Minggu, 08 Desember 2013

Diri yang Haus Ilmu


حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan (pahamkan) dia terhadap agama. Aku hanyalah yg membagi-bagikan sedang Allah yg memberi. Dan senantiasa ummat ini akan tegak diatas perintah Allah, mereka tak akan celaka karena adanya orang-orang yg menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah.” [HR. Bukhari No.69].

************
Pernahkah Anda mengajak teman-teman untuk makan-makan di restoran dan Anda yang bayar? Apa respon mereka? Kebanyakan dari mereka ternyata mau dan mereka menyambut dengan antusias. 

Sebaliknya, pernahkah Anda mengajak teman-teman untuk pergi ke pengajian? Apa respon mereka? Ternyata, kebanyakan dari mereka tidak mau datang dengan berbagai alasan yang dibuat-buat. Dan ini saya lihat sendiri di hari ini, dimana yayasan tempat kami berada mengadakan pengajian bulanan, dan kami semua diundang. Dari lebih kurang 40 guru yang diundang ternyata hanya ada sekitar 8 sampai 10 orang yang hadir. Entah karena mereka lupa atau ada acara lain atau karena memang merasa tidak butuh. Ini tentu sangat memprihatinkan.

Kalau kita lihat perbandingan di atas, antara yang diajak makan dengan yang diajak ngaji ternyata antusiasmenya lebih kepada makan, berarti kebanyakan dari lebih memikirkan isi perut dari pada isi otak dan hati. Lebih mementingkan santapan buat jasmaninya daripada santapan buat ruhaninya. Padahal jelas pada hadits di atas Nabi SAW mengingatkan bahwa kebaikan dalam hidup seseorang itu berbanding lurus dengan pemahaman agama yang dimilikinya. Tentu untuk paham akan agama kita perlu mengupayakannya dengan menghadiri majlis-majlis ilmu, dimana di sana kita bisa berkumpul dengan orang-orang shalih, membersihkan nurani kita yang selama ini tertutupi debu-debu kemunafikan, dan mengobati hati kita yang mungkin selama ini sakit. 

Banyak hadits Nabi SAW yang memberi motivasi kepada kita untuk bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam mencari ilmu. Di antaranya: 

"Barangsiapa berjalan di suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga."[HR. Tirmidzi No.2570].

"Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali." [HR. Tirmidzi No.2571].

Masih banyak hadits-hadits yang menjelaskan tetang keutamaan-keutamaan menuntuk ilmu. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu dan betapa tinggi orang-orang yang berusaha untuk menambah perbendaharaan keilmuannya. Bahkan Allah SWT. menegaskan dalam Surah Fathir bahwa hamba yang takut kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu. 

Kemauan untuk terus menuntut ilmu menunjukkan bahwa kita tidak termasuk orang-orang sombong. Karena semakin banyak kita tahu ternyata semakin terasa bodohlah kita. Ternyata semakin kita menggali ilmu semakin kita tahu bahwa masih banyak ilmu-ilmu yang belum kita kuasai. Maka, semakin tinggi keilmuan seseorang mestinya semakin rendah hatilah dia. Jangan merasa karena kita sudah menjadi guru kita tidak perlu lagi menambah ilmu kita. Apalagi keilmuan saat ini makin berkembang. Begitu banyak ilmu-ilmu baru yang harus kita akses, sedikit saja kita lengah kita akan ketinggalan. 

Inilah fenomena yang terjadi saat ini. Dan ini ada di lingkungan kita. Ternyata kita lebih resah kalau tidak punya uang buat makan dibandingkan dengan tidak punya ilmu untuk beribadah. Padahal, kalau kita cek dan kita tanya masing-masing kita satu persatu, siapakah Tuhannya? Siapakah yang mengatur rezekinya? Siapa yang membuat diri dan keluarganya sehat? Maka, jawabannya hampir dipastikan adalah "Allah". Tapi, ironinya, kenapa kalau kita tahu bahwa yang mengatur semua itu adalah Allah, kita masih ogah-ogahan untuk mencari ilmu dalam rangka lebih mengenal Allah. Kita lebih suka berusaha untuk mencari sesuap nasi tapi kemudian kita melupakan Allah yang memberi kita rezeki. 

Mari mulai sekarang kita sadari betul akan beberapa hal :
  1. Tuhan kita adalah Allah, maka kita harus mengenalnya dengan baik.
  2. Untuk mengenal Tuhan kita dengan baik diperlukan ilmu yang cukup, maka kita harus terus menambah ilmu kita, salah satunya dengan ikut pengajian.
  3. Dengan ilmu agama yang kita miliki kita bisa membangun ketaqwaan dan kedekatan dengan Allah SWT.
  4. Kalau kita sudah dekat dengan Allah, maka yakinlah Allah akan mengabulkan apapun yang kita minta. Karena Dialah yang Maha Kuasa, Dialah yang Maha Kaya, Dialah yang Maha Mengkayakan, Dialah yang Maha Memberi rezeki, Dialah yang Maha Tahu gerak hati kita, Dialah yang Maha Pengasih dan Penyayang.
  5. Oleh karenanya, upaya kita untuk mencari penghasilan buat keluarga jangan sampai melenakan kita dari mengingat Allah. Jangan sampai melupakan ibadah kita kepada Allah.
  6. Salah satu cara untuk kembali menghijaukan dan mengingatkan hati kita kepada Allah adalah dengan cara mendatangi majlis ilmu dimana di sana kita diingatkan akan eksistensi kita sebagai manusia dan kita bisa berkumpul dengan orang-orang yang shalih.
  7. Jangan sombong karena kita sudah berada pada posisi keilmuan tertentu, karena masih banyak ilmu yang belum kita kuasai.
Semoga kita senantiasa rendah hati untuk bisa menyempatkan diri kita untuk menambah ilmu kita dari manapun dan dimana pun, dan kita termasuk orang-orang yang senantiasa dianugerahi kebaikan oleh Allah SWT dengan pemahaman agama yang terus tambah dan tumbuh. Aamiin..

Wallahu a'lam...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar