Minggu, 29 Juli 2012

Rindu "Indahnya" Ramadhan (seperti dulu)

Ya Allah, perasaan saya tidak karuan. Entah apa yang saat ini saya khawatirkan. Entah apa yang saat ini saya idamkan. Entah apa yang saat ini harus saya kerjakan. Entah kemana saat ini saya harus pergi. Entah bagaimana saya harus menjalani hidup ini. Entah apa yang bisa saya baktikan kepada dunia. Ya Allah, beri saya petunjuk agar bisa memetakan pikiran ini lebih rapi, sehingga bisa meraih cita dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selain itu agar saya punya karya bermanfaat yang bisa saya baktikan untuk umat, agama, dan negeri ini. 

Saat Ramadhan ini datang, hati saya berbunga-bunga penuh harap, mudah-mudahan di hari-hari saya menjalani puasa jiwa kedekatan saya dengan Allah akan terbangkitkan. Tapi, ya Allah.... Apa yang terjadi saat ini? Kok malah saya serasa makin jauuuh dari Allah. Banyak dosa dibuat dan terus dibuat, dan mungkin itulah yang terus menghalangi saya untuk merasakan nikmatnya dekat dengan Allah. Astaghfirullah... Astaghfirullah.... Ampuni dosa-dosa hamba-Mu ini yaa Allah.

Rasanya kalau ingat masa-masa kecil dulu Ramadhan benar-benar mempunyai kesan yang betul-betul mendalam. Beda sekali dengan bulan-bulan yang lain. Ada upaya yang serius untuk mengkhatamkan Al-Qur'an. Ada upaya untuk menghafal paling tidak satu kitab kuning kecil. Saya ingin sekali ini bisa saya lakukan kembali saat sekarang ini, tapi seolah kesibukan tidak pernah berhenti. Hanya saja kalau saya lebih jernih lagi merenung, rasanya bukan waktunya yang tidak ada tapi tekadnya saja yang lemah dan pengaruh lingkungan yang belum bisa saya kendalikan. Seolah semua kebiasaan baik yang diistimewakan waktu dulu menjadi hal yang biasa dan tidak menjadi tuntutan lagi padahal di hati ini sangat ingin merasakan suasana itu. 

Semoga saja saya bisa bangkit kembali. Tolonglah hamba ini ya Allah...


Puasa Lidah

سَلاَمَةُ الْإِنْسَانِ فِيْ حِفْظِ اللّسَانِ
"Selamatnya seseorang tergantung pada kemampuan menjaga lidahnya"

Begitulah ungkapan Arab mengatakan. Bahwa kalau seseorang dirinya mau selamat, maka ia harus mampu menjaga lidahnya. Begitu besar bahaya lidah kalau kita tidak benar-benar mengendalikannya. Banyak konflik terjadi karena perbuatan lidah. Saat lidah ini menyakiti orang lain maka potensi konflik demikian besar. Sampai-sampai Ibnu Mas'ud RA., pernah mengatakan,"Demi Allah, tidak ada di dunia ini sesuatu yang harus lebih diperhatikan daripada lidah."

Seseorang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah berbicara yang baik atau diam. Demikian isi dari salah satu hadits Rasulullah SAW.  Demikian pentingnya menjaga lidah ini sampai-sampai Rasul mengaitkannya dengan urusan dan kualitas keimanan kita.  Maka berhati-hatilah dalam berbicara dan berucap, karena setiap ucapan yang kita keluarkan akan selalu diawasi dan dicatat oleh Malaikat Raqib dan 'Atid. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Qaf ayat 18: 

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

Dalam sebuah hadits bahkan Rasulullah SAW menjamin bagi siapapun yang bisa menjaga lidah dan kemaluannya, mereka akan masuk surga. "Barangsiapa yang bisa menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lidah), dan apa yang ada di antara kedua pahanya (kemaluan), maka aku jamin ia akan masuk surga." Subhanallah... Maka berkata baik mutlak harus kita lakukan kalau kita mau selamat di dunia maupun di akhirat.

Para Salafussalih yang hidup dalam naungan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW selalu menimbang setiap perkataan yang akan mereka ucapkan. Mereka senantiasa memuliakan ucapan-ucapan mereka. Ucapan mereka adalah dzikir, pandangan mereka adalah ketepatan, dan diam mereka adalah perenungan. Alangkah meruginya mereka yang tidak pernah menimbang setiap perkataannya, karena boleh jadi hal itu akan membawa dirinya pada kesedihan dan kegelisahan. Tanpa mempertimbangkan efek yang ditimbulkan dari perkataan kita bisa jadi kita akan jatuh pada kedustaan, perkataan kotor, perkataan yang menyakiti, gosip, sumpah palsu, perkataan yang kasar dan berbagai bentuk dosa yang ditimbulkannya.

Dalam Surah Al-Isra ayat 53, Allah SWT memerintahkan kepada kita agar berkata dengan perkataan/ ucapan yang lebih baik (benar). Nah, sekarang pertanyaannya, seperti apakah ucapan yang baik itu? Dalam Al-Qur'an paling tidak ada 6 istilah yang termasuk ke dalam kategori perkataan/ ucapan yang baik:
  1. Qaulan Sadiida = Perkataan yang benar. Ukuran benar tentu harus sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an, Sunnah dan ilmu pengetahuan yang berdasar.
  2. Qaulan karima = Perkataan yang mulia. Artinya kata-kata yang kita ucapkan hendaknya yang sopan, baik dan indah, bukan kata-kata kotor dan jorok.
  3. Qaulan layyina = Perkataan yang lemah lembut. Janganlah berkata dengan kata-kata yang kasar, karena boleh jadi walaupun itu benar tidak akan bisa diterima oleh orang yang kita ajak bicara.
  4. Qaulan baliighaa = Perkataan yang menyentuh. Usahakan ketika kita berkata, perkataan kita benar-benar sampai ke hati orang yang kita ajak bicara. Jangan bicara dengan perkataan yang dangkal.
  5. Qaulan maisuuraa = Perkataan yang mudah dicerna. Seringkali karena kefakarannya atau karena ingin disebut intelek seseorang berbicara dengan bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh audiensnya. Padahal Rasulullah SAW sudah mengingatkan," Sampaikanlah kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan berpikir mereka."
  6. Qaulan tsaqiila = Perkataan yang berbobot. Jangan sekali-kali bicara asbun (asal bunyi). Pastikan apa yang kita katakan punya bobot nilai dan manfaat sekaligus bisa memotivasi orang yang kita ajak bicara.
Semoga dengan masuknya kita di bulan Ramadhan ini, kita akan menjadi insan yang tidak hanya merasakan lapar dan dahaga saja, tapi diharapkan kita juga akan bisa menjaga lidah kita dari kemaksiatan dan kesemena-menaan dalam berbicara, kini dan nanti, sekarang ketika berpuasa maupun nanti setelah Ramadhan meninggalkan kita. Amiin...

Wallahu a'lam...:)

Minggu, 22 Juli 2012

Agar Puasa Kita Bermakna

Rasulullah SAW mensinyalir jauh-jauh hari bahwa,"Banyak orang yang berpuasa, ia tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali lapar dan dahaga,". Banyak hal tentu yang menyebabkannya, di antaranya mungkin karena ketidaktahuan kita tentang apa yang harus dilaksanakan dan apa yang tidak boleh dilaksanakan. Tentu ini terkait dengan persiapan yang harus kita lakukan sebelum masuk bulan suci Ramadhan terutama persiapan fikriyyah atau persiapan keilmuan yang cukup memadai. 

Nah, bagaimana agar puasa kita tetap mempunyai nilai yang berbobot pahala di sisi Allah SWT. Paling tidak ada lima (5) hal yang harus kita lakukan untuk menjaga kemurnian puasa kita agar tetap bermakna dan berpahala. 

Pertama; Hendaklah kita menjaga pahala puasa kita dengan menjaga sikap kita. Jagalah lidah kita, hindari menggunjing orang lain. Jagalah tangan kita agar jangan mendzalimi atau menyakiti orang lain. Berbicaralah dengan jujur, lakukan hal-hal yang bermanfaat, hindari perbuatan maksiat sekecil apapun. Lakukanlah perbuatan-perbuatan yang bermanfaat.

Kedua; Tingkatkan amal kita. Setiap amal kita yang kita rasa kurang di luar Ramadhan, maka jadikanlah bulan ini sebagai titik awal untuk kembali meningkatkan amal baik kita. Yang tadinya mungkin malas shalat, sekarang lakukanlah shalat dan jangan sekali-kali meninggalkannya. Yang tadinya tidak pernah berjamaah di masjid, mulailah dan teruslah untuk selalu melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Bagi siapapun yang sebelumnya agak kikir untuk berinfak dan bersedekah, mulai sekarang banyak-banyaklah berinfak dan bersedekah, dan seterusnya.

Ketiga; Perbanyak membaca Al-Qur'an. Salah satu amalan sunnah di bulan Ramadhan yang harus kita perhatikan adalah hendaknya kita memperbanyak membaca Al-Qur'an. Dengan momen Ramadhan ini kita diingatkan bahwa sesungguhnya kita mempunyai pedoman hidup yang harus selalu kita baca dan kita jadikan penunjuk hidup kita yaitu Al-Qur'an. Tanpa berpedoman kepada Al-Qur'an boleh jadi hidup kita akan tersesat tak tahu arah dan jalan hidup. Al-Qur'an adalah buku manual hidup kita. Sebagaimana kalau kita beli barang elektronik maupun barang-barang lainnya dari toko biasanya selalu ada manual book sebagai petunjuk bagaimana menggunakannya. Begitupun dengan penciptaan kita oleh Allah, dalam menjalani hidup ini kita diberikan buku panduannya bagaimana menjalani hidup ini dengan baik. Apa saja yang tidak boleh dilakukan dll. Maka bagi siapapun harus mau membaca, memahami dan mengamalkannya. Maka di Ramadhan inilah kita diingatkan terutama bagi kita yang tidak pernah membukanya.

Keempat; Hendaknya kita memperbanyak do'a. Saat puasa adalah saat dimana kita sangat dekat kepada Allah SWT. Orang yang berpuasa biasanya kadar kesadaran spiritualnya meningkat tajam. Nah, dalam kondisi seperti itulah do'a kita akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, dalam kesempatan baik itu perbanyaklah meminta kepada Allah dengan harapan Ia akan mengabulkan segenap keinginan kita dengan cara terbaik dan pada waktu yang menurutNya sangat baik.

Kelima; Ingatlah tentang keutamaan yang ada di bulan Ramadhan. dengan demikian kita tidak akan menyia-nyiakan sesaatpun waktu yang ada dengan perbuatan yang tidak baik. Kita akan menggunakannya sebaik mungkin karena kalau lewat Ramadhan maka lewat juga keutamaan itu.

 Mari kita pergunakan kesempatan Ramadhan ini sebagai bulan dimana kita menambah perbendaharaan amal kita dan sebagai pelatihan agar di bulan lain juga kita bisa melakukan kebaikan lebih dari sebelumnya.

Wallahu a'lam...:)

Empat Panggilan Allah SWT.

Dalam kehidupan kita ada empat panggilan yang harus kita sambut dan kita tunaikan. Panggilan itu merupakan kewajiban yang akan menumbuhkan suasana hati yang lebih hidup. Dan lebih dari itu ia akan menjadi penumbuh dan penambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.  Oleh karena itu, mau tidak mau, suka tidak suka, 4 panggilan ini harus kita sambut dengan kesiapan dan penuh tanggung jawab sebagai seorang mukmin dan seorang muslim yang baik. Adapun keempat panggilan itu adalah:
  1. Panggilan Harian. Yang dimaksud panggilan harian di sini adalah shalat lima waktu. Allah SWT memanggil kita untuk melaksanakan shalat lewat lidahnya para muazzin. Shalat 5 waktu adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar bagi seorang muslim. Ia mertupakan salah satu dari rukun Islam. Ia adalah tiang agama. Bahkan kita diingatkan oleh Rasulullah SAW," Shalat itu adalah tiang agama, barangsiapa yang mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama. Dan barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh ia telah meruntuhkan agama." Begitu pentingnya mendirikan shalat lima waktu sampai-sampai Rasulullah SAW menjadikannya sebagai pembeda antara seorang mukmin dengan seorang kafir. Tidak hanya melaksanakannya, shalat fardhu pun hendaknya dilakukan di awal waktu dan lebih utama lagi kalau dilaksanakan dengan cara berjama'ah. Ia akan mengangkat derajat shalatnya menjadi lebih utama daripada shalat sendirian 1:27 derajat. Subhanallah.
  2. Panggilan Mingguan. Ini terutama bagi laki-laki muslim. Panggilan ini adalah Shalat Jum'at. Dalam Surah Al-Jumu'ah ayat 9 Allah SWT memerintahkan kita untuk meninggalkan setiap aktifitas keduniaan guna untuk menyambut panggilan shalat Jum'at. Jum'at bahkan disebut sebagai Sayyidul ayyam (Pemimpinnya hari-hari). Hal ini karena hari jum'at adalah hari yang penuh dengan keutamaan yang lebih dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Bagi mereka yang datang untuk melaksanakan shalat Jum'at pun ada tawaran kutamaan bagi mereka. Ada tingkatan pahala yang lebih besar bagi siapapun yang datang untuk melaksanakan shalat Jum'at lebih awal.
  3. Panggilan Tahunan. Setiap tahun Allah SWT memanggil setiap orang yang beriman untuk melaksanakan puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan mempunyai keutamaan yang besar dan banyak. ia adalah bulan yang penuh berkah. Bahkan dikatakan bahwa 10 hari pertama adalah fase rahmat, 10 hari kedua adalah fase ampunan dan 10 hari ketiga adalah fase pembebasan dari api neraka. Melaksanakan amalah sunnah di hari-hari Ramadhan sama dengan melaksanakan amalan wajib di luar Ramadhan dan melaksanakan satu amalan wajib di bulan ini setara dengan melaksanakan 70 kali kewajiban di bulan yang lain. Dan keutamaan Ramadhan ini hampir-hampir tidak ada orang yang tahu sebesar apa keutamaannya. Hanya Allah yang lebih tahu seberapa besar pahala amalan di bulan ini karena Allah berfirman bahwa Puasa itu untukNya dan Dialah yang tahu besar pahalanya.
  4. Panggilan Terakhir. Inilah pintu yang akan dan harus dimasuki setiap manusia. Ia adalah pintu kematian. Kita semua akan dipanggil oleh Allah untuk menghadap keharibaan-Nya untuk mempertanggungjawabkan setiap amal yang sudah kita lakukan selama hidup di dunia. Kecil besarnya amal, baik buruknya perilaku kita di dunia ini harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Oleh karenanya, selama kita hidup di dunia harus bena-benar sadar betapa hidup kita ini hanya sebentar, hanya selintasan orang menyebrang di jalanan. Maka jangan sia-siakan waktu yang kita miliki ini untuk sesuatu yang membuat murka Allah. Mari kita kembali untuk berlomba mengisi waktu yang sedikit ini untuk amal-amal yang disukai Allah demi meraih keridhaan-Nya. Melangkahlah dengan kesadaran penuh untuk memilah mana amal yang harus kita lakukan dan mana yang tidak boleh kita lakukan. Karena kita tidak pernah tahu kapan kita akan dipanggil olehnya. Kematian adalah misteri Allah SWT yang tidak ada satupun yang mengetahui kapan ia akan datang.
So, marilah kita sambut dan laksanakan panggilan ini dengan sepenuh hati. Semoga kita jadi hamba-Nya yang senantiasa istiqomah di jalan yang diridhoi-Nya. Amiin..

Wallahu a'lam..

Kamis, 19 Juli 2012

Jangan Remehkan Mereka

Kita tidak pernah bisa hidup sendiri. Setiap kita membutuhkan orang lain untuk membantu dalam kehidupannya sehari-hari, paling tidak untuk berbagi kisah, cerita atau bahkan beban hidup. Kadang kita memerlukan orang lain hanya untuk mendengar keluhan semata, itupun sudah cukup untuk melepas beban yang ada dipundak kita. Mereka orang-orang dekat yang ada di sekitar kita mempunyai peran yang begitu besar bagi hidup kita. Hanya saja seringkali kita tidak begitu peka dan merasa bahwa kehadiran mereka begitu berharga, tahu-tahu kita merasa begitu sangat kehilangan saat mereka tidak ada di samping kita.

Mulai sekarang cobalah resapi dan sadari dengan sepenuh hati akan kehadiran mereka.

Rabu, 18 Juli 2012

Bahagia Menyambut Ramadhan


Setiap kali Ramadhan datang hati ini terasa disiram air kehidupan yang sangat menyejukkan. Air yang menghidupkan jiwa. Air yang menentramkan hati. Air yang menghapuskan dosa. Tenaaaang rasanya jiwa ini. Bahagiaaa rasanya hati ini. Walau dosa memenuhi diri, ada harap besar bahwa Allah akan mengampuni. Ada asa yang tinggi kalau Dia akan memaklumi. Malu memang diri ini meminta ampunan saat noda terus dibuat dalam setiap jengkal kehidupan. Hanya saja janjinya kalau Ia akan mengampuni semua dosa menjadi energi yang luar biasa untuk terus memupuk asa dan harap untuk bisa bersih kembali.

Ah, mungkin bahasa ungkapan kebahagiaan ini terasa tidak indah sama sekali, akan tetapi indahnya kebahagiaan akan datangnya bulan penuh rahmat, ampunan dan keberkahan begitu indah terlukis di dalam hati ini. Semoga hamba yang lemah ini akan menjadi bagian dari orang-orang yang terselamatkan diri dan jiwanya dari panasnya apai neraka, baik neraka kehidupan di dunia maupun neraka akhirat nanti. Harap besar ini lahir dari keyakinan akan kebenaran sabda sang baginda Nabi Besar Muhammad SAW, bahwa,"Barangsiapa yang berbahagia dengan masuknya/datangnya bulan suci Ramadhan maka jasadnya haram disentuh oleh api neraka."

Selalu ada tekad yang kuat untuk bisa memperbaiki di bulan Ramadhan yang tiap tahun menyapa. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan. Bertekad untuk menjadi manusia yang lebih baik dan berkualitas ibadahnya. Bartekad untuk memperbanyak sedekah dan kebaikan kepada sesama. Bertekad untuk terlahir kembali menjadi manusia yang lebih baik. Semoga tekad ini akan betul-betul bisa saya laksanakan dengan konsisten sehingga Ramadhan tahun ini akan menjadi titik balik untuk menjadi manusia yang meraih kesuksesan besar baik dunia maupun untuk bekal di akhirat. 

Saya ingin kembali menikmati Ramadhan yang indah seperti saat-saat kecil di kampung dulu. Ingin selalu menamatkan Al-Quran minimal satu kali. Ingin rasanya berbuka dan sahur bersama keluarga. Sudah lama kebersamaan itu dinanti, keinginan tinggallah keinginan. Bertahun-tahun asa itu belum terwujud juga sampai saat ini. Hati saya menangis dikala saya tiap Maghrib harus berbuka di Musholla dekat rumah dan itu pun hanya minum dan makan semacam bakwan. Tidak ada makan besar sampai sahur menjelang. Sahur hanya makan sendiri nasi warteg yang saya beli agak jauh dari rumah. Seringkali saya harus makan berkuahkan air mata karena teringat akan keluarga nun jauh di sana. Saya harus menangis haru saat rasa kangen itu mendera dan mengoyak hati ini begitu dalam. 

Ya Allah.... Ya Allah... Engkau yang lebih tahu kapan keindahan itu datang. Saya yakin semua akan indah pada waktunya. Saya yakin pertolongan-Mu tidak akan salah waktu. Istiqomahkan hati saya ya Allah...

Buat Sahabat TRTS, Selamat Menunaikan Ibadah Shaum Ramadhan 1433 H...


Selasa, 17 Juli 2012

Bangun Kepercayaan Diri dan Keberanian

Setiap kita tentu ada kalanya semangat ada kalanya terpuruk dalam kelesuan. Dalam kondisi lesu dan lemah kita biasanya sangat memerlukan bantuan pihak lain untuk menjadi motivator buat diri kita. Tidak semua orang bisa membaca apa yang menjadi kebutuhan kita saat terpuruk. Banyak di antara teman atau saudara kita yang bukannya memberi semangat tapi justru malah menyalahkan atas apa yang telah kita lakukan. Tapi tidak sedikit juga orang-orang yang mampu membuat kita merasa begitu penting dan berdaya di hadapan mereka.

Ada dua hal yang biasanya menjadikan kita terpuruk. Pertama: rasa rendah diri yang berlebihan. Seringkali kita berlama-lama dalam kondisi seperti ini yang membuat kita lama dalam ketidakberdayaan. Sementara mereka yang hidupnya penuh semangat sudah melesat jauh meraih tujuan dan cita mereka. Dalam keadaan ini kita perlu mengingat betapa kehadiran kita di dunia ini bukanlah kebetulan. Kita terlahir sebagai masterpisece Tuhan yang luar biasa dan tidak ada duanya. Tidak ada satupun di dunia ini makhluk bahkan manusia yang sama persis seperti kita. Berarti adanya kita sengaja diciptakan Allah benar-benar karena diharapkan untuk memerankan satu peran yang tidak ada orang satupun di kolong langit ini yang bisa memainkan peran kita.

Rasa rendah diri juga kadang muncul karena ketidakmampuan kita dalam bidang tertentu yang membuat kita dikecilkan di bidang itu. Ini berarti kalau kita mau membangun kepercayaan diri bangunlah kemampuan kita dan talkukkan keadaan di sekitar kita. Paling tidak kalau kita tidak semampu orang yang expert di bidangnya, minimal kita tidak buta-buta amat tentang bidang itu. Kalaupun kita tetap tidak bisa, sadarilah bahwa kita juga punya kemampuan di bidang lain yang orang lain tidak bisa. Hidup adalah pembagian tugas dan peran untuk mengelola bumi Allah ini. Karena tugas kita adalah sebagai khalifah Allah di muka bumi ini yang harus tunduk pada aturan yang dibuat-Nya.

Kedua: Yang membuat kita tersuruk dalam ketidakberdayaan adalah rasa ketakutan yang berlebihan terhadap kehidupan yang belum tentu kebenarannya. Hal ini tentu sangat merugikan karena saat kita takut kita sebenarnya sedang membuang kemampuan yang kita miliki untuk sesuatu yang tidak beralasan. Kalau kita menyadari hidup ini tidak selamanya seperti yang kita alami saat ini. Boleh jadi hari ini kita terpuruk, esok dan masa yang akan datang justru kita bersinar, begitu pun sebaliknya. Yang terpenting bagaimana caranya kita bisa mempertahankan keadaan baik yang kita alami saat ini. Artinya, walaupun mungkin kita akan mengalami hal-hal yang tidak kita inginkan, tapi hal itu bisa kita atasi dengan memperbaiki sikap kita dalam menghadapinya. Dan kejayaan yang kita genggam bisa bertahan kalau kita bisa menjaga komunikasi dan sikap yang baik kepada orang-orang atau pihak-pihak yang ada di sekitar kita atau yang berhubungan dengan hidup kita. 

Semangat terus bro...:)

Meet & Greet bersama ARSYIL: Semangaaat!!!

Hari Minggu kemarin (15/7) adalah hari yang sangat berharga bagi saya. Sebuah hari yang memupuk inspirasi luar biasa dari seseorang yang lebih muda dari saya dari segi usia, tapi ia lebih segala-galanya dari apa yang saya capai sampai saat ini. Saya bertemu dengan seorang penulis dan juga aktor Andi Arsyil Rahman Putra (Arsyil) yang sampai saat ini sudah menghasilkan 3 buah buku yang sarat dengan motivasi hebat pada acara Meet & Greet di Toko Buku Gramedia Bintaro. Buku yang kemarin dibedah adalah buku ketiganya yang berjudul HOPE: Dream, Desire, Destiny yang menyajikan kisah-kisah nyata yang luar biasa dan memberi pelajaran hidup yang menginspirasi dan memotivasi. 


Saya kaget sekaligus kagum saat ia menceritakan pengalaman hidupnya sampai ia seperti sekarang ini dengan seabreg prestasi. Ia berhasil menyelesaikan S1-nya pada 3 jurusan berbeda di perguruan tinggi yang berbeda pula. Luar biasa. Saat ini ia pun sedang meniti pendidikan S2, padahal jadwal kegiatannya begitu padat. Bagaimana dengan saya yang tidak sesibuk dia? (Mestinya lebih hebat dari dia ya... hehe..). Ia bisa mencapai semua ini pada usianya yang saat ini baru 24 tahun. (Saya? Sudah 32 tahun. Apa yang sudah saya hasilkan?) 

Arsyil mengaku bahwa ia belajar menulis secara otodidak, karena ketika kecil waktu ia di SD sebenarnya ia tidak suka menulis bahkan pelajaran yang nilainya kurang bagus justru pelajaran bahasa. Tapi, dengan niat yang kuat setelah ia mengalami berbagai hinaan dan pengecilan dari orang-orang di sekitarnya ia kemudian bertekad untuk berbuat sesuatu saat titik balik itu muncul dalam dirinya. Dia berpikir, bahwa hidup kita ini paling cuma 50, 60, 70 tahun atau lebih sedikit dari itu, lantas kalau kita sudah mati apa yang bisa orang lain kenang dan manfaatkan dari kehadiran kita di dunia ini kalau bukan karya dan jasa? Pemikiran inilah yang melecut dia untuk menjadi manusia yang berdaya tinggi. Sampai-sampai ia targetkan dalam satu tahun paling tidak ia harus menulis satu buku. Woww...

Dia berpesan, lakukan saja segala sesuatu tanpa menilai. Lakukan yang terbaik. Dan untuk menulis, pemeran Furqon dalam Ketika Cinta Bertasbih ini berpesan,"mulai, mulai, dan mulai..." Menulis, menulis, dan menulis terus baik dikala semangat maupun ketika mood kita hilang, tentu dengan kadar yang berbeda, yang penting menulislah terus jangan pikir apakah tulisan kita mau diterbitkan atau tidak." Arsyil juga mengatakan bahwa semua kesuksesan berawal dari diri kita sendiri. Contohnya, Untuk menjadi penulis yang baik haruslah jadi pembaca yang baik. Untuk menjadi pembicara yang baik hendaklah kita jadi pendengar yang baik, untuk menjadi pemimpin yang baik kita harus pernah bisa menjadi bawahan yang baik, dan seterusnya.

Tentang hidup ia pun berpendapat bahwa apapun yang terjadi menimpa diri kita dalam hidup ini tergantung kita menyikapinya. Kalau kita menjadikan itu sebagai masalah ya jadilah ia seperti apa yang kita pikirkan. Kalau kita berpikir itu sebagai pembelajaran hidup jadilah kejadian itu sebagai pelajaran hidup yang baik. 

Satu jam rasanya tidak terasa. Sungguh sebuah pertemuan yang tidak membosankan. Mudah-mudahan suatu saat nanti bisa ketemu lagi dengan bahasan buku yang berbeda. Terima kasih Arsyil atas energi semangat yang telah ditularkan. Mantaaap. Luar biasa....

Kamis, 12 Juli 2012

Mengatasi Masalah Penugasan Guru

Hari ini pembagian tugas mengajar. Ada yang bisa menerima dengan baik karena memang sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya, ada juga yang tidak puas karena tidak sesuai dengan kompetensinya. Ada juga yang sesuai ijazahnya tapi takut tidak mampu untuk melaksanakan tugasnya. Belum lagi yang sedikit stres karena yang sebelumnya menjadi wali kelas tapi untuk tahun ini tidak. Ya begitulah kejadiannya. Memang benar yang difirmankan Allah dalam Al-Qur'an yang menyatakan bahwa,"Sesungguhnya manusia itu diciptakan berkeluh kesah; kalau ditimpa keburukan ia mengeluh, sementara kalau dia memperoleh kebaikan ia tidak mau berbagi." 

Apa sebenarnya yang perlu kita lakukan dalam menyikapi semua ini. Barangkali ada dua sisi yang bisa kita lihat: Yang pertama, dari sisi pembuat kebijakan, semestinya membuat kebijakan dengan pertimbangan yang rasional dan tidak jauh melenceng dari apa yang seharusnya. Kondisi real harus benar-benar jadi bahan pertimbangan, karena kalau tidak dampaknya akan lama. Kasihan anak-anak yang akan jadi korban. Yang kedua, dari sisi guru yang sudah terlanjur menerima kebijakan itu.Kalau kita masih bisa mengusulkan perubahan, it's oke kita usulkan bagaimana baiknya, tapi kalau memang sudah jadi keputusan yang tidak bisa diganggu gugat mungkin jalan terbaik adalah menerima dengan cara terus belajar, terutama tentang pelajaran baru yang harus disampaikan kepada anak-anak peserta didik. Jadikan tugas mengajar kepada peserta didik sebagai tugas belajar bagi kita sebagai pendidik.

Problem yang dihadapi di sekolah ini dan mungkin juga di sekolah-sekolah yang lain adalah gurunya banyak tapi kompetensinya tidak sebanyak yang dibutuhkan. Sehingga yang terjadi beberapa guru harus ditempatkan pada posisi yang tidak sesuai dengan kompetensinya atau bahkan yang tidak diminatinya. Bagi yang baru mengajar mungkin tidak terlalu masalah, karena biasanya yang penting ia masuk/ diterima di sebuah sekolah juga sudah alhamdulillah. Tapi kalau itu berlangsung lama, maka yang muncul adalah perasaan tidak dihargai dengan kemampuan yang ia miliki. Pilihannya terus mengajar dengan menggerutu atau pindah tempat mengajar.

Solusinya mungkin adalah sebuah sekolah hendaklah mulai mengiklankan tentang guru apa yang dibutuhkan di sekolah itu dengan kompetensi yang diurai secara detail, baik lewat pamflet-pamflet atau barangkali lewat sosial media yang saat ini sudah marak dan cenderung lebih mudah untuk digunakan sebagai sarana pengumuman, bisa lewat facebook, twitter, blog dan lain-lain.

Selamat mencoba..
Wallahu a'lam..

Rabu, 11 Juli 2012

Tulislah!!!

Saya ingin menulis apa yang ingin saya tulis karena menulis itu mencerdaskan. Menulis itu memberdayakan. Menulis itu menguatkan. Menulis itu memberdayakan. Menulis itu menghilangkan stress. Menulis itu menyembuhkan. Menulis itu menyehatkan. 

Saudaraku, menulislah!!! Gunakan waktu kita untuk sesuatu yang berguna. Gunakan waktu kita untuk sesuatu yang monumental. Menulis adalah salah satu cara untuk menjadikan ilmu kita bermanfaat sepanjang adanya dunia ini. Ia bisa bermanfaat walaupun kita sudah mati berkalang tanah. Jasad kita sudah hancur dimakan rayap. 

Bagi seorang guru, menulis bisa melahirkan murid-murid tanpa batas waktu. Ia akan melahirkan murid walaupun tidak berhadapan langsung dengan orangnya. Bagi seorang penguasa, menulis akan melahirkan ideologi kepemimpinan yang bisa dianut oleh pengikutnya sepanjang sejarah. Coba bayangkan betapa masifnya manfaat dari menulis. Memang berlaku juga sebaliknya. Kalau kita kurang hati-hati dan kita menulis sesuatu yang tidak benar, maka tulisan kita akan menjadi keyakinan sebagian orang yang membacanya dan ia akan tetap salah selama tidak ada yang mendeteksi tulisan kita dan meluruskannya. Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati dengan tulisan kita. Pastikan apa yang kita tulis adalah apa yang kita yakini benar. Kalaupun salah dan kita masih hidup, buatlah tulisan yang meralat tulisan terdahulu.

Jangan hanya beralasan untuk tidak melahirkan karya apapun. Karena curhatan kita, atau tulisan yang berupa pengalaman sehari-hari kita pun bisa jadi sangat bermanfaat untuk orang-orang yang hidup setelah kita. Kalau pengalaman itu kurang baik, maka akan jadi pelajaran agar orang tidak melakukan apa yang pernah kita lakukan. Sebaliknya kalau pengalaman kita baik dan bermanfaat, biarkan orang mengikuti jejak kita dan menjadikan apa yang sudah kita lakukan sebagai teladan yang bisa ditiru sebagai kebaikan. 

Maka, buatlah sejarah dengan menulis...

Selamat menulis Sahabat!!

Senin, 09 Juli 2012

Perlunya Variasi

Perlu ada variasi memang dalam segala sesuatu, karena kalau tidak kita akan cepat merasa bosan. Ini berlaku baik untuk pekerjaan maupun lainnya dalam kehidupan kita sehari-hari, di manapun kita berada. Ketika kita mendengar orang yang bicaranya diulang-ulang terus dengan perkataan yang sama mungkin kita akan muak dan kesal mendengarnya. Kalau kita makan setiap hari dengan menu yang sama, kitapun akan merasa bosan. Hidup akan terasa tidak menyenangkan kalau ianya tidak ada variasi dan sensasi baru.

Oleh karena itu, diperlukan kreativitas dalam menjalani semuanya. Buat perbedaan walaupun sedikit. Lebih dari itu, perubahan sebagai variasi dan dinamika diperlukan bukan saja agar kita tidak bosan, akan tetapi juga untuk mempertahankan eksistensi dan keberlangsungan hidup kita dalam bidang yang kita geluti. 

Coba perhatikan contoh yang lebih spesifik lagi!
  1. Seorang guru yang cara mengajarnya monoton pasti akan membuat murid-muridnya cepat bosan dan tidak berminat mengikuti pelajarannya. Oleh karenanya, guru harus kaya dengan metode, sehingga ia akan bisa menyesuaikan metode pembelajarannya dengan minat siswa.
  2. Seseorang yang menu makanannya sama terus dari hari ke hari, lambat laun ia akan kehilangan selera. Memang tidak perlu mahal tapi yang dibutuhkan adalah variasi, perubahan, dan sensasi.
  3. Dalam dunia mode kita perhatikan begitu cepatnya model-model pakaian berubah, ini tentu juga dalam rangka menghindari kebosanan.
  4. Seorang suami mungkin akan bosan terhadap istrinya yang tiap hari dandanannya monoton dan itu-itu saja, begitu juga sebaliknya. Maka untuk menjaga agar hubungan tetap harmonis, buatlah variasi-variasi dan sensasi yang disukai oleh pasangan baik dalam penampilan maupun dalam pelayanan. Sehingga setiap hari akan terasa sebagai hari yang baru dan menggairahkan.
Tahukah Anda, kenapa dinosaurus bisa musnah? Jawabannya, karena ia tidak mau mengikuti perubahan.


Minggu, 08 Juli 2012

Sekolah dan Pendidikan Kejujuran

Suatu hari ketika Umar bin Khattab berjalan keliling di wilayah kekuasaannya, beliau menemui seorang penggembala yang yang sedang menggembalakan kambingnya yang begitu banyak. Umar datang mendekati si anak penggembala ini seraya berkata,"Nak, bolehkah kalau saya membeli kambingmu, satuuu saja...". Si penggembala ini bilang,"Maaf tuan, ini bukan kambing saya, ini adalah kambing-kambing milik majikan saya." Umar berusaha membujuk penggembala ini," Kan kambingnya banyak sekali, kalaupun dijual satu saja majikanmu tidak akan mengetahuinya, nanti uangnya buat kamu saja."  Apa yang dikatakan si penggembala tersebut setelah Umar mengatakan semacam itu? Dia mengatakan dengan tegas,"Wahai Tuan, memang majikan saya tidak akan tahu kalau kambingnya ada yang dijual karena saking banyaknya kambing kepunyaannya. Tapi, tahukah Tuan, di atas sana ada Dzat Yang Mengetahui segalanya, yaitu Allah SWT."

Umar tersenyum mendengar jawaban yang diberikan oleh si penggembala tersebut. Umar senang mendengarnya. Karena apa yang beliau lakukan hanyalah menguji, beliau mua tahu sampai sejauh mana keimanan penggembala ini? Ternyata sungguh luar biasa. Ini membuktikan kalau keimanan dan kemuliaan seseorang itu tidak tergantung status sosialnya apa. Walaupun pekerjaannya seseorang dianggap rendah oleh sebagian orang, tapi kalau orang itu beriman dan bertaqwa boleh jadi ia akan lebih mulia dibanding orang yang mempunyai jabatan tinggi.

Nah, bagaimana konteksnya dengan saat ini? Masih adakah kejujuran di zaman yang sudah sebegini semrawutnya. Tentu, pernyataan ini agak sedikit lebay, tapi memang kalau lihat kondisi sekarang kadang muncul sikap pesimistis, dimana kejujuran sudah diperjualbelikan. Kejujuran sudah diabaikan. Kita memang prihatin dengan prilaku ketidakjujuran dan korup sebagian pejabat kita, tapi rasanya lebih miris lagi kalau ternyata kejujuran sudah dengan entengnya diabaikan oleh orang-orang atau pihak yang seharusnya mengawal kejujuran ini, seperti pihak sekolah, dinas pendidikan atau bahkan departemen agama. Astagfirullah...

Sahabat, kita sungguh sangat tahu, kalau sekolah punya peran sebagai garda terdepan dalam membentuk karakter anak-anak kita. Ia mengarahkan anak-anak agar menjadi manusia yang memegang teguh nilai-nilai kebaikan dan kejujuran. Mereka diharapkan bisa menggantikan generasi yang korup saat ini. Tapi keinginan itu seolah menjadi jauh panggang dari api ketika melihat kenyataan yang terjadi. Saya mendengar banyak anak yang punya kemampuan rendah di beberapa sekolah tapi kemudian nilai ujian nasionalnya di"mark up" menjadi nilai yang secara realitas sangat jauh dari gambaran kemampuannya sehari-hari. Nah lho, konon katanya ada bayaran-bayaran tertentu yang bisa menjadikan dia seperti itu. Saya sedih dengar semua ini. Buat apa mereka sekolah kalau ujung-ujungnya hanya untuk tidak jujur dan membohongi diri mereka sendiri. Kemana guru-guru yang katanya pengawal generasi bangsa ini. Sudah sebegitu bejadkah mereka? Tentu sebagiannya masih ada juga yang jujur ya... mudah-mudahan.

Belum lagi habis memikirkan kecurangan dalam ujian nasional dan mark up nilai, saya sudah dikejutkan kembali dengan sogok menyogok dalam rangka masuk sebuah sekolah. Allahu Akbar!!! Fenomena gila apalagi ini? Masak iya, mau masuk ke sebuah SMA negeri harus nyogok 9 juta. Gilaaa... sungguh-sungguh super gila... Mau dibawa kemana pendidikan di negeri ini? Mau dibawa kemana anak-anak kita ini? Apakah sekolah-sekolah kita akan dijadikan sekolah teladan dalam membentuk koruptor-koruptor ulung??? Perasaan saya sebagai pendidik rasanya hancur mendengar semua ini yang konon sudah jadi rahasia umum ini. 

Semoga masih ada celah bagi orang-orang yang jujur untuk memperbaiki dunia pendidikan di negeri kita tercinta ini. 

Wallahu a'lam...

Rabu, 04 Juli 2012

Perhatian kepada Keluarga

1. Definisi

Pada judul di atas ada dua kata kunci yang menjadi fokus, yaitu kata "perhatian" dan kata "keluarga".  Dalam www.artikata.com perhatian diartikan dengan 1. hal memperhatikan; apa yg diperhatikan; minat; dengan visualisasi sebagaimana tergambar di bawah ini:
Dalam wikipedia.org perhatian disamakan dengan atensi dengan pengertian sebagai berikut: "Atensi atau perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. 

Saya sendiri mencoba membuat definisi sendiri tentang "perhatian". Menurut saya perhatian berasal dari kata dasar "hati" yang diberi awalan per- dan -an. Merujuk ke asal katanya kata perhatian bisa diartikan kecenderungan hati yang begitu besar terhadap sesuatu baik itu benda hidup atau benda mati sehingga dia yang memberi perhatian akan mengerahkan apapun dari potensi dirinya untuk sesuatu yang ia perhatikan. 

Sedangkan arti kata "keluarga" adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dari dua pengertian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa perhatian kepada keluarga berarti memberikan kecenderungan hati kepada orang-orang yang mempunyai hubungan darah dan perkawinan dengan memberikan haknya yang pantas mereka terima.

2. Pentingnya perhatian

Dalam sebuah keluarga rasa kasih sayang dan perhatian merupakan hal yang sangat penting. Dimana dengan perhatian suatu kelaurga akan tercipta keharmonisan. Kita sudah sering disuguhkan dengan figur keluarga yang kalau dilihat sekilas mereka sangat berkecukupan dan menurut subjektifitas kita semestinya mereka bahagia dengan kondisi itu. Tapi yang terjadi seringkali sebaliknya, keluarga mereka justru dirundung kecekcokan dan ketidakharmonisan.  

Pertanyaannya: Apa sebenarnya yang kurang dari mereka? Ya, betul. Hal itu terjadi karena satu sama lain kurang perhatian dan cenderung cuek. Masing-masing mereka atau salah satu dari mereka cenderung mengabaikan rasa ingin diperhatikan dari anggota keluarga lainnya. Dalam menakar kebahagiaan keluarga, materi memang sesuatu yang penting dan tidak bisa diabaikan, akan tetapi tanpa perhatian yang keluar dari hati terdalam maka kebahagiaan dan keharmonisan keluarga akan cenderung menjauh. Keluarga akan diisi dengan kecekcokan yang awalnya kecil, lama kelamaan kalau itu terakumulasi maka akan melahirkan sesuatu yang fatal dan tidak sederhana lagi. 

Coba perhatikan dan renungkan keadaan yang sering kita jumpai sehari-hari. Saat ini banyak terjadi sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan  anak, dimana ayahnya kerja, pagi-pagi buta sudah berangkat. Begitu juga dengan ibunya seorang wanita karir yang pagi-pagi berangkat juga. Jadilah sebuah keluarga yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Kondisi seperti ini kalau tidak dimanage dengan baik akan menimbulkan keluarga yang saling tidak memperhatikan. Ayah sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat memperhatikan istri dan anaknya. Ibu juga sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat lagi memperhatikan suami dan anaknya. Nah, kalau dua figur sentral dalam keluarga sudah saling cuek maka pasti akan terjadi ketidakberesan. Anak yang sudah merasa tidak mendapat perhatian dari kedua orangtuanya sangat mungkin akan menjadi anak yang mencari perhatian di tempat lain. Mungkin dari temannya atau yang lebih parah lagi dari orang yang tidak tepat yang pada akhirnya akan menjerumuskannya pada sesuatu yang membahayakan dirinya, mungkin ia akan mencari pelarian ke narkoba, minuman keras atau pergaulan bebas.

Sebaliknya seorang anak yang mendapat perhatian besar dari kedua orangtuanya, ia akan mempunyai motivasi yang besar dalam menjalani hari-harinya, baik dalam belajar maupun dalam menjalani kesehariannya dengan penuh percaya diri. Dan memang sudah terbukti dalam penelitian para ahli bahwa mereka, anak-anak yang mendapat perhatian yang baik dari orangtuanya cenderung menunjukkan prestasi yang luar biasa. Diantara yang melakukan penelitian ini adalah Bernie Siegel (Lihat buku Setengah Isi Setengah Kosong, karya Parlindungan Marpaung).

3. Anggapan yang Salah 
Sementara ini banyak orangtua yang mempunyai anggapan yang salah. Mereka mengira bahwa mereka cukup bekarja dan menghasilkan uang yang banyak kemudian mereka bisa memberikan apapun yang anaknya mau. Mereka lupa kalau mereka sebenarnya tidak bisa membayar atau mengganti perhatian mereka dengan materi yang berlimpah atau uang yang banyak. Anak-anak sangat membutuhkan perhatian orangtua mereka yang menjadikan mereka merasa mempunyai orangtua dan ada orang yang bisa mereka ajak bicara, yang mereka ajak curhat atau sekedar tumpuan dari beban hidup yang mereka pikul.

Sebagai orangtua mari kita menjadi orangtua yang mempunyai perhatian kepada anak dan keluarga kita, sesibuk apapun kita. Tanyakan kepada keluarga kita apakah mereka sudah makan? Apakah mereka perlu mengganti bajunya yang sudah tidak baru lagi? Ucapkan kata-kata yang menyemangati mereka. Atau tanpa kata-kata pun cukup dengan memberikan pelukan yang penuh kehangatan dan kasih sayang maka itu akan sangat lebih dari cukup dibandingkan dengan beribu kata.

Berikan perhatian dengan sepenuh hati, dan perhatikan keajaiban yang akan terjadi. Dahsyaaat..... Insya Allah.