Kamis, 12 Juli 2012

Mengatasi Masalah Penugasan Guru

Hari ini pembagian tugas mengajar. Ada yang bisa menerima dengan baik karena memang sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya, ada juga yang tidak puas karena tidak sesuai dengan kompetensinya. Ada juga yang sesuai ijazahnya tapi takut tidak mampu untuk melaksanakan tugasnya. Belum lagi yang sedikit stres karena yang sebelumnya menjadi wali kelas tapi untuk tahun ini tidak. Ya begitulah kejadiannya. Memang benar yang difirmankan Allah dalam Al-Qur'an yang menyatakan bahwa,"Sesungguhnya manusia itu diciptakan berkeluh kesah; kalau ditimpa keburukan ia mengeluh, sementara kalau dia memperoleh kebaikan ia tidak mau berbagi." 

Apa sebenarnya yang perlu kita lakukan dalam menyikapi semua ini. Barangkali ada dua sisi yang bisa kita lihat: Yang pertama, dari sisi pembuat kebijakan, semestinya membuat kebijakan dengan pertimbangan yang rasional dan tidak jauh melenceng dari apa yang seharusnya. Kondisi real harus benar-benar jadi bahan pertimbangan, karena kalau tidak dampaknya akan lama. Kasihan anak-anak yang akan jadi korban. Yang kedua, dari sisi guru yang sudah terlanjur menerima kebijakan itu.Kalau kita masih bisa mengusulkan perubahan, it's oke kita usulkan bagaimana baiknya, tapi kalau memang sudah jadi keputusan yang tidak bisa diganggu gugat mungkin jalan terbaik adalah menerima dengan cara terus belajar, terutama tentang pelajaran baru yang harus disampaikan kepada anak-anak peserta didik. Jadikan tugas mengajar kepada peserta didik sebagai tugas belajar bagi kita sebagai pendidik.

Problem yang dihadapi di sekolah ini dan mungkin juga di sekolah-sekolah yang lain adalah gurunya banyak tapi kompetensinya tidak sebanyak yang dibutuhkan. Sehingga yang terjadi beberapa guru harus ditempatkan pada posisi yang tidak sesuai dengan kompetensinya atau bahkan yang tidak diminatinya. Bagi yang baru mengajar mungkin tidak terlalu masalah, karena biasanya yang penting ia masuk/ diterima di sebuah sekolah juga sudah alhamdulillah. Tapi kalau itu berlangsung lama, maka yang muncul adalah perasaan tidak dihargai dengan kemampuan yang ia miliki. Pilihannya terus mengajar dengan menggerutu atau pindah tempat mengajar.

Solusinya mungkin adalah sebuah sekolah hendaklah mulai mengiklankan tentang guru apa yang dibutuhkan di sekolah itu dengan kompetensi yang diurai secara detail, baik lewat pamflet-pamflet atau barangkali lewat sosial media yang saat ini sudah marak dan cenderung lebih mudah untuk digunakan sebagai sarana pengumuman, bisa lewat facebook, twitter, blog dan lain-lain.

Selamat mencoba..
Wallahu a'lam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar