Kamis, 17 Januari 2013

Membuat Nyaman Guru, Sekolah akan Sukses


September 27, 2011

Yusuf, seorang manajer HRD sebuah sekolah swasta ternama di wilayah Bogor, belakangan   uring-uringan karena harus menjalani kerja tambahan merekrut beberapa guru baru untuk  berbagai bidang studi.  Rupanya, 3 bulan terakhir banyak guru mundur dengan berbagai alasan. Padahal mereka adalah guru terbaik di bidang studi masing-masing. 


Naufal, misalnya,  guru matematika yang 4 bulan lalu mendapat penghargaan sebagai guru terbaik se-Jadebotabek, harus keluar dengan alasan merasa tak mendapatkan gaji dan benefit yang sesuai dengan pengabdian dan prestasinya. Sementara Nayya, wakil kepala divisi Teknologi Informasi yang dikenal sebagai guru muda yang kreatif dan inovatif di kalangan sejawatnya, keluar dengan alasan banyak ide-ide kreatifnya tak diacuhkan oleh manejemen tanpa alasan yang jelas.  Sedangkan Dzaky, guru tampan nan energik yang berperan sebagai guru bahasa Inggris sudah tak tahan dengan gaya ketua Yayasan sekolah yang galak dan hobi memarahi di depan umum.

Kejadian di sekolah tersebut  sudah jadi fenomena umum di banyak sekolah. Kisah banyaknya mutasi guru seharusnya dicermati dengan baik dan dicarikan solusinya. Sebab kasus seperti ini sangat merugikan siswa. Meski tampak mudah mencari guru, tetapi sebenarnya banyak kerugian yang dialami sekolah dalam contoh kasus tersebut.  

Apa saja kerugiannya? 


Perhatikanlah, ada biaya untuk mencari penggantinya (rekruitmen guru), ada pula biaya pelatihan guru penggantinya. Belum lagi resiko kehilangan anak didik dan relasi yang telah dibina oleh guru mundur tersebut. 
 
Selain itu, secara psikologis rekan kerja akan kehilangan moril karena ditinggalkan guru itu. Bisa juga kehilangan rahasia sekolah yang mungkin sekarang dibocorkan oleh guru tersebut kepada sekolah lain. Serta jangan lupa, kehilangan reputasi sekolah dan hilangnya kepercayaan orang tua murid. Sebab setiap guru yang meninggalkan sebuah sekolahnya akan menjadi dutanya, entah tentang kebaikan atau keburukan.

Lantas dimanakah letak kesalahan sekolah? Dan apa solusinya?


Kesalahan terbesar bagi para pemilik sekolah dan manajemen sekolah adalah karena mereka tidak memperlakukan guru secara manusiawi. Tidak memberikan penghargaan yang sepantasnya.  Para guru tidak diberikan perhatian dan pelayanan yang baik yang semestinya mereka terima. Padahal guru bagi sebuah sekolah bukan hanya sebagai asset berharga yang harus “dirawat”, tapi juga sejatinya guru adalah mitra khusus yang strategis bagi manajemen dan pemilik yayasan. Sehingga harus diperlakukan juga dengan khusus.

Meminjam istilah Jacob Oetama, pemilik sekaligus Presiden Komisaris Kompas Gramedia Grup, dikatakan “kalau kita ingin sukses, kita harus menge-wongke wong” (mengorangkan orang). Artinya, menganggap semua orang adalah penting.


Sebenarnya, alasan guru keluar tidak melulu karena soal gaji yang kecil dan tidak sepadan dengan prestasi kerja, tetapi lebih pada penghargaan yang kurang diberikan oleh sekolah. Guru hanya dianggap sebagai “mesin” yang terus digunakan tanpa memperhatikan soal “hati”nya. Tentu saja guru tidak akan kerasan berlama-lama berkarya di sekolah seperti itu.



Nah, agar kasus seperti yang dialami sekolah di mana Yusuf bekerja tidak terjadi pada sekolah yang anda pimpin, maka anda harus pastikan bahwa guru merasa nyaman. Agar guru merasa nyaman, ada baiknya anda perhatikan haal-hal penting berikut ini;

1.    Menghargai guru.
2.    Membuat dan merealisasikan komitmen kepada guru.
3.    Sistem penggajian yang lebih baik dan adil.
4.    Saling memberi antara guru dengan manajemen.

Jadi, bagi para pemilik yayasan atau pemimpin, bersikaplah untuk selalu memikirkan kesejahteraan guru dan keluarganya. Dalam bahasa gaulnya, “ente tolong pikirin sekolah ane, biar ane mikirin kebutuhan keluarga ente”.

Pun sebaliknya bagi para guru, teruslah bekerja dengan memberikan kemampuan yang terbaik untuk menghasilkan kinerja yang maksimal. Itulah sinergi kekuatan yang dahsyat untuk tampil sebagai yang terbaik. Guru nyaman. Pemilik yayasan sekolah juga nyaman. Lahirlah siswa dengan prestasi hebat. Dijamin tak akan ada guru yang meninggalkan sekolahnya, kecuali sampai pada masa pensiunnya. Kuncinya kenyamanan. Sederhana bukan?

Selamat mencoba.

Salam Pendidikan!
YKSI

http://konsultansekolah.blogspot.com/2011/09/membuat-nyaman-guru.html

Rabu, 16 Januari 2013

Ini Serius lho... !!!

Entah apa yang sebenarnya terjadi. Saya hanya bisa merasakan ada ketidaksinkronan dalam manajerial di sini. Ah, mungkin ini hanya perasaan saja ya... hehe... Tapi, kalau dilihat dari apa yang terjadi dalam keseharian dan beberapa kebijakan yang diambil saya kok merasakan ini masalahnya bukan cuma ciuuus tapi sudah serius.

Masalah seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa penyelesaian. Harus ada pihak yang benar-benar konsen dalam hal ini. Saya secara pribadi barangkali hanya bisa menebak-nebak dan sedikit menyimpulkan dari beberapa curhatan, kejadian-kejadian sehari-hari dan kebijakan yang menyangkut kami sebagai pendidik dan tenaga kependidikan serta pihak-pihak yang berkaitan dengan itu. Ada beberapa konflik yang terjadi mengiringi semua itu.

Tentu untuk menyelesaikan konflik itu ada langkah-langkah yang harus diambil agar "caina herang laukna beunang", hehe... Apaan tuh? Maksudnya bagaimana caranya agar penyelesaian itu tidak menimbulkan masalah baru dan masalah utamanya bisa terselesaikan dengan baik dan elegan.

Nah, mari kita cermati! Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari akar masalahnya. Bagaimana cara mencari akar masalah? Berikut ini saya berikan contoh cara mencari akar masalah.


Teknik 5 Whys dalam mencari Akar Masalah

Setelah 1 minggu dinas luar pulau, pagi itu, Si Bos X marah-marah gara-gara ketika mencari office boy untuk minta dibuatkan kopi,  yang didapat, tidak hanya office boy tidak nongol karena cuti, melainkan  kopi di kantor ternyata juga habis. Ujung-ujungnya, seluruh staff kena amukan Bos X akibat imbas tak bisa menikmati kopi di pagi hari.
Cerita di atas hanya salah satu contoh, dimana dalam keseharian, lebih sering mendahulukan marah daripada memecahkan suatu masalah. Daripada cepet tua gara-gara keseringan marah, lebih baik kita cari akar masalah di atas dengan teknik 5 whys. Teknik ini sangat sederhana dalam mencari akal permasalahan, cukup memberikan pertanyaan “why” 5 kali pada setiap masalah atau fakta yang terjadi.
  1. Fakta : Kopi habis
  2. Why 1 : Mengapa sampai kehabisan kopi?
 Answer 1 : Karena office boy tidak membeli kopi.
  1. Why 2 : Mengapa office boy sampai tidak membeli kopi?
 Answer 2 : Karena office boy ternyata sedang cuti
  1. Why 3 : Mengapa office boy cuti?
 Answer 3 : Karena sudah tertera dalam daftar cuti
  1. Why 4 : Mengapa office boy tertera dalam jadwal cuti
 Answer 4 : Karena setiap karyawan berhak cuti dlm periode
  tertentu
  1. Why 5 : Mengapa setiap karyawan berhak cuti?
Answer 5 : Karena sudah ada dalam aturan perusahaan
Kesimpulan, kopi habis, akibat office boy cuti. jadi solusinya adalah mulai saat ini, office boy tidak berhak mendapat jatah cuti, agar kopi tidak sampai kehabisan.
Contoh di atas adalah penerapan teknik 5 whys, tetapi akar masalahnya masih salah, karena kesimpulan yang diperoleh tidak logis, sehingga solusi yang lahir juga tidak tepat. Kesalahan dalam menentukan akar masalah akan menghasilkan solusi yang menyesatkan. Bandingkan dengan yang di bawah ini.

  1. Fakta : Kopi habis
  2. Why 1 : Mengapa sampai kehabisan kopi?
  Answer 1 : Karena office boy cuti, shg tidak membeli kopi
  1. Why 2 : Mengapa office boy cuti dan sampai tidak ada yg membeli kopi?
Answer 2 : Karena belum ada sistem checklist di pantry dan
           pengganti jika salah satu karyawan cuti
  1. Why 3 : Mengapa sistem belum ada?
Answer 3 : Karena belum dibuat
  1. Why 4 : Mengapa belum dibuat….dan seterusnya
Kesimpulan, kopi habis, akibat tidak ada yang membeli saat office boy cuti, sedangkan sistem checklist dan sistem penggantian personel saat cuti belum ada. Solusinya, harus dibuat sistem itu, sehingga dikemudian hari saat office boy cuti, sistem tetap berjalan secara otomatis, sehingga tidak sampai kehabisan kopi. (http://proyekita.com/2012/04/teknik-5-whys-dalam-mencari-akar-masalah/)