik. Karena seorang guru adalah model bagi anak-anak bagaimana mereka bisa berbicara di depan umum dengan baik. Maka salah satu tes bagi calon guru BI adalah membuktikan kemampuannya berpidato dan mengungkapkan pendapatnya dengan bahasa yang baik di depan umum. Hal ini tidak harus selalu harus dites khusus ketika mau diamanati jadi guru BI, tapi juga bisa dilihat dari kemampuan kesehariannya dalam acara-acara tertentu.
  4. Kemampuan mendengarkan. Tentu semua orang yang telinganya masih normal bisa mendengarkan. Tapi yang dimaksud di sini bukanlah sembarang mendengarkan. Tapi, seorang guru BI harus mampu mendengarkan suatu pembicaraan, pidato, percakapan dan bahasa lidan lainnya dan mampu untuk menyimpulkan inti dari apa yang didengarnya dengan baik dan akurat.
Selain itu, seorang guru BI juga haruslah orang yang kreatif dalam menulis dan mengapresiasi sastra. Kalau bisa ia harus mampu memotori lahirnya pers sekolah, bisa berupa majalah atau buletin yang tidak hanya akan bisa dijadikan sarana apresiasi dia dan guru-guru bahasa Indonesia lainnya, tapi juga bisa memicu kreatifitas guru-guru lainnya bahkan para peserta didik yang ada di sekolah dimana ia mengajar.

Sahabat, ini hanyalah ide kecil dari saya, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
Salam kreatif... Sampai Jumpaa...:)



Kamis, 10 Mei 2012

Selamat Berjuang Anak-Anakku!

Hari kemarin, Rabu, 09 Mei 2012 kalian sudah menyelesaikan rangkaian ujian yang barangkali cukup melelahkan. Kurang lebih satu bulan kalian terus disuguhi ulangan-ulangan/ujian-ujian yang sambung menyambung seolah tidak mengindahkan rasa kemanusiaan kalian. Tapi, ya sudahlah... indahnya hidup memang akan kalian rasakan kalau hidup ini dipenuhi dengan dinamika yang ada, seperti adanya ujian, cobaan dan penderitaan dalam hidup ini. Kita bisa bicara enaknya sehat kalau kita pernah sakit. Kita bisa bicara nikmatnya sedikit santai kalau kalian pernah merasakan kesibukan. Intinya, syukurilah semua yang kalian terima atau yang kalian alami di sekolah sebagai bagian dari pembelajaran hidup yang akan jadi cerita indah di masa yang akan datang.

Untuk Anak-Anakku Peserta Didik Kelas 6 SD Islam At-Taqwa

Anak-anakku! 
Kurang lebih 3 tahun lamanya kita, Bapak dengan kalian sudah saling mengenal. 3 tahun yang lalu awal Bapak menjadi guru baru bagi kalian. Guru bagi sebuah pelajaran yang mungkin tidak begitu "bergengsi" atau bukanlah pelajaran inti yang harus kalian pelajari. Bahasa Sunda. Ya itulah nama mata pelajarannya.  Tahukah kalian, waktu pertama kali masuk kelas, Bapak bingung setengah mati. Saat di antara kalian ada yang berisik saat Bapak masuk kelas kalian Bapak hanya bisa tersenyum kecil sambil berharap kalian mengerti kalau Bapak ingin kalian mengikuti pelajaran dengan baik.

Saat kalian yang waktu itu kelas 4, sepertinya "nakal" dan tidak mau mengindahkan kata-kata Bapak, Bapak anggap itu sebagai hal biasa dan Bapak tidak boleh marah karenanya. Ketika kalian Bapak tanya kembali tentang pelajaran yang telah Bapak sampaikan dan kalian hanya bisa bengong karena mungkin tidak paham, Bapak hanya bisa berdoa bahwa suatu saat nanti kalian akan mengambil manfaat dari pelajaran yang Bapak sampaikan. Walau kadang terbersit pikiran kalau Bapak memang sama sekali tidak berhasil dalam mendidik kalian. 

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, akhirnya sampailah kalian dipenghujung pembelajaran kalian di SD Islam At-Taqwa. Walau kadang terselip rasa kesal dalam beberapa keadaan, yakinlah bagi Bapak pribadi Bapak selalu melihat senyum kalian menyunggingkan harapan besar di masa yang akan datang. "Nakal"nya kalian. Nggemesinnya kalian. Berisiknya kalian di kelas.Kata-kata kalian yang kadang kurang sopan. dan lain sebagainya, biarkan itu semua menjadi kenangan indah yang tidak akan terlupakan hingga masa di mana kalian sudah menjadi manusia-manusia dewasa seperti kami guru-guru kalian. Satu harapan Bapak dan juga mungkin guru-guru yang lain, jangan pernah kalian melupakan kami, guru-guru kalian yang barangkali agak sedikit ga bermutu atau norak di hadapan kalian.

Anak-anakku!
Maafkan bapak ya... dan juga guru yang lainnya kalau selama Bapak dan juga guru lain bergaul dengan kalian banyak sekali sikap Bapak yang tidak berkenan di mata kalian. Mungkin ada yang pernah tersakiti baik dengan perkataan maupun perbuatan juga sikap Bapak terhadap kalian, dari lubuk hati yang paling dalam Bapak ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian atas segala dosa dan khilaf yang telah Bapak lakukan kepada kalian. Tidak ada sedikitpun niat untuk menyakiti kalian. Bapak hanya ingin kalian menjadi anak-anak yang baik, anak-anak yang sukses dan berhasil dalam mengarungi bahtera kehidupan kalian yang semakin hari semakin dipenuhi dengan gelombang yang luar biasa besar. Hanya orang-orang yang terampil dan sungguh-sungguh yang bisa menaklukkan gelombang tersebut.

Kalian harus menyadari bahwa ujian yang baru saja kamu lewati bukanlah akhir dari perjuangan kalian, justru inilah awal dari perjuangan besar yang akan segera kamu mulai. Bapak hanya berpesan kepada kalian, dimanapun kalian berada, teruslah kibarkan nama baik SDI At-Taqwa. Jagalah selalu akhlak dan sikap kalian di ahadapan siapapun. Tunjukkan bahwa pendidikan yang kalian terima selama ini telah berhasil menjadikan kalian generasi yang berakhlak baik dan mampu memberi contoh yang baik bagi lulusan-lulusan dari sekolah-sekolah lain.

Dan akhirnya, Bapak ucapkan selamat berjuang anak-anakku sekalian... Pandanglah selalu dunia kalian dengan penuh optimisme dan pengharapan bahwa kalian bisa meraih sukses seperti yang kalian impikan selama ini. Yakinlah bahwa dengan bersandar pada Sang Pemberi kesuksesan (Allah SWT) kalian akan dapat meraih sukses yang besar...!!!


Selasa, 08 Mei 2012

Makan Ikan??? Mau... Mau... Mau...


Beberapa hari terakhir ini saya merasa heran dengan teman saya yang sama sekali tidak suka makan ikan. Memang selama ini ada beberapa teman yang tidak suka ikan tertentu tapi tidak setotal itu. Artinya, ada beberapa jenis ikan lain yang mereka masih bisa makan. Kalau teman saya yang satu ini tidak, bahkan untuk mencium baunya saja ia bisa-bisa muntah. Ini terbukti saat kemarin saya bersama teman-teman ada sedikit acara makan-makan di D'COST dalam acara ulang tahun salah satu teman kami. Eh, kalau teman-temannya termasuk saya pesannya gurame, udang, bahkan cumi-cumi, dia hanya pesan tempe (awalnya mau sama tahu tapi tidak jadi) dengan sayur asem dan kangkung. Alamaaak... sama sekali ga nyentuh ikan bo... Wadduh, di hati saya bilang,"Orang kok segitunya ya..?" Saya bertanya-tanya kenapa ya dia sampai sama sekali tidak suka ikan?? Apakah ada trauma tertentu atau kejadian yang menjijikkan atau tidak enak sehubungan dengan ikan yang dia alami? Entahlah, sampai saat ini semunya belum terjawab. Saya hanya berpikir kalau saya yang diposisi dia betapa tidak enaknya ya tidak bebas makan seperti orang lain. 


Saya mencoba memanas-manasi teman saya ini agar suka ikan. Kebetulan cewek yang dia "taksir" juga ikut mendorong dia untuk suka ikan dengan berbagai alasan dan cara. Sampai tadi siang saya mencoba untuk membujuk dia untuk mencoba makan ikan walaupun hanya sedikit sambil terus mengkomporinya kalau memang ia ingin mendapatkan cinta si doi maka ia harus belajar makan ikan. 

Hehe... lucunya ia ternyata mau saja untuk mencoba makan ikan. Walaupun sangat berat, tapi saya lihat ia sudah punya niatan untuk mulai mencoba, yang saya bahasakan sebagai terapi untuk bisa menyukai makan ikan. Paling tidak dengan dikawal saya dia mau beli ikan walaupun dia hanya makan secuil kecil itu juga hampir muntah. Akhirnya saya juga yang makan sisanya. Tapi, bagaimanapun it's oke lah untuk langkah pertama. 

Melihat contoh kenyataan seperti ini saya jadi bertanya-tanya, kenapa ya dia ga suka ikan. Pertanyaannya kemudian jadi melebar, sebenarnya apa sih penyebabnya seseorang tidak suka ikan? Kan enak dan bermanfaat. Daripada saya bertanya-tanya dan jawabannya tidak jelas, saya mencoba browsing di internet dan saya mendapatkan satu tulisan dari www.kaskus.us seperti di bawah ini: 

5 Alasan Orang Tidak Suka Ikan


Ada beberapa alasan orang tidak suka ikan, antara lain adalah:


Pertama: Alergi
Alergi adalah suatu keadaan dimana orang menjadi sangat rentan terhadap bahan/senyawa, yang bagi orang lain tidak menimbulkan gangguan. Menurut kamus Bahasa Indonesia, alergi adalah: 
(1) perubahan reaksi tubuh terhadap kuman-kuman penyakit;
(2) keadaan sangat peka terhadap suatu penyebab tertentu.


Reaksi alergi melibatkan dua respon kekebalan tubuh. Pertama, produksi immunoglobin E (IgE), tipe protein yang dinamakan antibodi beredar dalam darah. Kedua, sel mast, berada pada semua jaringan tubuh terutama pada daerah yang menimbulkan reaksi alergi, seperti hidung, tenggorokan, paru-paru, kulit, dan saluran pencernaan.
Kemampuan tubuh membentuk IgE melawan sesuatu yang asing, tidak saja makanan tetapi demam, asma atau gatal-gatal, umumnya diturunkan. Seseorang yang memiliki dua orangtua penyandang alergi, lebih besar peluangnya terkena alergi dibanding dengan satu orangtua yang alergi.
Sebelum alergi muncul, kekebalan tubuh berkenalan lebih dulu. Pada saat makanan dicerna, sel memproduksi IgE dalam jumlah besar, lalu dilepaskan dan menempel pada permukaan sel mast. Ketika yang bersangkutan mengkonsumsi makanan yang sama, IgE pada permukaan sel mast berinteraksi mengeluarkan histamine.
Gejala alergi akan muncul tergantung pada bagian mana jaringan mengeluarkan histamine; pada telinga, hidung, tenggorokan, gatal pada bagian dalam mulut atau kesulitan bernafas dan menelan. Bisa juga pada saluran pencernaan yang mengakibatkan diare dan sakit perut. Kondisi paling parah jika alergi terhadap seluruh proses pencernaan, dari mulai mulut hingga usus besar dan pembuangan.
Pada orang dewasa pangan yang menimbulkan reaksi tidak nyaman paling banyak adalah makanan laut, udang, lobster, kepiting, cumi, juga kacang-kacangan serta telur. Pada anak-anak biasanya disebabkan oleh berbagai produk telur, susu dan kacang.
Alergi pada orang dewasa umumnya bertahan, sedangkan pada anak-anak kerap hilang seiring bertambahnya usia. Frekuensi menyantap satu jenis makanan berpengaruh terhadap alergi. Di Jepang, misalnya, alergi nasi lebih banyak ditemukan sementara di negara-negara Skandinavia, alergi ikan bandeng lebih sering terjadi.
Bahan-bahan yang dapat menimbulkan reaksi alergi disebut alergen / antigen.


Kedua: Duri Pada Ikan Yang Membuat Orang Tertusuk Saat Makan
Penyebutan "duri" dalam dunia hewan dapat dijumpai pada Ikan dan hewan lainnya. Duri pada ikan dijumpai penyebutannya, misalnya pada betok, mujair, lele, dan bandeng. Duri pada ikan adalah tulang. Pada ikan betok dan mujair, yang dimaksud duri terutama adalah tulang-tulang yang menyusun sirip dorsal dan sirip insang. Pada ikan lele, yang dimaksud duri adalah patil, suatu organ aksesori di bagian dada ventral sebagai alat pertahanan.


Ketiga: Karena Ikan Memakan Kotoran(Perasaan Jijik)
Ikan memakan segala terutama untuk spesies ikan lele yang memakan segala termasuk kotoran. Untuk umat muslim apakah Haram? Ini Jawabannya:
Ikan leletermasuk binatang jalalah, yaitu hewan pemakan kotoran, endapan, materi - materi yang bersifat kotor atau jorok dan tidak bermanfaat. Namun, ikan lele bisa juga dikatakan sebagai bukan binatang jalalah, karena pakan yang dikonsumsi adalah pakan yang tidak kotor dan sudah bernutrisi, seperti pelet, dan pembudidayaan lele sendiri telah menerapkan metode teknis budidaya yang bersifat teoritis dan jarang menggunakan sistem Longyam (kandang ayam di atas kolam lele), maka kolam terpal merupakan salah satu bentuk terobosan teknis pembudidayaan lele yang baik sejauh ini.Sementara pupuk kandang itu sendiri diberikan bertujuan agar dapat menumbuhkan pakan alami di kolam ikan lele seperti menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan tambahan lele.


Keempat: Ikan Berbau Amis
Orang cenderung menghubungkan bau amis ikan dengan pasar dan restoran karena menurut mereka dimana mereka dapat mencium bau amis ikan? Akan tetapi ikan tidak harus bau amis, apabila ikan tersebut benar-benar segar.


Ketika baru beberapa jam di angkat dari air, ikan, kerang dan udang tidak akan mengeluarkan bau, mungkin masih ada aroma laut yang segar. Ketika bahan makanan asal laut ini mulai mulai mengurai, barulah aroma amis merebak ke mana-mana.


Dan ikan mengurai atau membusuk jauh lebih cepat daripada daging-daging jenis lain. Daging ikan, otot ikan terbuat dari jenis protein yang berbeda dibandingkan dengan daging sapi dan ayam. Daging ini mengurai lebih cepat, tidak hanya karena dimasak, tetapi juga karena aksi enzim-enzim dan bakteri.


Kelima: Ikan Yang Kita Makan Mentah
Sushi (鮨, 鮓, atau biasanya すし, 寿司?) adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula.
Asal-usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi (酸し). Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji 鮓 merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō (魚醤) yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi (麹 koji) atau ampas sake (糟 kasu). Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain yang berbunyi yang sama).
[Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?p=557395797]

Ini hanyalah sedikit gambaran saja. Entah mana yang menjadi alasan teman saya tidak suka makan ikan. Bagaimanapun itu adalah pilihan. Masing-masing orang punya kemauan dan alasan tersendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal. Dan siapapun memang tidak berhak untuk memaksanya menjadi suka atau tidak suka. Yang bisa kita lakukan paling membantu kalau memang apa yang terjadi pada orang seperti teman saya ini memang mengganggu buat dirinya dan ia ingin keluar dari jerat itu. Membantu meyakinkan kalau memang ia bisa kalau dia benar-benar mau berubah.

Bagi yang belum suka makan ikan, mungkin perlu mengetahui beberapa manfaat yang ciamik dari kebiasaan makan ikan. Yaa... siapa tahu mulai tertarik dan mulai mencoba untuk belajar makan ikan agar bisa merasakan manfaatnya yang muantaap itu. Nyok kita simak manfaat makan ikan berikut ini.

Manfaat Ikan bagi Kesehatan

Manfaat daging ikan untuk kesehatan memang sangat banyak sekali. Perkembangan informasi memang membuat banyak perubahan dalam perilaku kesehatan masyarakat. Dulu ada anggapan. "Kalau kebanyakan makan ikan , bisa cacingan," sehingga banyak anak kecil enggan makan ikan..Sekarang, banyak makan ikan malah dianjurkan, karena dipercaya dapat mencegah gangguan jantung. Seperti apakah manfaat makan ikan sebenarnya?

Well, langsung aja kita lihat khasiat dan manfaat mengkonsumsi ikan. 

1) Menekan Risiko Stroke & Serangan Jantung
Salah satu tujuh manfaat ikan adalah menekan risiko stroke dan serangan jantung.

Ikan memiliki kandungan kaya akan asam lemak omega-3 di dalam ikan yang sangat penting untuk otak, mengonsumsi ikan secara rutin dan teratur setiap pekan dapat menekan risiko penyakit jantung pada pria maupun perempuan.

2) Rendah Lemak
Sebagian besar ikan-ikanan (ikan berdaging putih) maupun sebagian ikan berdaging gelap seperti tuna sirip kuning ataupun sebagian jenis kerang serta makanan laut lainnya memiliki kandungan total lemak yang paling rendah dibandingkan sumber protein hewani lainnya.

3) Sumber Protein, Vitamin dan Mineral yang Kaya
Ikan memiliki kandungan kaya akan; vitamin A, vitamin D, fosfor, magnesium, selenium, yodium, serta kalsium. Secara mendasar ikan memiliki protein hewani yang sama dengan daging sapi, namun kelebihan ikan adalah tidak memiliki lemak yang tinggi dan protein dan nutrisinya sangat mudah diserap tubuh.

4) Mengurangi Kolesterol LDL
Ikan memiliki kandungan lemak jenuh paling sedikit dibandingkan dengan protein hewani lainnnya seperti halnya ayam, daging atau bahkan udang dan lobster. Dimana lemak jenuh memiliki peran paling aktif menaikkan kadar kolesterol jahat dalam darah.

5) Mengurangi Peradangan dan Sakit Sendi
Dari asam lemak omega-3 ikan tuna, salmon, makarel, sarden maupun tuna dapat juga mengurangi risiko peradangan dan sakit persendian.

6) Minyak Ikan untuk Janin dan Bayi Menyusui
DHA juga sangat bermanfaat bagi perkembangan otak bayi. Ikan seperti tuna, makarel, dan sarden bisa menjadi pilihan yang bagus untuk hamil hamil dan menyusui.

7) Untuk Nutrisi Otak
Bahkan, kandungan asam lemak omega-3 di dalam ikan juga sangat penting untuk otak. Dimana asupan nutrisi tersebut sangat dibutuhkan bagi yang tinggal di perkotaan besar untuk stamina otak.

Pengaruh Cara Masak
Namun demikian, penyajian pun memilliki peran penting dari hasil kesehatan yang diinginkan. Ikan yang digoreng dan dibakar lebih memiliki kandungan zat radikal bebas, karsinogen serta kolesterol jahat lebih besar daripada ikan yang disajikan mentah (sushi, sashimi, dll) ataupun steam (kukus).

Well, itulah informasi seputar manfaat makan ikan bagi kesehatan. Semoga menambah informasi anda.
[Sumber:http://tourworldinfo.blogspot.com/2011/10/manfaat-makan-ikan-untuk-kesehatan-yang.html]

Semoga apa yang sudah disajikan bisa bermanfaat untuk Sahabat sekalian. Terima kasih kepada dua sumber yang sudah saya kutip di atas. Jazaakumallah Khairan katsiraa....:)

Senin, 07 Mei 2012

Menemukan Kembali Jiwa yang Hilang


Melihat tayangan acara HITAM PUTIH malam ini sedikit banyak telah memberikan pemahaman kepada saya tentang sebuah trend yaitu "bertato". Saya bersyukur kepada Allah atas hidayah-Nya yang telah diberikan kepada 2 insan yang malam ini ditampilkan sebagai bintang tamu, yaitu: Nikita Mirzani dan Kirana Larasati. Pasalnya, kedua wanita ini bermaksud untuk menghapus tatonya yang selama ini mereka miliki. Menjadi luar biasa bagi saya karena kejadian ini telah membukakan pintu pemahaman kepada saya kenapa dalam Islam tato itu dilarang. Bahkan dikatakan dalam sebuah hadits Nabi bahwa Allah akan melaknat orang yang minta ditato dan membuatkan tato. 

Awalnya mungkin saya dan juga di antara Sahabat sekalian kadung memberi penilaian atau stigma negatif kepada Nikita Mirzani dengan sikap dan cara berpakaiannya yang terlalu berani. Apalagi konon dia mempunyai tato sampai 17 buah. Perempuan macam apa ini? Tapi, penilaian itu tiba-tiba malam ini berubah setelah dia dengan panjang lebar berbicara tentang perubahan cara hidup, cara pandang, kedekatan dengan Allah, kedekatan dengan keluarga dan niatnya untuk menghapus tatonya yang sebanyak itu. Ini tentu tidak mudah karena butuh proses yang tidak hanya sakit tapi juga membutuhkan waktu yang panjang dan biaya yang tidak sedikit. Kalau memang tidak ada niatan yang kuat saya yakin ini tidak akan mungkin dilakukannya. 

Dia bercerita bahwa awalnya dia bertato adalah karena dia tidak terima dengan kondisi hidup yang ia terima. Ini sebagai salah satu bentuk protes kepada Tuhan yang ia rasa tidak memperlakukannya dengan adil. Ia menikah dengan seseorang ternyata yang ia dapat adalah perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan kepadanya sebagai seorang istri. Ia juga ditinggal wafat oleh ibunya yang terkena cancer. Ayahnya pun katanya sangat kasar dan tidak bersahabat dengan dia. Maka untuk mengalihkan rasa sakitnya karena hal-hal di atas Nikita kemudian bertato yang ia bilang rasanya memang sakit tapi itu bisa mengalihkan rasa sakit hatinya waktu itu. Nikita pun kemudian sadar setelah ibunya sudah tiada dan ayahnya berubah menjadi lebih baik. Baginya sekarang tidak ada alasan lagi untuk mempertahankan tato-tatonya itu, yang selama ini juga dari lubuk hatinya yang terdalam ia tahu kalo bertato itu memang tidak baik.


Bintang tamu lain, yaitu Kirana Larasati ikut menguatkan apa yang dilakukan Nikita karena ia pun sekarang sudah mulai menghilangkan tatonya yang jumlahnya lebih sedikit daripada Nikita. Jumlah tatonya cuma 5. Setelah digali ternyata bertatonya Kirana juga dipicu oleh ketidakpuasannya menghadapi hidup dan menyalahkan Tuhan yang ia rasa juga tidak adil. Orang tuanya sudah pisah sejak kecil. Ibunya menikah lagi dengan seorang laki-laki keturunan Chinnese yang sangat menyayanginya. Tapi, saat keluarganya ditimpa kekurangan sampai-sampai untuk bisa membeli susu buat Kirana saja ayah tirinya harus pura-pura tertabrak agar mendapat uang ganti rugi dari yang menabrak dimana uangnya akan dipakai untuk membeli susu buat Kirana. Dari sinilah Kirana mulai berontak dan menganggap kalau Tuhan ternyata tidak adil. Dan pelariannya yaaa... itu dia "bertato". Dia pun sekarang sudah mulai menggunakan pakaian yang tertutup. Alhamdulillah...

Semua fakta di atas paling tidak seharusnya akan memberikan penyadaran kepada siapapun yang sudah bertato hendaknya bertanya kepada diri sendiri apakah kita nyaman dengan keadaan bertato? Tanya juga dengan jernih, apa motivasi kita pertama kali menginginkan untuk bertato. Kalau memang itu karena stres ataupun menghilangkan rasa sakit hati, mendingan kita mulai berpikir untuk menghapuskannya. Sebaliknya bagi siapapun yang belum jangan sampai berpikir untuk membuatnya. Kata bintang tamu Hitam Putih tadi ternyata orang yang bertato itu kebanyakan penyesalannya panjang.

Sebagai orang yang awam tentang pertatoan selama ini saya memandang bahwa bertato itu tidak baik karena akan menghalangi air saat wudu atau mandi. Setelah melihat tayangan tadi ditambah penjelasan dokter, saya menyimpulkan bahwa penyebab orang bertato itu adalah karena ketidakpuasan dengan kondisi kehidupan yang ada baik di rumah maupun di masyarakat. Karena kesedihan yang mendalam dan stress yang berat juga bisa menjadi sebab seseorang menjadikan bertato sebagai pelariannya. Kalau itu alasannya kita tahu betul kalau bertato adalah sesuatu yang tidak baik dan harus kita hindari. Berpikirlah lebih jernih, gunakanlah hati yang bersih, pikiran positif dan mulailah berpikir untung ruginya kalau kita bertato. Jangan sampai menyesal di kemudian hari.

Kalau dari sudut pandang orang yang berusaha mengajak orang lain kepada jalan kebaikan, baik itu sebagai orang tua, suami, istri, anak atau siapapun, pelajarannya adalah janganlah kita menjauhi orang yang kita pandang mempunyai kebiasaan buruk. Karena boleh jadi ia melakukannya karena alasan-alasan tertentu yang tidak kita ketahui. Lebih baik dekati mereka dengan bahasa mereka, sehingga mereka bisa sedikit berbagi tentang masalahnya dan kita mencoba untuk memberikan solusi yang terbaik sesuai dengan yang kita mampu. Ditambah mari kita terus do'akan mereka, sebut mereka dalam do'a-do'a kita , mudah-mudahan mereka saudara-saudara kita yang menurut kita belum baik agar bisa berubah menjadi lebih baik. 

Terakhir, tentang pakaian dari Nikita Mirzani dan Kirana Larasati yang mulai tertutup, host Dedy Corbuzier menggambarkannya dengan sangat apik. Bahwa "Sesuatu yang mahal itu biasanya tertutup; barang yang mahal di toko biasanya disimpan dengan tertutup di etalase; mutiara yang mahal ada di lautan yang tertutup air laut; emas termahal ada di bawah tanah yang juga tertutup. Jadi, diri/badan yang mahal itu bukan yang dibuka-buka dan bisa menjadi konsumsi publik, tapi justru yang tertutup." 

Wallahu a'lam...

No Body Perfect


Mungkin kata itu yang pantas diucapkan saat seseorang yang selama ini kami kagumi membuat satu kesalahan dalam penulisan makalah. Namanya Pak M. Dari semenjak beliau masuk perkuliahan di semester 2 Pascasarjana PTIQ, beliau sudah membuat kami terpana dengan kepandaiannya dalam mengungkapkan berbagai argumen dan referensi dalam diskusi-diskusi yang kami lakukan. Hampir setiap perkuliahan beliau selalu  menyampaikan pendapatnya. Beliau juga selalu mendapat pujian dari para dosen tentang kepiawaiannya. Saya juga sebagai temannya banyak mengambil inspirasi dan motivasi dari beliau walaupun secara diam-diam.

Kehadiran beliau saya yakin membawa iklim perkuliahan kelas kami menjadi lebih hidup. Sehingga hampir setiap kali beliau tampil sebagai pemakalah atau beliau mengomentari sebuah pendapat atau isi makalah banyak di antara teman-teman yang mungkin menganggap bahwa pendapatnya sudah pasti benar atau valid. Tapi, bagi saya justru ini menjadi sinyal bahaya. Kenapa? Karena hal ini bisa mengakibatkan kita lupa bahwa beliaupun sebenarnya mempunyai kekurangan dan mempunyai titik kelemahan. 

Nah, kejadian kemarin saya kira bukanlah suatu kebetulan, Allah sudah mendisainnya sedemikian rupa agar kita tidak terlena karena kekaguman kita pada seseorang. Sekagum-kagumnya kita mestinya kita tetap bisa kritis. Begini kejadiannya. Kemarin, Sabtu, 6 Mei 2012 pada Mata Kuliah Pengembangan SDM yang bertugas sebagai pemakalah adalah Pak M. Seperti biasa, makalah beliau sangat bagus dan sarat dengan referensi. Tapi, ternyata di sana ada satu kesalahan pada waktu pengutipan ayat Al-Qur'an. Maksud beliau adalah mengutip ayat ke-14 dari Surah Ali Imran tapi ternyata baru setengah ayat itu dikutip sambungannya nyebrang ke ayat lain yang ada di surah At-Taubah. Sontak ini membuat beberapa teman interupsi dan menimbulkan perdebatan kecil yang sedikit tidak nyambung. Bagi saya hal ini biasa saja, karena saya memandang bahwa kesalahan itu bisa terjadi pada siapa saja termasuk kepada beliau yang selama ini dianggap selalu perfect.

Hikmah dari kejadian semacam ini adalah bahwa siapapun kita dimanapun kita berada, selalu saja ada orang-orang yang membuat kita kagum sebaliknya ada juga orang yang membuat kita menilainya negatif. Kita tidak boleh kemudian menilainya hanya dari satu sudut pandang saja dengan mengabaikan sudut pandang yang lain. Karena hal itu akan membuat kita menilai seseorang dengan cara yang salah. Setiap orang pasti punya kontribusi dalam kehidupan sosialnya sekecil apapun itu. Setiap orang terlahir mempunyai sifat dan karakter yang berbeda. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Bisa orang tuanya, temannya, lingkungan masyarakat, guru-gurunya dan lain sebagainya. Jangan berharap bahwa setiap orang punya sifat yang sama seperti yang kita harapkan. Setiap individu punya perbedaan yang perlu kita sikapi dengan sangat-sangat bijak.

Begitu pula ketika kita mengagumi seseorang, janganlah kita mengagumi atau menjadikannya idola secara buta. Setinggi-tingginya ilmu seseorang, pasti ada sesuatu yang tidak ia ketahui atau ia kurang konsen terhadapnya. Ingatlah akan firman Allah SWT yang memfirmankan: "Tidaklah kalian diberi ilmu pengetahuan melainkan sangat sedikit..." Kita semua dilahirkan dengan berbeda dengan tujuan agar kita bisa saling melengkapi  satu sama lain, bisa saling membantu antara yang satu dengan lainnya. Sehingga kehidupan ini berjalan dengan baik dan seimbang. Antara si miskin dan si kaya saling membutuhkan. Antara yang pandai dengan yang kurang pandai juga saling membutuhkan. Setiap sisi lebih kita kita gunakan untuk menutupi kekurangan orang lain. Dan sisi kurang kita ditutupi dengan kelebihan orang lain. Begitu juga sebaliknya. Karena itulah manusia disebut oleh Aristoteles sebagai zoon politicon atau makhluk sosial. 

Intinya, sikapi setiap orang yang kita temuai dengan satu asumsi bahwa tidak ada manusia yang sempurna. No Body Perfect...

Sabtu, 05 Mei 2012

Pelajaran yang Mengindahkan Hidup


Saya pernah mengeluh dengan apa yang Allah tentukan kepada saya dalam hidup ini. Jujur, waktu itu saya belum tahu apa maksud Dia menjadikan saya begitu terpuruk dengan keadaan dan "nasib" yang menimpa saya. Saya merasa semua sepertinya tidak adil. Kurang lebih 4 bulan di awal saya merajut sebuah ikatan suci itu, saya murung, saya tidak punya gairah untuk hidup. Stress luar biasa. Kadang untuk menghilangkan rasa stress saya beberapa kali berjalan kaki untuk jarak yang lumayan jauh. Hal ini mungkin saya rasakan karena saya syok dengan keadaan yang sama sekali belum pernah saya rasakan sebelumnya. Selama 24 tahun saya hidup waktu itu, saya merasakan betapa semuanya berjalan baik-baik saja dan hampir tidak ada halangan yang berarti. Baik dari segi pendidikan, kehidupan keluarga, maupun dalam pelaksanaan pengabdian kepada Allah SWT.

Namun, itulah luar biasanya Allah, Dia tidak serta merta memberi segala sesuatu yang kita mau, tapi Dia akan memberi apa yang kita butuhkan. Hikmah besar yang saya rasakan setelah tempaan berbagai macam cobaan itu adalah saya kemudian merasa beggiiiitu ringan menghadapi hidup yang awalnya saya rasa berat itu. Andai Allah terus memberi saya berbagai kesenangan, mungkin saya tidak akan merasa siap saat cobaan besar menghadang saya. 

Ada beberapa pelajaran yang saya dapatkan setelah saya ditempa di camp ujian ini:
  1. Semakin yakin betapa Maha Besar, Maha Kuasa dan Maha Sayang-nya Allah SWT.  Berbagai kejadian yang dialami telah membuktikan itu. Saat saya sudah sampai pada titik kepasrahan total Allah akan senantiasa menolong dengan caranya yang mungkin selama ini tidak pernah terbayangkan kejadiannya akan seperti itu. Luar biasa... Allah pasti selalu mempunyai cara, bahkan cara-Nya menyelasaikan masalah kita begitu banyak dan tak terbatas. Saya ingin bilang kepada Sahabat sekalian, jangan pernah meragukan Maha Kuasa-Nya Allah. Bagi kita boleh jadi sesuatu itu kita katakan tidak mungkin, tapi yakinlah bagi Allah tidak ada yang tak mungkin. Betapa tidak, bukankah Dia yang menciptakan segala kemungkinan dalam hidup ini???
  2. Saya menjadi lebih kuat dan siap menjalani setiap tantangan hidup dengan lebih tenang. Sahabat, ternyata memang jalan hidup itu tidak selalu datar. Kita harus siap dengan kedaan jalan yang terjal dan kadang begitu curam dan terlihat sangat membahayakan. Cobaan dan ujian yang Allah berikan untuk kita akan mengeluarkan sisi terbaik dan bakat terpendam yang kita miliki. Kemampuan seseorang seringkali akan muncul kalau sudah berada dalam kondisi kepepet dan bahkan dalam keadaan di bibir jurang kehidupan yang begitu curam. Ingatlah, saat Thariq bin Ziyad menciptakan keterpepetan buat pasukan perangnya yang sudah terlihat loyo. Saat sampai di medan perang dimana musuh sudah di depan mata di belakang lautan membentang begitu luas, dengan penuh keyakinan Thariq membakar seluruh perahu yang telah digunakan oleh pasukannya untuk sampai di tempat itu. Sekarang tinggal ada 2 pilihan sulit. Di depan musuh menghadang, sementara mundur kabur pun tidak mungkin karena di belakang ada lautan luas dengan ombaknya yang siap menggulung mereka. Dalam kondisi seperti itu, dalam keadaan terpepet ternyata muncul keberanian mereka untuk mengerahkan kemampuannya memenangkan pertempuran itu. Hasilnya dahsyat... Posisi sulit itulah justru yang membuat mereka mengeluarkan kemampuannya dan akhirnya mereka bisa memenangkan peperangan itu dengan gemilang. Subhanallah...
  3. Semakin sadar bahwa saya harus mempunyai niat yang benar dalam melakukan apapun. Pastikan niat kita benar dalam melakukan segala sesuatu!! Menjaga niat kita agar tetap lurus adalah perbuatan yang tidak sederhana. Ia akan sangat sulit ketika sudah dihadapkan pada materi dan bayangan kesenangan yang akan diraih. Ketika di awal niat kita sudah salah dalam melakukan apapun  maka bersiaplah untuk menderita. Karena niat inilah penentu kita bisa enjoy atau tidak dalam melakukannya. Bahkan untuk niat menikah sekalipun. Sedikit saja niat kita terkontaminasi dengan niat yang bersifat duniawi/ keluar dari motivasi lillaahi ta'ala maka ini adalah indikasi yang buruk terhadap sesuatu yang akan kita lakukan. Kebahagiaan yang kita rasakan akan cenderung semu dan mungkin hanya dalam pandangan orang semata, sementara batin kita tersiksa.
  4. Bahwa niat yang baik akan yang terus dijaga dengan penuh kesabaran dan kesadaran akan menemukan hasilnya di saat yang tepat menurut Allah SWT. Oleh karena itu, jagalah misi kebenaran yang kita punya dengan penuh kesabaran, apapun kata orang, atau apapun kejadian yang akan kita terima. Setiap kebaikan yang kita niatkan akan menemukan momentumnya pada saat yang tepat dan pantas.
  5. Saya belajar tentang bahagia. Bahwa ternyata bahagia itu ada dan disediakan bagi setiap orang. Bahagia ada bagi orang kaya. Bahagia juga ada bagi orang miskin. Bahagia ada bagi orang sibuk. Bahagia ada bagi orang "santai". Bahagia bahkan ada bagi orang yang mungkin kita melihatnya sebagai orang yang paling banyak masalah sekalipun. Kuncinya adalah memahami semuanya sebagai proses yang akan membuat kita menjadi lebih baik dan lebih bahagia. Meyakini bahwa semua adalah jalan terindah yang Allah ciptakan agar kita mencapai sebuah kebahagiaan hakiki kepada-Nya. Maka apapun kedaan kita saat ini, syukurilah, bersabarlah, maafkanlah orang yang telah berbuat salah kepada kita, manfaatkanlah setiap potensi yang ada,  berpikir positiflah, dan yang tidak kalah pentingnya milikilah keyakinan yang benar kepada Allah SWT.
Semua yang saya jalani, alhamdulillah, berwujud menjadi sinergi yang apik dan indah. Saya bisa menikmati pekerjaan saya bukan lagi sebagai sebuah pekerjaan yang melelahkan, tapi pekerjaan yang lebih saya maknai sebagai refreshing dan saya merasakan diri saya sebagai seorang yang sedang berwisata di suatu tempat terindah di bumi ini dengan wahana dan panorama yang tidak kalah indahnya. Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah atas semua anugerah ini...:)

Jumat, 04 Mei 2012

Menjadikan Hidup Lebih Bermakna (Renungan Tahun ke-32)


Beberapa teman mengucapkan selamat karena hari ini saya genap berusia 32 tahun. Memang saya senang karena Allah masih memberi kesempatan saya untuk menghirup udaranya, merasakan nikmatnya dan masih diberi waktu untuk memperbaiki diri. tentu inilah yang harus saya syukuri. Apalagi teman-teman yang mengucapkan selamat rata-rata diiringi do'a untuk kebaikan, kesuksesan dan keberkahan. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas semua ini. Semoga setiap do'a yang meluncur dari lidah teman-teman benar-benar keluar dari hati terdalam dan penuh kesungguhan. Sehingga semua itu dapat membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan saya.

Di hari ini juga adalah saatnya bagi saya untuk kilas balik dan kembali merenung tentang apa yang sudah saya lakukan selama ini, apakah saya sudah cukup mengisi hidup ini dengan kebaikan ataukah justru lebih banyak diisi dengan keburukan dan kemaksiatan. Astaghfirullah... Allah telah begitu banyak memberi waktu dan kesempatan bagi saya untuk belajar, tapi seringkali saya menyai-nyiakannya. Dia juga telah memberi begitu banyak kesempatan untuk berkarya, tapi saya telah banyak melewatkannya tanpa satu karya pun yang dihasilkan. Betapa banyak masa dimana saya bisa pergunakan untuk beribadah kepada-Nya, tapi saya malah lebih banyak mengisinya dengan memperturutkan hawa nafsu dan kemalasan.

32 tahun bukanlah waktu yang sedikit untuk menghasilkan karya yang bermanfaat untuk orang banyak. Kalau dibandingkan dengan usia Rasulullah SAW yang 63 tahun, berarti saya sudah menempuh setengah lebih sedikit dari perjalanan hidup yang sepatutnya saya tempuh. Kalau kita lihat kehidupan Rasulullah SAW dan orang-orang yang meraih sukses besar di dalam hidupnya, rata-rata atau hampir dapat dipastikan kalau mereka adalah orang-orang yang senantiasa meggunakan waktu yang dimilikinya dengan baik. Mereka sangat menghargai waktu dan sama sekali tidak pernah menyia-nyiakannya. Mereka sangat mengerti manajemen waktu dan mengamalkannya dengan baik. Mereka punya jadwal amaliyah harian yang tidak pernah mereka langgar. 


Mari kita coba mencermati beberapa indikasi pengaturan waktu yang buruk dengan harapan kita dapat menjauhinya guna menjadikan waktu kita untuk lebih efektif dan produktif lagi. Dijelaskan bahwa, indikasi pengaturan waktu yang buruk adalah sebagai berikut :
1. Jadwal diatur orang.
2. Suka datang ke acara yang tidak penting.
3. Suka melakukan pekerjaan yang mendesak (mepet).
4. Merasa terlalu sibuk dan kekurangan waktu.
5. Banyak masalah yang tertunda penyelesaiannya.
6. Produktivitas kerja tidak efektif.
7. Sering menunda pekerjaan.
8. Suka bingung dalam mengambil keputusan.
Ini hanya beberapa dan secara garis besarnya saja. (http://akabarahikari.blogspot.com/2012) Tapi, paling tidak ini bisa membuat kita lebih waspada dalam menjalani keseharian kita.

Dari beberapa poin pembunuh waktu efektif di atas kita bisa mengambil sebuah pelajaran yang biasa kita sebut dengan prioritas. Artinya, untuk dapat mengefektifkan waktu yang kita punya salah satu caranya adalah bagaimana kita dapat membuat skala prioritas dari setiap rencana kerja yang akan kita lakukan. Caranya adalah dengan membuat kategori dari sekian banyak pekerjaan yang kita punya. Paling tidak kita bisa mengkategorikan menjadi: sangat penting dan mendesak, sangat penting tapi tidak mendesak, penting dan mendesak, penting tapi tidak mendesak, agak penting dan mendesak, agak penting tapi tidak mendesak, kurang penting dan tidak penting. Urutkan semuanya dari mulai yang sangat penting dan mendesak sampai pada yang tidak penting. Dari sana kita bisa mempertimbangkan dan mensinkronkan dengan waktu yang kita punya. Apakah waktunya cukup untuk melakukan semua pekerjaan tersebut atau tidak. Yang perlu jadi catatan, walaupun kita punya waktu cukup longgar untuk melakukan semua pekerjaan yang ada, usahakan bahkan seharusnya kita membuang pekerjaan yang termasuk kategori yang tidak penting. Kenapa? Karena hal ini sesuai dengan titah Rasulullah SAW dalam sabdanya: "Di antara baiknya Islam seseorang adalah saat ia bisa meninggalkan sesuatu yang tidak berguna atau tidak penting baginya." 

Kalau begitu saya kira sudah jelas bagi kita semua bahwa yang harus kita lakukan saat ini adalah 1) Inventarisir, pekerjaan apa yang akan kita lakukan. 2) Buat scheddul-nya agar semua terjadwal dengan baik. 3) Lakukan setiap detail pekerjaan dengan disiplin; karena sekali kita langgar jadwal yang sudah kita buat maka kemungkinan akan terjadi pelanggaran-pelanggaran berikutnya, yang akhirnya akan menyebabkan semuanya ditinggalkan.

Coba kita perhatikan bagaimana Imam Ghazali membagi waktu kepada tiga bagian. 1/3 waktu digunakan untuk beribadah kepada Allah. 1/3 untuk belajar dan berkarya. Dan 1/3 lagi untuk istirahat. 1 hari adalah 24 jam. Maka 1/3-nya adalah 8 jam. Dan hasil dari konsistensinya dengan jadwal yang beliau tetapkan inilah buktinya bisa kita lihat, bagaimana Imam Ghazali menjadi tokoh besar yang disegani karena ilmunya yang mumpuni dan karya-karya besarnya yang monumental. Luar biasa.... Kabar gembiranya, kita bisa seperti Imam Ghazali bahkan bisa lebih dari beliau asal kita mampu memanage maktu dengan baik dan berdisiplin dengannya.

Sedih rasanya kalau saya membaca sejarah orang-orang sukses dan bagaimana sepak terjang mereka dalam meraih kesuksesan tersebut. Sungguh, mereka tidak terlepas dari pendekatan diri yang luar biasa kepada Sang Sumber Kesuksesan, Allah SWT. Ibadah mereka begitu rajin. Mereka senantiasa bangun malam untuk Shalat Tahajjud. Pagi-pagi mereka sudah siap menunaikan Shalat Dhuha. Mereka pun mendekatkan dirinya kepada Allah lewat lidah para fakir dan miskin, dengan cara terus mengembangkan sayap kepeduliannya melalui infak, sedekah, hibbah dan lain sebagainya. Bagaimana tidak bergetar 'Arasy-nya Allah dengan do'a mereka?

Selain itu, mereka juga adalah orang yang tidak henti-hentinya belajar, belajar, terus belajar. Tidak hanya itu hasil belajar mereka pun diwujudkan dalam karya yang hasilnya bisa dinikmati oleh banyak generasi setelahnya.Kebiasaan belajar dan berkarya inilah yang menjadikan mereka memiliki ilmu yang benar-benar dikuasai dengan matang dan manfaatnya terus menerus dirasakan bahkan sampai ia terkubur di dalam tanah, pahalanya akan terus dan terus mengalir membawa kebahagiaan yang tiada tara.

Tapi, kita juga jangan pernah lupa bahwa hidup kita tidak hanya untuk ummat, kita juga punya keluarga dan raga yang juga perlu diprhatikan keberadaannya. Menjadikan diri kita bermanfaat adalah penting, tapi juga tidak kalah penting dengan tugas yang diamanahkan kepada kita, seperti istri, suami, anak dan kewajiban yang berhubungan dengan semua itu. Menjaga kondisi tubuh agar mendapatkan istirahat yang cukup juga merupakan keharusan dalam rangka menjaga konsistensi kita dalam berkarya, berdakwah, dan beribadah kepada Allah.

Akhirnya, marilah kita tempatkan semuanya pada porsi dan posisi yang sebenar-benarnya dan sepantasnya, sehingga menjadikan kita menjadi insan-insan yang dapat menggapai sukses dunia dan akhirat. Insya Allah...