Sabtu, 21 Desember 2013

Resep Nasi Liwet Sunda Uyee...



Ada yang tahu nasi liwet? Itu salah satu makanan favorit saya, tiap kali pulang kampung pasti saya bikin nasi liwet di rumah. Selain bakar ikan dan menu pete atau jengkol tentunya.

Nasi liwet adalah salah satu masakan khas Indonesia yang pada umumnya menggunakan beras atau nasi sebagai makanan pokoknya. Nasi Liwet sudah lama ada di tanah air, mungkin dari ujung barat di Sabang sampai ujung timur di Merauke sana. Dari ujung bumi sampai ujung langit, hehe.

Penasaran bagaimana cara membuatnya, oke langsung saja yuk kita bahas, berikut adalah Resep Nasi Liwet Sunda :

Pertama kita buat dulu nih Nasi liwetnya, nanti setelah itu kita buat lauknya yech...:)

Bahan-bahan :
  • Beras 300 grm, cuci bersih dan tiriskan
  • bawang merah, 3 butir  iris tipis
  • 1 batang serai, memarkan
  • 1 lembar daun salam
  • 2 sdm minyak untuk menumis
  • 1 lembar daun pisang untuk alas
  • Air secukupnya
  • Garam secukupnya


Cara Membuat Nasi Liwet Sunda :
  1. Pertama-tama, tumis bawang merah dalam panci yang digunakan untuk memasak nasi sampai layu dan terasa harum.
  2. Setelah itu, masukan beras, garam dan serai, aduk sebentar.
  3. Masukan air, masak sampai mendidih sambil diaduk supaya tidak gosong
  4. Setelah air sedikit menyusut, kecilkan api dan tutup pancinya.
  5. Menjelang matang masukan tumis ikan asin diatas nasi yang telah dialasi dengan daun pisang.
  6. Masak sampai nasi matang.


Berikut cara membuat tumis ikannya,

Bahan-bahan:
  •  ikan asin, 200 gram potong-potong (bisa pake teri) goreng garing
  • bawang merah, 3 butir
  • cabe merah, 3 butir
  • cabe hijau, 1 butir
  • cabe rawit, 5 butir
  •  2 sdm minyak untuk menumis
    Untuk membuatnya pasti udah pada bisa yaa... hehe...
    
    Selamat mencoba...!!!



forum.jalan2.com

Jumat, 20 Desember 2013

Tips Belajar yang Efektif

Segala sesuatu ada ilmunya. Ketika kita mengerjakan suatu pekerjaan tanpa ilmu, maka bisa dipastikan kita akan mengalami kesulitan. Bahkan untuk hal yang sederhana sekalipun. Sebaliknya, dengan ilmu semuanya menjadi mudah dan hasilnya pun tentu memuaskan. Begitu pula dalam belajar. Kenapa sebagian dari kita sangat sulit untuk menyerap sebuah pelajaran sementara yang lainnya enjoy aja? Ya, karena yang susah belajar itu biasanya belum tau tips dan trik belajar yang baik dan efektif.

Seorang pakar psikologi di bidang pendidikan, Bob Nelson memiliki trik sistem belajar yang cukup efektif. Dalam bukunya yang berjudul The Complette Problem Solving, beliau memperkenalkan dengan nama MURDER, yang dimaksud disini bukan artinya Seorang Pembunuh, tetapi sebuah singkatan yakni Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review. Tapi, boleh juga deh kalau diartikan pembunuh kebuntuan (belajar). Hehehe...

1. Mood -Suasana hati

Dalam belajar upayakan suasana yang menyenangkan, suasana hatipun akan terdorong menjadi senang untuk belajar. Jangan menunggu suasana hati kita menjadi enak baru kita belajar, tapi kitalah yang menciptakan suasana nyaman dan enak untuk belajar. Caranya tentu bisa bermacam-macam. Bisa dengan mensetting tempat belajar sedemikian rupa. Atau dengan menyiapkan perlengkapan yang kira-kira diperlukan selama belajar. Lebih bagus lagi kalau kita sudah bisa mengatur suasana hati kita dengan belajar untuk menahan marah, menghilangkan sifat dengki, membersihkan sifat buruk sangka, dan selalu berfikir positif setiap saat dan waktu.

2. Understand - Pemahaman

Satu hal yang membuat kita cepat bosan belajar adalah ketika kita menemukan hal yang tidak kita pahami dari apa yang kita pelajari. Maka sebaiknya kita jangan sungkan untuk bertanya kepada orang lain yang lebih tahu saat pemahaman kita mentok. Lebih mudah lagi kalau sudah terhubung ke internet. Kita akan dengan mudah menemukan hal-hal yang belum kita pahami kepada Prof. Dr. Google atau Drs. Yahoo, mislanya. Hal-hal yang tidak mudah atau sulit dipahami hendaknya diberi tanda seperti garis bawah atau diberi warna seperti stabilo kalau kita masih belum mendapatkan pemahaman yang lebih jitu.

3. Recall - Pengulangan

Hendaknya setelah belajar dalam satu tahap /sebagian maka sebaiknya diulang sekali lagi lalu melanjutnya ke bagian lainnya. Hal ini dilakukan agar kita bisa melakukan pembelajaran dan pemahaman secara bertahap. Sehingga otak kita bisa lebih rileks. Beda lagi kalau kita belajar sekaligus dalam satu hari atau satu malam saja ketika mau ulangan/ujian. Ini jelas akan jauh dari pemahaman yang sempurna. Yakinlah sesuatu yang terus menerus kita ulang lama kelamaan kita akan dapat mengingatnya secara otomatis tanpa harus banyak menguras otak.

4. Digest - Menelaah

Setiap usai mempelajari sesuatu bagian maka perlu melakukan telaah seperti mengajak diskusi dengan teman teman atau dengan orang yang dianggap lebih senior, ini akan membantu dalam peningkatan pemahaman terhadap sesuatu. Menelaah selain berguna untuk mengingat tapi juga berguna untuk mengembangkan pemahaman kita menjadi lebih luas.

5. Expand - Pengembangan

Jangan terpaku pada satu referensi saja, cari referensi lain yang lebih banyak untuk memperkaya pemahaman kita. Terlebih kalau posisi kita sebagai seorang guru, tentu harus menyiapkan berbagai kemungkinan pertanyaan atau permasalahan yang akan muncul saat pembelajaran berlangsung. Yang perlu kita pahami adalah semakin kita menggali suatu permasalahan maka akan semakin luas dan semakin banyak ilmu yang belum kita ketahui. Dan ini akan semakin menarik bagi kita untuk terus belajar dan belajar. Belajar bukan lagi untuk sekedar angka nilai atau sebuah kewajiban, tapi sudah bergeser menjadi sebuah kebutuhan dan kesenangan.

6. Review - Mempelajari kembali 

Mempelajari kembali pelajaran yang sudah dipelajari itu hingga sudah paham dan menguasai. Sehebat-hebatnya kita kadangkala ada saja lupanya. Maka untuk menghindari itu, mengulang/mempelajari kembali permasalahan atau buku-buku yang sudah pernah kita pelajari menjadi perlu adanya. Terkadang hal ini juga bisa memberikan pemahaman dan nuansa baru yang berbeda dengan pemahaman kita sebelumnya saat mempelajari hal yang sama. 

Selamat mencoba!

Kamis, 19 Desember 2013

Pemimpin Anti Kritik



Apakah ada orang yang tidak pernah salah? Rasanya tidak ada. Setiap kita punya salah dan pernah berbuat salah. Hanya saja ada orang yang menyadari kesalahannya ada orang yang salah tapi tidak merasa salah serta tidak mau memperbaiki kesalahannya. Sabda Rasulullah SAW.,"Setiap anak Adam (manusia) pernah berbuat salah, dan sebaik-baiknya orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang mau bertaubat." 

Taubat dalam konteks ini meliputi menyesali kesalahan, memohon ampun, berniat untuk tidak mengulangi kesalahan, memohon maaf kepada orang yang pernah disakiti, dan yang terpenting bagaimana ia bisa berbuat lebih baik dari apa yang dilakukannya saat ini. Dan, salah satu ciri orang yang mau taubat dalam konteks lembaga adalah seorang pemimpin yang mau menerima kritik dari bawahan atau pihak lain dan mau mengubah kebijakannya andai ia salah atau kurang memenuhi rasa keadilan bawahannya. Ia tidak segan mengakui kesalahannya dan mencoba memperbaikinya.

Sejatinya, kritik merupakan inti dari demokrasi. Kehadirannya tidak boleh dinafikan begitu saja karena ia menjadi pengingat yang secara alamiah memberikan keseimbangan. Sepahit apa pun kritikan, ia tetaplah obat yang tidak saja berjasa secara cepat menunjukkan kekeliruan, tetapi sekaligus secara cepat pula menuntun kita menemukan arah yang benar. Jadi kritik sejatinya bukanlah musuh yang layak dijauhi. Karena sesungguhnya, dia lah kawan sejati.

Kritik adalah cara yang baik untuk mengetahui kekurangan kita. Oleh karena itu, keberadaan pihak yang mengkritik harusnya disyukuri bukan malah dimusuhi atau dijauhi. Jangan merasa dipojokkan karena kritik, karena ia adalah obat penyembuh yang manjur bagi kita. Maka, pahamilah kritik secara benar. Seorang kepala sekolah di Malang, misalnya, tidak sampai perlu mengeluarkan dua siswanya hanya karena orang tua dua bocah itu tidak sependapat dengan metode belajar mengajar yang diterapkan sekolah tersebut. Juga seorang Pritha Mulyasari, tidak seharusnya menjalani proses hukum yang rumit, dituduh mencemarkan nama baik sebuah rumah sakit, hanya karena mengkritik layanan rumah sakit itu yang buruk.

Seorang pemimpin yang anti terhadap kritik, biasanya adalah pemimpin yang anti terhadap perubahan. Ia tidak mau belajar dan berkembang. Apa yang menurutnya benar harus diikuti dan tidak boleh ada orang yang membantahnya. Padahal, ilmu terus berkembang, siapa tahu apa yang disampaikan oleh pihak yang mengkritik itu adalah ilmu yang memang baru dan belum diketahui oleh sang pemimpin. Inilah bukti kesombongan dari seorang pemimpin yang lambat laun akan membawanya pada kehancuran. 

Pemimpin pasti paham untuk apa jabatan itu digunakan. Inilah sedekah terbaik yang bisa dilakukannya, membuat kebijakan yang bermanfaat bagi masa depan sekolah.

Sosok pribadinya sangat mempesona. Mempesona bukan karena tak ada kesalahan yang dibuatnya. Ingat, pemimpin bukan manusia setengah dewa kata Iwan Fals. Dia tetap manusia biasa yang kerap lakukan kekeliruan. Kekeliruan itu bisa dimaafkan. Ini namanya proses belajar dan pendewasaan diri.

Jika dia mau terima kritik karena kesalahannya, lalu dia segera perbaiki diri, ini baru TOP MARKOTOP. Tapi, jika egonya tak mampu ditaklukkan, pasti hasrat serta nafsu akan selalu menjadi pemandu dalam mengambil kebijakan. Hasilnya apa? Pastilah keresahan, kegundahan dan kerusakan bagi keberlangsungan sistem lembaga atau organisasi. 

Maka, pilihlah sosok pemimpin yang mampu perankan dirinya jadi pemimpin bukan pimpinan. Cirinya sederhana saja, telisik sisi pribadinya lalu cari tahu apakah dia sosok yang rendah hati. Karena St. Augustine pernah berujar, “Anda ingin naik? Mulailah dengan turun. Anda ingin membangun menara tinggi menjulang? Mulailah dengan menanam fondasinya, yaitu kerendahan hati”. Sangatlah tepat apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW., "Barangsiapa yang rendah hati maka Allah akan meninggikan derajatnya, dan barangsiapa yang tinggi hati (sombong) maka Allah akan merendahkan derajatnya." 

Maka, bagi siapapun para pemimpin yang sombong dan tidak mau menerima kritik, sadarlah dan berhati-hatilah, kalau Anda sekalian tidak mau merubah sikap, bersiap-siaplah untuk sebuah kehancuran. Dan bagi kita para bawahan, teruslah untuk mengingatkan, jangan pernah bosan untuk sebuah kebaikan. Karena hancurnya lembaga karena pemimpin yang angkuh, sombong, mau menang sendiri, dan tidak amanah, setidaknya akan membawa imbas yang besar bagi kita yang berada si sekitarnya.

Wallahu a'lam...:)

Rabu, 18 Desember 2013

Sejarah Lahirnya Hari Ibu di Indonesia

Kasih Ibu, kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai Sang Surya menyinari dunia

*****

Setiap tanggal 22 Desember, seluruh masyarakat Indonesia merayakan Hari Ibu. Sebuah peringatan terhadap peran seorang perempuan dalam keluarganya, baik itu sebagai istri untuk suaminya, ibu untuk anak-anaknya, maupun untuk lingkungan sosialnya. Tahukah Anda sejarah Hari Ibu sampai ditetapkan sebagai perayaan nasional?

Peringatan Hari Ibu diawali dari berkumpulnya para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra dan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.

Para pejuang perempuan tersebut berkumpul untuk menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Para feminis ini menggarap berbagai isu tentang persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan. Tak hanya itu, masalah perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan masih banyak lagi, juga dibahas dalam kongres itu. Bedanya dengan zaman sekarang, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis untuk perkembangan perempuan, tanpa mengusung kesetaraan jender.

Penetapan Hari Ibu ini diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Selain itu, Hari Ibu juga merupakan saat dimana kita mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini.

Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu. Berbagai kegiatan dan hadiah diberikan untuk para perempuan atau para ibu, seperti memberikan kado istimewa, bunga, aneka lomba untuk para ibu, atau ada pula yang membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

Adanya hari Ibu tidaklah berarti bahwa kita hanya menghormati dan memuliakan ibu hanya di hari itu saja. Menghormati dan memuliakan ibu kita lakukan setiap saat dan setiap waktu.  Karena jasa beliau begitu besar dan mungkin kita tidak akan pernah bisa membalasnya walaupun kita mengerahkan seluruh daya upaya dan semua yang kita miliki. Maka sikap baik dan rasa hormat yang terus kita jaga untuknya mutlak harus selalu kita pelihara. Jangan pernah sakiti Ibu. Jangan pernah sikap dan perkataan kita membuat jatuhnya air mata Ibu.

Selain ibu, ada juga orang yang sangat besar pengorbanannya, dialah ayah kita. Adanya hari ibu bukan berarti kita tidak menghormati ayah, kita tetap harus menghormati dan mentaati keduanya. Mari kita gagas lahirnya Hari Ayah!

Anakku... Kebanggaanku...

Kalau saya ditanya perasaan saat ini, saya agak sedikit bingung untuk menjawabnya. Rasanya campur aduk. Ada rasa senang, sedih, hampa, bercampur jadi satu. Senang karena akhirnya anak saya, Ihsan, hari ini  (tadi pagi pukul 09.10) dikhitan. Sedih, karena saya tidak bisa menghadiri ketika anak saya dikhitan. Saya ingin sekali melihat ketika anak saya butuh kehadiran kedua orang tuanya secara lengkap, paling tidak memberikan ketenangan dan kebesaran hati buat dia.

Tapi, apapun itu, ini memang permintaan anak saya sendiri. Awalnya kami bermaksud mengkhitankan anak kami ketika nanti saya sudah sampai di Ponorogo. Ternyata, anak saya punya pendapat yang berbeda. Ia tahu kalau kebersamaan kami tidak akan terlalu lama, sehingga ia berharap ketika kita semua bertemu ia dalam kondisi yang fit, tidak sedang sakit karena dikhitan. Ihsan sudah merencanakan kalau saya datang nanti ia berharap bisa bermain tenis bersama dia. Ia ingin kebahagiaan pertemuan keluarga besar kami, termasuk Mbahnya dari Sukabumi tidak terganggu karena rasa sakitnya.

Ah, memang Ihsan selalu punya alasan untuk melakukan sesuatu. Saya merasakan betul bagaimana dalam beberapa hal, beberapa momen ia selalu mengemukakan alasan yang kadang tidak terpikirkan oleh kami sebagai orang tuanya tapi akhirnya cukup masuk akal. Bangga rasanya mengikuti perkembangannya dari waktu ke waktu. Selalu ada cerita dari kesehariannya. Bahagia walaupun kami belum bisa bersama-sama, kami selalu mensiasatinya dengan terus menjalin komunikasi yang baik dan berkualitas. Sehingga tidak ada rasa kehilangan yang terlalu berarti buat dia, walaupun kami akui tentu ada hal yang memang tidak dia dapatkan seperti dalam keluarga-keluarga lain pada umumnya.

Mendengar prosesi khitannya berlangsung saja sudah cukup membuat saya berkaca-kaca. Alhamdulillah dia termasuk anak yang sabar dan tahu apa yang harus dia lakukan dan dalam kondisi seperti apa. Memang dia tidak menghindari rasa sakit dan tangisan, tapi dia cukup bisa menahan agar prosesi itu tetap berjalan dengan baik dan lancar. Buktinya, walaupun dia hanya ditunggu oleh Uminya dia tidak meronta kesana kemari. Dia sempat baca basmallah, istighfar, dan shalawat. Dan prosesinya berjalan lancar... car... car...

Dan sekarang, walaupun masih terasa sakit, tapi tangisan keras itu sudah tidak ada. Kalaupun sakit ia hanya mengeluarkan air mata tanpa suara. Tenang ya Nak... Sekarang Ihsan tinggal menunggu kesembuhan. Ihsan harus lebih mandiri dan lebih rajin lagi ibadah, shalat, dan ngaji ya... Salam sayang selalu dari Abi dan Umi. Ihsan adalah anak Abi dan Umi yang selalu bikin bangga. Hebat... (y)

Selasa, 17 Desember 2013

Sifat Kepemimpinan menurut Patih Gajah Mada

Patih Gajah Mada sebagai ahli strategi pada zaman Majapahit menggariskan sifat-sifat kepemimpinan yang disebut Panca Dasa, yaitu sebagai berikut.

1. Wijnana, artinya sifat bijaksana, yaitu pemimpin hendaknya bersikap bijaksana, penuh hikmah, dan tekun. Berikut ini adalah beberapa tips agar kita menjadi pemimpin yang bijaksana.
  • Membuat keputusan
  • Bersahabat dan terbuka
  • Tekankan mengapa harus anda yang jadi pemimpin
  • Menerima dan memberikan umpan balik
  • Berpikirlah positif
  • Bersyukur dan apresiatif
  • Mendengarkan
  • Memimpin dengan memberi contoh
2. Manri Wira, artinya sebagai pembela negara sejati, karena benar dan setia pada negara. Dalam konteks lembaga yang lebih kecil seperti lembaga pendidikan tentu seorang pemimpin harus membela lembaganya. Ketika lembaga ada yang salah ia harus berusaha memperbaikinya, dan ketika baik dan benar bagaimana ia akan terus mempertahankan dan meningkatkannya menjadi lebih baik.

3. Wicaksana Naya, artinya bijaksana dalam berpolitik, yaitu kemampuan menganalisis politik dan memutuskan. Kemampuan menganalisis situasi dan kondisi yang berhubungan dengan sikap orang dan suasana hubungan antara satu orang dengan yang lainnya menjadi sangat penting untuk membuat sebuah kebijakan dan mengambil keputusan. Apalagi yang berhubungan dengan keberlangsungan sebuah lembaga.

4. Matanggwang, artinya mendapat kepercayaan dari bawah, yaitu pemimpin harus mendapat kepercayaan yang tinggi dari anak buahnya/bawahan. Pemimpin yang tidak disukai cenderung membuat bawahannya tertekan dan pada saatnya ia akan menjadi bom waktu yang akan meledak. Bisa dengan gelombang protes yang besar ataupun dengan gelombang resign massal.

5. Satya Bakti Haprabha, artinya loyal pada atasan, yaitu taat dan setia serta berbakti kepada pemimpin di atasnya. Maka, pemimpin yang levelnya lebih rendah mutlak harus tahu dan paham tentang kebijakan atasannya. Sehingga mereka bisa bersatu membangun lembag menjadi lebih baik. Kalau sudah begitu loyalitas menjadi hal yang otomatis muncul dari pemimpin level bawah.

6. Wakjnana, artinya pandai berpidato dan berdiplomasi, yaitu memiliki seni dan kemahiran berkata-kata, berdiplomasi, dan komunikasi. Tentu harus dihindari kata-kata yang bombastis tapi hanya bualan dan janji-janji palsu. Berbicaralah dengan kata-kata yang memotivasi yang muncul dari hati, sehingga bisa menambah semangat kerja bawahan dan suntikan energi yang luar biasa. Pemimpin yang pandai berkomunikasi akan bisa merangkul semua pihak dengan mudah.

7. Sajjawopasana, artinya tidak sombong, yaitu ramah dan suka memberi maaf. Seorang pemimpin yang sombong tidak akan mau belajar. Ia merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat, dan paling pintar sedangkan yang lain ada di bawah dia. Pemimpin semacam ini juga akan cenderung meremehkan orang lain dan tidak mau menerima saran dan kritik. Lebih dari itu, kalau orang lain atau bawahan berbuat salah ia sangat susah memaafkan.

8. Dhirattsaha, artinya rajin dan kreatif, yaitu rajin dan kreatif serta berinisiatif ke arah perbaikan dan kesejahteraan masyarakat. Pemimpin tidak hanya harus bisa bekerja sesuai tugasnya, tapi ia juga harus kreatif dan punya inisiatif untuk mengembangkan lembaganya. Karena pemimpin yang tidak kreatif dan tidak punya inisiatif biasanya hanya melanjutkan tradisi pemimpin sebelumnya tanpa mau berubah atau berkembang. Sikap ini berbahaya untuk keberlangsungan organisasi/lembaga ke depannya. Kenapa? Karena zaman terus berkembang, dan lembaga yang tidak mau berubah akan ketinggalan dan ditinggalkan.

9. Disyacitta, artinya jujur dan terbuka, dan dapat meyakini pendapat serta pikiran orang lain. Seorang pemimpin harus punya sifat siddiq, jujur dalam berucap dan bertindak. Jangan bertindak hanya untuk menunjukkan kehebatan dan kemampuan semata. Selain itu, pemimpin juga harus terbuka dan transparan sehingga tidak ada kecurigaan dari bawahannya.

10. Tan Lalana, artinya gembira dan periang. Seorang pemimpin jangan mudah mengeluh apalagi berputus asa, marah ataupun bersedih dengan apapun yang terjadi di lembaganya. Ia harus berusaha untuk bersikap gembira dan riang serta menikmati apa yang ia kerjakan dan menjadikan pelajaran apa yang ia alami, baik ataupun buruk. Gembira dan riang akan menular kepada bawahan dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka hal itu akan membawa semua stackholders menjadi lebih efektif dan bekerja lebih nyaman dengan hasil yang maksimal.

11. Tan Satrisna, artinya tidak egois, yaitu tidak mementingkan diri sendiri. Seseorang yang egois tidaklah pantas menjadi pemimpin. Karena pada hakikatnya kepemimpinan adalah kebersamaan. Dan keberadaannya dalam organisasi atau sebuah lembaga adalah untuk mengkoordinasikan semua potensi yang ada menjadi satu kekuatan yang padu. Apa jadinya sebuah lembaga kalau pemimpinnya hanya memikirkan diri sendiri.

12. Masihi Samastha Bhuwana, artinya penyayang dan cinta alam, yaitu bersifat penyayang dan cinta pada seluruh alam atau lingkungan hidup. Sifat penyayang akan menjadikan pemimpin mempunyai perasaan yang sensitif dan empati terhadap bawahannya. Di samping itu lingkungan sekitar yang akan menjadi pendukung keberhasilan sebuah lembaga tidak akan luput dari perhatiannya.

13. Ginang Prasidina, artinya tekun menegakkan kebenaran untuk menjaga kewibawaan negara/pemerintah. Tentu dalam konteks ini bagaimana ia bisa menjaga kewibawaan lembaga dan kepercayaan pihak luar agar tetap percaya pada lembaga yang dipimpinnya.

14. Sumantri, artinya sebagai abdi negara yang baik, yaitu mewujudkan sifat dan sikap sebagai abdi negara yang baik.Ini pun tentu bisa dipahami dalam konteks lembaga yang lebih kecil.

15. Anayakan Musuh, artinya mampu membinasakan musuh, yaitu seorang pemimpin harus sanggup membinasakan musuh negara dan masyarakat. Ini agak sedikit seram ya... Tapi, nanti dulu. Poin ini harus dipahami sesuai konteksnya. Membinasakan musuh di sini maksudnya bagaimana seorang pemimpin harus sanggup menghadapi semua rintangan dan tantangan yang mengancam keberlangsungan lembaga tersebut dengan cara yang elegan dan baik tentunya.

Senin, 16 Desember 2013

Kepemimpinan Hasta Brata

Dalam kitab Mahabarata diceritakan sewaktu Sri Rama menobatkan Wibisana menjadi Raja Alengka, ia memberikan ajaran Hasta Brata, yaitu delapan petunjuk untuk seorang raja (pemimpin) yang baik. Seorang pemimpin harus memiliki delapan watak, yaitu sebagai berikut:

1. Bumi

Bumi berwatak kuat, adil, dan tidak membeda-bedakan. Bumi tidak pernah mengeluh dari perbuatan siapa pun terhadapnya. Segala yang ditanam di bumi akan tumbuh. Jagung ditanam akan tumbuh pohon jagung. Kacang ditanam akan tumbuh kacang. Padi ditanam akan tumbuh padi. Seorang pemimpin tidak patut mengeluh atas apapun yang diperbuat orang lain kepadanya. Saran, kritik, masukan, bahkan cacian dan makian pun harus diterima dengan lapang dada dan dijadikan bahan renungan dan pengalaman.

2. Banyu (Air)

Air senantiasa mengalir ke bawah dan merata. Air merupakan sumber penghidupan manusia. Seorang pemimpin harus mau bergaul dengan masyarakat bawahnya, harus berani turun ke bawah. Pemimpin jangan hanya duduk saja di menara gading tanpa mengetahui kedaan bawahan yang sesungguhnya. Jangan hanya menunggu laporan saja, apalagi kalau laporannya ABS (asal bapak senang) yang cenderung menutupi hal-hal buruk yang ditrmukan di lapangan.

3. Geni (Api)

Api, apabila kecil menjadi teman dan dibutuhkan oleh semua manusia, tetapi apabila besar akan melalap segala yang tidak sesuai dengan norma kehidupan tanpa memandang kepada siapa pun. Pemimpin harus tegas dan berani menjatuhkan hukuman kepada para pelanggar hukum, siapapun orangnya. Jangan memilih-milih orang dalam menegakkan peraturan. Tidak boleh karena dengan keluarga sendiri kemudian hukum menjadi tumpul dan tak bertaring. Padahal seperti apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW., sesungguhnya hancurnya umat-umat terdahulu dikarenakan sikap memilih ini. Mereka menegakkan hukum kepada yang lemah tapi tidak melakukannya kepada orang-orang yang kaya dan kuat.

4. Angin

Angin berwatak menyejukkan hati umat manusia dan segala kehidupan. Seorang pemimpin harus mempunyai watak angin, yaitu menentramkan dan menyejukkan hati dan perasaan dari yang dipimpinnya. Janganlah seorang pemimpin malah kerjanya membuat bawahannya tertekan, tersiksa, dan tidak nyaman. Pemimpin yang baik itu kata-katanya jadi solusi dan tindakannya jadi teladan.

5. Surya (Matahari)

Matahari memberikan kehidupan dan kekuatan seluruh isi alam semesta. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu mengisi semangat rakyatnya untuk berjuang dan bekerja keras guna mencapai cita-cita bersama. Seorang pemimpin adalah inisiator dan motivator buat bawahannya agar mereka mau berjuang bersama untuk kepentingan bersama.

6. Candra (Bulan) 

Bulan memberikan penerangan dalam kegelapan. Di malam hari semesta menjadi terang karena sinar bulan. Layaknya bulan, seorang pemimpin harus mampu memberikan solusi atas gelapnya permasalahan yang dihadapi bawahannya.

7. Kartika (Bintang)

Bintang memberikan petunjuk bagi umat manusia. Bintang dapat menunjukkan arah, musim/waktu, dan sebagainya. Seorang pemimpin juga harus dapat dijadikan patokan bagi rakyat. Dengan demikian, rakyat akan memiliki pegangan dan petunjuk arah yang tidak berubah. Jadi pemimpin harus punya pendirian, jangan plin plan.

8. Samodra (Lautan)

Samudera itu luas. Mampu dan mau menampung apa saja yang masuk ke dalamnya. Seorang pemimpin harus dapat menampung pendapat siapapun baik anak buahnya atau bukan. Berpengetahuan dan berpandangan luas. Tidak cepat marah dan senang memberi maaf kepada anak buahnya yang salah. Tidak pilih kasih dan selalu ramah kepada siapa saja.

Wallahu a'lam...:)

Game Edukasi "Panjat Pinang"


Halo... Halo... Halo...
Teman-teman, barangkali pengen sedikit refresh tapi tetap bermanfaat? Daripada ngelamun mikirin utang, iya nggak? Cobalah game berikut ini yang dibuat oleh teman saya Bung Bakrudin Bungko atau disingkat BBB... :)

Game ini dibuat dengan PowerPoint 2007 yang berisi 10 pertanyaan yang harus dijawab agar bisa sampai ke puncak dan menjadi juara dengan nilai total 100.

Mencoba secara online atau mau download klik di sini!
Selamat mencoba!

Sabtu, 14 Desember 2013

Jangan Apatis!

Di dunia kerja kita tidak selalu menemukan hal-hal yang kita sukai saja. Bahkan, kadangkala hal-hal yang tidak kita sukai justru lebih banyak dan lebih kompleks. Pimpinan yang egois dan tidak bijak dalam mengambil keputusan adalah salah satunya. Gejolak seringkali muncul dalam keadaan seperti ini. Bisa jadi akan muncul protes dari karyawan, kalau karyawannya satu kata untuk "melawan". Mungkin juga akan muncul kasak-kusuk di belakang yang membicarakan kejelekan sikap pimpinan. Ada juga sikap SDM alias selamatkan diri masing-masing. Bisa juga timbul gelombang resign besar-besaran. Dan, mungkin pula muncul sikap apatis di kalangan stakeholders. Yang terakhir ini merupakan sikap yang membuat tidak nyaman bagi beberapa orang yang mempunyai jiwa peduli, dan inisiator perubahan.

Mungkin banyak di antara kita yang pernah merasakan ketika pendapatnya tidak didengar. Usulannya selalu dimentahkan. Saran-sarannya dibuang begitu saja. Kalau itu terjadi pada sebagian besar karyawan, maka yang terjadi adalah sifat apatis, acuh tak acuh, cuek, dan masa bodoh. Hal ini tentu sangat berbahaya untuk keberlangsungan sebuah lembaga. Saya pernah merasakan iklim yang seperti ini. Dimana pimpinan merasa begitu superior, egois, dan monopolistik. Pokoknya, apa yang dia katakan dan dia putuskan harus diikuti, tidak peduli itu baik atau buruk bagi bawahannya. Apa yang mereka namakan rapat hanyalah basa basi belaka. Mereka sudah rapat di tingkat pimpinan dan ke bawah hanya sebatas sosialisasi. 

Kalau kita perhatikan, kita bisa membagi jenis bawahan/karyawan ke dalam beberapa jenis. Pertama, mereka yang hidupnya mengikuti kemana air mengalir. Biasanya orang-orang semacam ini adalah orang yang tidak punya inisiatif. Mereka tidak begitu peduli apapun yang terjadi, apapun kebijakannya, yang penting kerja dan setiap bulan mendapat gaji. Kerja yaa... seadanya dan semaunya, tidak begitu peduli akan kualitas. Kedua, orang-orang yang tidak punya pendirian. Tipe ini lebih melihat mana yang lebih banyak atau mana yang lebih menguntungkan. Orientasinya keuntungan. Mereka tidak melihat duduk permasalahannya dan keharusannya. Ketiga, orang-orang yang punya ide, gagasan, inisiatif, tapi mereka tidak begitu kuat memegang prinsip. Mereka sekali-kali mengajukan ide, saran, dan gagasannya, tapi kalau idenya ditolak mereka cenderung diam, kalah. Mereka hanya bisa ngomong di belakang saja, marah-marah, ngedumel,  dan lain sebagainya. dan tipe keempat adalah orang-orang yang punya idealisme tinggi, punya gagasan dan dia terus memperjuangkan gagasannya apapun rintangannya. Mereka ini akan selalu mencari jalan untuk mendobrak kebuntuan, lewat apapun medianya. Orang semacam ini akan terus mencari celah dan ga mutung. Mereka berprinsip hidup adalah perjuangan. Tiadak setiap ide kita akan diterima oleh orang lain. Tapi, setiap kali dia yakin akan idenya dia akan perjuangkan itu. 

Sikap keempat inilah yang kita butuhkan dalam menghadapi kebuntuan birokrasi. Kita tidak boleh berhenti memperjuangkan apa yang kita yakini benar. Batu penghalang selalu ada, semua itu akan menguji sampai sejauh mana kita berjuang untuk berubah ke arah yang lebih baik. Kita jangan apatis, jangan cuek, dan masa bodoh atas ketidakadilan dan kecurangan yang ada di sekitar kita. Sikap-sikap yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada di sekitar kita harus kita upayakan perbaikannya. Jangan pernah menyerah. Istiqomahlah untuk selalu berjalan di rel yang benar. Ingatlah! Kebenaran tidak akan menjadi salah walaupun sedikit orang yang melakukannya. Dan kesalahan tidak akan menjadi benar karena banyak orang yang melakukannya. Bertahan di posisi yang benar di zaman yang penuh dengan fitnah ini memang sulit, tapi perjuangan yang penuh keikhlasan untuk tetap konsisten akan membawa kita pada kenikmatan ruhaniyah yang tidak kita rasakan saat kita menyerah pada kezaliman. Tetaplah istiqomah! Jangan apatis! Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang tidak peduli (cuek, apatis) terhadap urusan orang-orang Muslim, maka dia tidak termasuk golongan mereka (orang-orang muslim).

Para pemimpin yang tidak amanah dalam kepemimpinannya, mereka yang tidak bijak menjalankan tugasnya, suatu saat akan tiba masa dimana mereka akan merasakan hasil dari kebijakannya. Tugas kita adalah mengingatkan mereka akan kekeliruannya. Siapa tahu mereka melakukan itu karena ketidaktahuannya. Mereka melakukannya karena khilaf atau masih bersarang kesombongan pada dirinya. Lakukanlah seperti apa yang Allah perintahkan kepada Musa as dan Harun as, "Maka katakanlah kepadanya (Fir'aun) dengan perkataan yang lembut, mudah-mudahan dia akan teringatkan atau ada rasa takut dalam dirinya." Upaya harus terus dilakukan walaupun kita sudah tahu bahwa tipis harapan ia akan berubah. Tugas kita mengingatkan bukan memberi hidayah. Karena segigih apapun usaha kita untuk mengingatkan urusan hidayah adalah hak prerogatif Allah. Bahkan, sekelas Nabi SAW pun tidak mampu mmeberi hidayah kepada paman yang sangat disayanginya. "Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah akan memberi petunjuk kepada orang yang Ia kehendaki."

Wallahu a'lam...:)

Kamis, 12 Desember 2013

Kunci Sukses Kaderisasi ala Rasulullah SAW.



"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu; yaitu bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan Hari Kemudian dan yang banyak ingat kepada Allah." (QS. Al-Ahzab : 21)
*******
Proses kaderisasi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Kaderisasi mempunyai fungsi produksi dan regenerasi. Proses kaderisasi dalam sebuah lembaga pendidikan akan memproduksi dan mencetak kader yang baik pula. Secara kualitas dan kuantitas mempunyai kekuatan yang dapat mewujudkan visi dan misi lembaga tersebut. Karena pengkaderan tidak hanya berkaitan dengan perekrutan personil SDM saja tapi di samping itu perlu ada konsepan dalam pola pembinaan guru-guru dan karyawan sehingga menjadi SDM yang siap diberi amanah dimanapun. Proses kaderisasi di sebuah lembaga pendidikan harus mampu membentuk pemikiran, kepribadian, dan perilaku kepemimpinan yang diharapkan.

Proses kaderisasi merupakan tugas mulia yang tidak mudah dan bukan suatu persoalan yang sederhana. Maka dibutuhkan kinerja bersama untuk mewujudkan regenerasi tangguh itu dengan berbagai pihak yang ada di dalam lembaga pendidikan tersebut dan dibutuhkan mekanisme yang baik dalam rangka mencetak output kader yang diharapkan yakni mempunyai komitmen yang kuat terhadap kemajuan lembaga.

Rasulullah Muhammad saw merupakan contoh pemimpin luar biasa yang sangat layak kita contoh sistem kaderisasinya. Melalui tangan dinginnya pengaruh Islam menyebar ke seluruh pelosok dunia hanya dalam tempo 23 tahun sejak kerasulannya. Kader-kadernya banyak mencatatkan tinta emas dalam sejarah kehidupan manusia. Misalnya, Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah pengaruh Islam semakin kuat dengan banyaknya daerah kekuasaan Islam saat itu. Banyak daerah yang dikuasai seperti kekuasaan Kekaisaran Byzantium dan Persia yang meliputi Palestina, Suriah, Iran, dan Turki.

Kaderisasi menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruan Allah dalam Al-Qur’an.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran : 110)

Berikut ini adalah beberapa kunci sukses kaderisasi yang dilakukan Rasulullah SAW.:
  1. Proses kaderisasi membutuhkan keteladanan. Seperti yang dicontohkan Rasulullah, yaitu dengan melakukan apa yang ia katakan. Sehingga kadernya menjadi taat dan melaksanakan apa yang beliau serukan tanpa adanya paksaan apalagi kemarahan. Allah swt juga telah mengingatkan kunci kaderisasi yang sukses dalam Al-Qur’an. “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaff : 2-3)
  2. Selanjutnya Rasulullah dalam melakukan kaderisasi selalu teratur dan terencana. Contoh diatas sudah cukup membuktikan bahwa kaderisasi yang beliau bangun selalu terencana dengan sangat baik. Allah swt memberi kunci kaderisasi selanjutnya dalam Al-Qur’an. “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh."(Q.S. Ash-Shaff : 4)
  3. Pengkaderan adalah sebagai ruh dari organisasi dan menjadi sarana regenarasi. Disinilah dibutuhkan ilmu manajemen organisasi, hal ini penting untuk menjaga agar kaderisasi tetap berlangsung. Jika manajemen organisasinya lumpuh maka hampir dapat dipastikan kaderisasinya juga akan lumpuh.
  4. Setelah kita melakukan apa yang kita katakan lalu direncanakan dengan rapi maka selanjutnya peran pemimpinlah yang menentukan. Kaderisasi yang sukses tidak lepas dari peran pemimpin yang menjalankan tugas dengan baik. Itulah beberapa kiat yang Rasulullah lakukan dalam melakukan kaderisasi hingga meluasnya Islam di seluruh dunia.
Jadi, jika kita integrasikan sistem kaderisasi sebuah lembaga pendidikan dengan sistem kaderisasi Rasulullah maka kaderisasi akan terus berjalan dan berkembang. Selanjutnya bila kaderisasi Rasulullah ini dibawa dan diterapkan dalam masyarakat maka akan tercipta masyarakat madani. Karena kita tidak akan kehabisan stok orang-orang hebat, terlatih, ter-tarbiyah dan terkader dengan baik.

Rabu, 11 Desember 2013

Tips Agar Tidak Mudah Tersinggung

Pernahkah Anda tersinggung? Sebuah pertanyaan yang terlihat sepele tapi pada kenyataannya bisa mengukur tingkat kedewasaan dan sikap mental kita. Apakah kita sudah cukup dewasa dalam menyikapi berbagai persoalan hidup dari mulai yang terkecil sampai persoalan-persoalan besar atau belum. Saya pernah tersinggung, mungkin juga Anda. Tapi, seiring bertambahnya kebijakan diri kita maka semakin rendah pula tingkat ketersinggungan kita. Karena, tua itu pasti tapi dewasa itu pilihan. Banyak sekali orang yang sudah "senior" dari segi usia tapi masih sangat "junior" dalam menyikapi masalah.


Rasa tersinggung sering membuat energi kita terkuras. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain. Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan adalah habisnya waktu kita hanya untuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Boleh jadi orang yang kita pikirkan sikapnya sudah tidak lagi memikirkan kita.

Berawal dari rasa tersinggung, biasanya yang muncul adalah kemarahan. Dan kalau sudah marah biasanya kata-kata menjadi tidak terkendali. Pada akhirnya banyak orang yang akan kena imbasnya, banyak orang di sekitar kita yang akan tersakiti akibat dari kemarahan kita. Selain itu, stress pun akan meningkat.

Apa yang menyebabkan seseorang mudah tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul karena menilai dirinya lebih hebat, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, merasa sukses, ingin dihormati dan disanjung. Singkat kata, orang yang mudah tersinggung adalah orang yang sombong. Kalau kita flashback, kenapa Rasulullah SAW tidak marah ketika dicaci maki, dihina, dan disakiti oleh kafir Quraisy dan orang-orang Thaif? Ya, dengan mudah kita bisa menjawab, karena Rasulullah SAW jauh dari sifat-sifat ujub dan takabbur (kesombongan).

Maka, siapapun kita, dengan jabatan dan status sosial apapun, kalau mau hidup nyaman, jauh dari kemarahan dan stress, jauhilah sifat sombong sehingga kita tidak mudah tersinggung.

Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan.

Pertama, jangan anggap diri kita paling hebat.

Sebab utama yang menyebabkan Iblis dikeluarkan dari surga adalah karena kesombongannya. Ia merasa dirinya lebih hebat dan lebih mulia dari Adam as. Kalau kita sudah merasa bahwa diri kita lebih hebat, lebih mulia, lebih tinggi jabatan dan status sosialnya, maka ketika ada sedikit saja sikap orang lain yang menunjukkan ketidakhormatan pada kita, maka kita akan cepat tersinggung. Oleh karena itu, sadarilah betul bahwa kita ini adalah manusia biasa yang pasti di samping punya kelebihan kita juga punya kekurangan. Kalau kita mengetahui sesuatu, mungkin ada orang lain yang lebih tahu. Kalau kita menduduki jabatan tertentu, mungkin ada orang lain yang lebih tinggi jabatannya. Kalau kita punya kekayaan sampai batas tertentu, mungkin masih ada orang lain yang lebih kaya. Bahkan di atas semua itu ada Allah yang Maha segalanya. Yang boleh sombong hanyalah Allah SWT. karena memang Dialah Pemilik segalanya.

Apapun yang terjadi di dunia ini, ada orang kaya ada orang miskin, ada yang jabatan tinggi ada yang jabatan rendah, semua itu tidak menunjukkan bahwa sebagian lebih mulia dari sebagian yang lain. Semua itu hanyalah bentuk pembagian tugas semata. Tugas kita adalah bekerja maksimal sesuai dengan posisi dan tugas kita masing-masing.

Kedua, ingat kebaikan orang lain, lupakan kebaikan kita. Sebaliknya, ingat keburukan kita, lupakan keburukan orang lain.

Resep ini sangat manjur agar kita tidak mudah tersinggung. Kita akan sadar, bahwa sebaik-baiknya kita, kita masih punya keburukan dan kesalahan, sebaliknya, seburuk-buruknya dan sesalah-salahnya orang lain tentu masih ada kebaikan yang pernah diperbuatnya. Allah SWT. mengingatkan : "Maka janganlah kalian merasa diri paling suci, Dia lebih Tahu siapa yang bertaqwa."  

Ketiga, kita harus berempati.

Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi kita semata. Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut.

Yang di depan berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia didorong dan dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang perjalanan, orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah.

Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah tersinggung cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri.

Keempat, anggap kritikan sebagai bentuk perhatian.

Banyak orang yang memandang kritik yang mereka terima sebagai bentuk penghinaan atau upaya untuk menjatuhkan. Padahal, kalau kita pikir lebih jauh, kritikan adalah bentuk pengingatan kepada kita agar tidak terjerembab pada kesalahan yang lebih fatal. Terima kritik dengan senyuman, kemudian perbaiki sikap kita yang memang salah. Insya Allah semua itu akan membuat kita lebih baik.

Barangkali masih banyak cara atau trik agar kita tidak mudah tersinggung. Tapi, apapun itu, yang paling penting adalah tekad kita. Apakah kita mau benar-benar memperbaiki diri atau tidak. Semua terpulang kepada diri kita masing-masing.

Tinggalkan diri yang mudah tersinggung, dan..... Selamat berbahagia dan menikmati hidup yang penuh dengan keindahan.

Wallahu a'lam...:)

Selasa, 10 Desember 2013

Etika Berkomunikasi


Sebelum kita berkomunikasi, kita harus memastikan bahwa pesan yang akan kita sampaikan adalah pesan yang bagus. Selain itu kita juga harus mencoba meneliti dan memahami siapa sebenarnya lawan bicara kita. Kalau dua hal ini sudah kita kuasai, maka ada satu hal yang tidak kalah penting untuk kita perhatikan yaitu etika komunikasi. Berikut ini beberapa etika komunikasi yang penting.

1. Ramah

Dalam berkomunikasi kita harus memastikan bahwa kita bersikap ramah terhadap lawan bicara kita, agar apa yang kita komunikasikan menjadi efektif. Kita baru disebut ramah kalau mudah tersenyum dengan tulus (tidak dibuat-buat), memilih kata-kata halus, dan menggunakan intonasi yang tidak ketus. Paling tidak senyum yang kita tebarkan sesuai dengan rumus 1-2-7, artinya, 1= berasal dari hati yang bersih dan tulus, 2= posisi bibir kita 2 cm ke kanan dan 2 cm ke kiri, dan 7= tahan senyum kita selama 7 detik. Insya Allah dengan rumus ini kita bisa tersenyum lebih baik dan lebih indah.

2. Salam

Biasakan lebih dahulu menyapa, tersenyum, dan sedikit berbasa-basi. Jangan malas menyapa walaupun orang lain diam saja. Kalau kita diam saja, berarti kita sama "jelek"-nya dong dengan orang itu. Jangan pula kita menghindar ketika berpapasan dengan orang, misalnya dengan berpura-pura sibuk. Karena yang membuat kita lebih baik dan lebih mulia dari orang lain adalah ketika kita berhasil menetralkan sikap diri kita untuk melakukan yang lebih baik dari apa yang orang lain lakukan. Bukankah Rasulullah SAW pernah mengingatkan kepada kita agar memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepada kita, memaafkan kepada orang yang tidak mau memaafkan kita, dan bersilaturrahim kepada orang yang memutuskannya. 

Jadilah orang yang pertama menyapa, mengucapkan salam. Jangan berat untuk melakukannya. Salam adalah do'a yang kita berikan kepada orang lain. Dan dengan mengucapkan salam maka kita pun akan mendapat do'a yang serupa atau bahkan lebih baik dari yang kita berikan. 

3. Kata yang Sopan

Jangan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan , menyinggung, menggurui, sok tahu, dan kasar. Bahasa Indonesia itu luar biasa. Banyak kata dengan maksud yang sama bisa digantikan dengan kata lain dan dapat diperhalus. Hindari kata-kata porno dan menyinggung SARA. Perhatikan baik-baik norma agama dan norma sosial yang ada dalam suatu komunitas atau kelompok dimana kita berkomunikasi.

4. Terbuka

Kita harus terbuka terhadap pendapat yang disampaikan orang lain kepada kita. Bisa jadi pendapat kita sudah tidak relevan lagi, atau ada pendapat yang lebih baik. Jangan terlalu yakin dengan pendapat kita sendiri dengan mengabaikan atau menutup telingan dengan pendapat orang lain. Setiap orang bisa saja salah. Dan itu bisa saja terjadi pada kita. Jangan memaksakan pendapat kita agar disetujui oleh orang lain atau memaksa orang lain untuk ikut pendapat kita.

5. Jangan Menyalahkan atau Membuat Malu

Menyalahkan orang lain, apalagi dilakukan di depan orang banyak akan menjatuhkan harga dirinya. hal ini tentu akan menimbulkan kemarahan dan dendam dari orang yang merasa dipermalukan. Kalau ada pelanggan, pimpinan, atau anak buah berbuat salah, cukup tunjukkan dengan jelas dan tegas agar kesalahan serupa tidak terulang. Bisa saja esok harinya kita sendiri melakukan hal yang sama.

Sama halnya bila orang lain lupa, tidak perlu dipersalahkan dan tidak perlu dibesar-besarkan. Apakah kalau kita marah besar lantas orang itu tidak jadi pelupa? Tentu tidak. Namun, menegur tetap perlu dilakukan. Yang harus ditunjukkan adalah ketegasan kita. Kalau perlu, tunjukkan akibat atau hukuman bila orang itu melanggar dan melakukan kesalahan lagi (atau lupa lagi). Yang penting adalah hasilnya. Jangan ada tendensi pribadi dalam perkataan kita, apalagi kemarahan atau dendam.

Cara mengingatkan dan kata-kata yang kita pilih pun tentu harus disesuaikan dengan siapa kita berbicara. Bedakan bahasa yang kita gunakan kepada anak-anak dan dewasa. Bahasa untuk teman akrab dengan orang yang baru kita kenal. Bahasa untuk laki-laki dengan perempuan. Sehingga semua berjalan dengan baik dan tidak ada orang yang merasa tersakiti walaupun isi pembicaraan kita adalah sikap ketidaksetujuan terhadap apa yang dilakukannya.

Wallahu a'lam... :)