Senin, 15 Oktober 2012

Kemampuan Komunikasi

Bergaul dengan orang-orang yang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. Bersambung...

Selasa, 02 Oktober 2012

Introspeksi

Menjadikan diri kita sukses memang memerlukan upaya yang tidak sebentar dan juga tidak mudah. Akan tetapi bagi mereka yang mau berusaha segala kesulitan dan rintangan bukan masalah lagi. Bahkan bagi mereka yang sudah menyadari bahwa rintangan dalam sebuah perjuangan menuju sukses adalah keniscayaan, alih-alih berkeluh kesah ia justru akan menikmati detik demi detik perjuangannya.

Namun, saat seseorang sudah terbiasa dengan kemalasan ataupun sudah terjebak dalam zona nyaman, biasanya terlena dengan kemalasannya sehingga ia tidak menyadari kalau usianya sudah tidak muda lagi. Ia juga tidak sadar kalau persaingan tidak mudah lagi. Untuk itu, mumpung kita belum terlambat, mari kita mulai merenung agar kita tidak tertinggal dari orang lain dalam raihan kesuksesan dunia maupun bekal akhirat kita.

Paling tidak ada 3 pertanyaan sebagai bahan renungan yang mungkin bisa menyadarkan kita untuk kembali pada trek persaingan hidup yang sesungguhnya. Insya Allah akan bisa menyadarkan kita yang selama ini malas atau belum berkarya apapun dalam hidupnya. Adapun 3 pertanyaan itu adalah sbb.: 

1. Apa yang sudah orang lain lakukan sedangkan saya belum melakukannya?

Dalam memaknai pertanyaan ini, yang harus kita lihat adalah orang yang lebih sukses dari kita, bukan mereka yang sama posisinya dengan kita atau bahkan lebih rendah. Kenapa kita harus bertanya hal ini? Ini dimaksudkan untuk memicu semangat kita agar bangkit dari ketertinggalan. Sebagai contoh, kalau saat ini Anda adalah seorang guru dengan usia 33 tahun dan masih S-1, Anda bisa ambil seseorang sebagai bahan renungan. Misalkan, ada teman Anda yang saat ini usianya sama dengan Anda atau bahkan lebih muda dari Anda tapi ternyata ia sudah bisa menyelesaikan S2-nya dalam usia yang relatif lebih muda bahkan ia sudah punya karya berupa buku yang dia tulis. Keadaan ini semestinya bisa menjadi palu godam yang menghantam semangat Anda untuk bangkit. Karena dengan demikian Anda sudah ketinggalan set sama dia. 
 
2. Apa yang menghalangi/menghambat saya melakukan seperti yang orang lain sudah lakukan?

Pertanyaan kedua ini sudah menjurus pada identifikasi masalah yang Anda alami untuk mulai bangkit dan bergerak menuju arah yang lebih baik. Yaitu dengan melihat satu demi satu hambatan yang menjadi kendala kita untuk meraih sukses seperti yang orang lain pun bisa meraihnya.

Dengan mengetahui hambatannya kita bisa mengetahui dari mana kita akan mulai memperbaiki kesalahan yang selama ini kita lakukan. Ataupun kita bisa merubah cara pandang kita terhadap sebuah hambatan atau rintangan
 
3. Apa yang harus saya lakukan untuk menghilangkan  halangan/hambatan tadi?

Nah, setelah kita mengetahui hambatannya, maka langkah terakhir adalah bagaimana menghilangkan hambatan tersebut dari diri kita. Dengan demikian perbaikan yang dilakukan benar-benar jelas dan terarah. Bukan lagi hanya sekedar keinginan untuk berubah sementara kita berkutat dengan ketidaktahuan kita. Karena hal itu tidak menjadikan kita lebih baik, justru boleh jadi hanya menghabiskan waktu saja untuk sesuatu yang sia-sia.
Yuk, kita bangkit bergerak ke arah jalan yang benar menuju sukses yang sesungguhnya.

Ketahui kelemahan kita, maka kita akan bisa merubahnya menjadi potensi kekuatan dalam diri kita. Insya Allah...

Sabtu, 22 September 2012

Antara Idealisme dan Kebohongan

Hati saya berbisik, "Kalau kita yang berkiprah di dunia pendidikan saja harus mengabaikan kejujuran dalam meraih sebuah prestasi dan prestise, bagaimana dengan yang lainnya?" Sebuah instansi pendidikan yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai kejujuran dan sportifitas nampaknya banyak juga yang culas. Dan itu tidak berdiri sendiri. Boleh jadi kita (termasuk saya di dalamnya) jadi ikut-ikutan berbohong. Astaghfirullah....

Coba kita tengok ketika penerimaan peserta didik baru, terutama ditingkat SLTP, SLTA dan seterusnya, saya sering mendengar ada beberapa sekolah negeri yang mematok harga sekian juta agar seorang anak diterima sebagai siswa di sekolah tersebut. Seperti yang saya dengar pengakuan dari teman saya yang dimintai tolong untuk mendaftarkan saudaranya untuk masuk sebuah sekolah SLTP Negeri ternyata ia harus mengeluarkan kocek sebesar 9 juta. Itu di luar administrasi sekolah. Itu hanya uang pelicin agar ia jadi prioritas untuk lolos. Barangkali memang ada juga beberapa sekolah yang masih jujur dan tidak mata duitan. Mudah-mudahan kita doakan agar mereka tetap istiqomah. Dan mereka yang melakukan praktik kotor semoga disadarkan. Mereka harus ingat, pendidikan adalah pondasi bagi anak untuk melangkah di masa depannya. Janganlah sebuah bangunan gedung (baca: cita-cita tinggi anak) di bangun dengan fondasi yang demikian rapuh.

Belum lagi pengalaman saya mengikuti proses akreditasi sebuah sekolah. Rasanya kekotoran, kebohongan, manipulasi begitu terasa. Apalagi kalau saya mendengar dari senior-senior saya yang sudah banyak pengalaman di beberapa sekolah mereka banyak bercerita bahwa yang namanya akreditasi agar nilainya bagus dan tidak banyak dikomentari cukuplah dengan menyediakan "amplop" yang tebal semua urusan beres. Hadeeuuh.... Selama persiapan akreditasi pun rata-rata sudah TST ternyata banyak sekali data yang dimanipulasi. Yang tadinya memang tidak ada, demi memenuhi syarat yang diajukan oleh pihak dinas dan bisa meraih nilai A maka bagaimana pun caranya akan ditempuh walaupun tidak jujur. Astaghfirullah...

Saya berpikir, bagaimana ya nasib bangsa ini kalau insan yang mengelola pendidikannya sudah tidak memegang mulianya kejujuran dan indahnya kebenaran. Wadduh... Gelaaap... Gelaaap.
Mari kita yang masih punya nurani, ayo kita perjuangkan kebenaran dan kejujuran. Apa artinya setiap hari kita mengajari mereka akan nilai-nilai kebaikan sementara kita mencontohkan yang sebaliknya?

Mari merenung dan berdo'a semoga Allah menjadikan kita manusia-manusia yang istiqomah memegang nilai kebenaran seperti yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Wallahu a'lam...

Minggu, 16 September 2012

Take Action!

Ternyata mereka yang sekarang ini terlihat sukses dan menurut kita luar biasa dalam pencapaian hidupnya adalah mereka yang pendekatan kepada Allah-nya sangat masif. Saya jadi merasa malu dengan diri saya sendiri. Orang boleh saja memanggil saya ustadz atau apapun panggilan yang "memuliakan", pertanyaannya sudah pantaskah saya disebut dengan sebutan itu? Saya rasa masih jauh dari kepantasan itu. Akan tetapi karena terlanjur banyak yang memanggil dengan panggilan itu, tugas saya saat ini adalah menjadikan panggilan itu sebagai motivasi untuk memantaskan diri menjadi orang yang punya sifat dan akhlak yang baik, lebih mendekatkan diri kepada Allah, dan istiqomah dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Allah dan sunnah-sunnah Rasulullah SAW.

Selama ini saya seringkali terlena dengan pencapaian yang ada, padahal pencapaian-pencapaian itu belum seberapa. Artinya, apa yang saya capai dengan usia yang sudah kepala tiga ini menurut saya semestinya bisa mencapai lebih dari apa yang saya capai saat ini. Coba perhatikan, banyak mereka yang dalam usia kurang dari 30 tahun yang sudah menjadi motivator, inspirator, dosen, dekan, pengusaha properti dan lain sebagainya. 

Tapi, mau diapakan lagi, kita tidak akan bisa memutar kembali waktu yang telah kita lewati. Yang harus saya dan kita semua lakukan saat ini adalah segera menyadari untuk melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan saat ini. Jangan pernah menunda kembali hal-hal yang bisa kita lakukan, take action!! Ide sekecil apapun, eksekusilah!! Karena boleh jadi sebuah ide baru yang kita anggap kecil pada awalnya, ternyata kalau ia kita lakukan dengan serius boleh jadi ternyata ia tidak sekecil yang kita pikir. Jangan mengukur dampak sebuah ide hanya dari diri kita sendiri apalagi ide tersebut belum kita coba eksekusi. Tapi cobalah dulu lakukan dengan sepenuh hati dan jiwa kita, dan lihatlah apa yang terjadi...

Intinya, selalulah bertanya kepada diri kita, dalam usia yang sudah seperti sekarang ini, seberapa banyakkah kita berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain? Sudahkah kita menjadi orang yang bermanfaat untuk sebanyak-banyak manusia? Berapa banyak orang yang sudah kita bantu? Berapa banyakkah orang yang sudah tersenyum karena bantuan dan kebaikan kita? Semoga pertanyaan-pertanyaan ini menjadi semacam pelecut dan menjadi titik balik kita untuk berubah ke arah yang lebih baik. Tidak melulu berpikir untuk kebaikan diri sendiri atau keluarga semata, tapi mulailah berpikir untuk orang-orang yang berada di luar diri dan keluarga kita, di luar lingkaran dalam hidup kita.

Insya Allah kalau itu sudah mampu kita laksanakan, kita akan merasa betapa indah hidup ini. Indah karena kita sangat dekat dengan Allah, dan indah karena kita sangat dekat dan bermanfaat buat sebanyak-banyak makhluk Allah. Hablum minallah dan hablum minan naas... 

Wallahu a'lam...

Sabtu, 01 September 2012

Pahami Psikologis Anak

Tidak ada orang tua yang rela kalau anaknya dimarahi orang tanpa sebab yang jelas. Begitu juga yang terjadi pada saya juga istri saya. Malam kemarin istri saya cerita kalau anak kami, Ihsan, cerita kalau hari itu di sekolah ada yang membuat dia trauma yang membuat dia pada hari ini tidak mau berangkat sekolah. Ceritanya, hari Jum'at ada teman sekelasnya Ihsan, sebut saja namanya Bayu membawa HP ibunya ke sekolah tanpa sepengetahuan ibunya. Ibunya datang ke sekolah, masuk ke kelas anaknya sambil marah-marah bahkan memukulnya. Nah, dalam keadaan itu, Ihsan datang dan entah ekspresi apa yang ditunjukkan Ihsan tiba-tiba Ibunya Bayu tersebut marah-marah juga sama Ihsan, katanya sambil melotot, bertanya anaknya siapa dan tinggal dimana, malah kata Ihsan sampai mengancam mau memukul Ihsan kalau tidak menjawab pertanyaannya. 

Memang selama ini Ihsan tidak pernah mendengar kata-kata kasar, baik dari kami orang tuanya juga dari orang-orang di sekitarnya, baik itu guru, teman-teman maupun tetangga. Mungkin ia agak sok saat ia tidak punya maksud apa-apa tapi kemudian ia dimarahi begitu saja.

Ada beberapa hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini. Pertama; Perhatian pihak sekolah dalam hal ini pendidik dan tenaga kependidikan sangat diperlukan, karena bagaimanapun mereka adalah penanggung jawab penuh selama ada di sekolah. Kedua; Orang tua hendaknya memahami psikologi seorang anak, walaupun secara sederhana, mesti setiap orang bisa merasakan dan tahu apa yang sepatutnya dilakukan kepada anak-anak, baik kepada anak sendiri maupun kepada anak orang lain. Ketiga; Seseorang harus tahu keadaan dan waktu yang tepat untuk memberi sanksi yang tepat kepada anak. Selain itu sanksi yang diberikan pun harus yang mendidik. Gitu kira-kira.... hehe...

Minggu, 26 Agustus 2012

Semua Berawal dari Niat

Bukan tanpa alasan kalau para ulama ahli hadits rata-rata selalu menjadikan hadits tentang niat di posisi pertama dalam penulisan urutan hadits. Hal ini dikarenakan "niat" mempunyai peran penting dalam kehidupan kita sebagai manusia. Bukan hanya dalam urusan ibadah semata, tapi lebih dari itu juga dalam setiap aspek kehidupan kita. Niat menempati posisi penting dalam capaian kesuksesan kita dalam setiap hal. Nah, kalau demikian pentingnya niat itu, tentu kita harus tahu apa sih sesungguhnya yang disebut niat itu, baik dalam terminologi para ulama maupun dalam pemahaman orang pada umumnya.

Menurut para ulama, niat adalah Qashdusy syai'i muqtaronan bifi'lihi (menyengaja melakukan sesuatu [pekerjaan] dibarengi dengan melakukan pekerjaan tersebut). Dulu, saya memahami definisi niat ini biasa saja, tidak ada yang aneh ataupun yang membuat saya punya motivasi tertentu dalam membacanya. Tapi, setelah saya banyak membaca buku-buku tentang hidup dan motivasi kehidupan, kok saya memahami pemaknaan ini begitu bertenaga dan penuh motivasi dan arti buat mencapai raihan kesuksesan dalam kehidupan ini. Coba kita lihat dan pahami dengan cermat! 
  • Kata  Qashdusy syai'i (menyengaja melakukan sesuatu [pekerjaan]...) mempunyai makna kesungguhan hati. Ini artinya, niat sejatinya merupakan motif atau spirit kita dalam melakukan suatu pekerjaan. Sesuatu yang kita kerjakan hendaknya mempunyai motivasi dan spirit yang berawal dari kesungguhan hati. Kenapa demikian? Karena apa yang kita lakukan sesungguhnya mengandung do'a dan keyakinan. Sebuah do'a tidak akan terkabul atau terwujud kalau berasal dari hati yang tidak sungguh-sungguh, demikian menurut hadits Nabi SAW. Demikian juga suatu pekerjaan yang tidak dilandasi keyakinan yang kuat tidak akan bisa mencapai kesuksesan yang paripurna. Dan harus diingat bahwa keyakinan dan do'a kita sangat berhubungan dengan prasangka kita kepada Allah SWT, semakin kuat niat kita semakin baik prasangka kita kepada Allah SWT. Sementara, kita semua tahu bagaimana Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsinya: "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku." Kalau prasangka kita baik kepada Allah, maka hasilnya pun akan baik, sebaliknya kalau prasangka kita buruk sama Allah maka hasil dari pekerjaan kita juga akan buruk.
  • Berikutnya adalah kata muqtaronan bifi'lihi (...dibarengi dengan melakukan pekerjaan tersebut), ini bermakna action. Artinya seseorang tidak akan bisa meraih kesuksesan yang diimpikannya kalau semuanya hanya sebatas impian yang tidak diwujudkan dalam action. Orang yang tidak berani action sama saja dengan orang yang mimpi di siang bolong. Maka niat, motif dan spirit tidak pernah bisa terlepas dari aksi atau pekerjaan yang kita lakukan dalam dunia nyata. Ini pula yang membedakan pemahaman para cerdik cendikia antara apa yang disebut dengan niat dan azam. Kalau niat pemahamannya seperti dijelaskan di atas, maka azam adalah keinginan yang baru hanya sebatas impian yang belum diwujudkan dalam aksi.
Melihat penjelasan di atas, kita menjadi tahu betapa besar peran niat dalam mengawal kita dalam meraih kesuksesan yang kita idam-idamkan. Maka, wajar kalau ada sebagian orang yang juga mengartikan niat dengan arti tujuan. Karena tanpa tujuan yang jelas kita tidak akan bisa mencapai apapun dalam hidup ini. Maka saya pikir pemahaman ini juga benar adanya. 

Wallahu a'lam...

Sabtu, 18 Agustus 2012

AMALAN HARIAN RASULULLAH SAW.


Ada 7 amalan harian yang selalu dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW :

Shalat Tahajjud
Tadabbur Al Qur’an
Shalat Berjama’ah di Masjid (terutama Subuh dan Isya’)
Shalat Dhuha
Memperbanyak Sedekah
Menjaga Wudhu
Berzikir setiap Saat

Dalil-dalilnya sebagai berikut:

1. SHALAT TAHAJJUD

- Al-Qur’an Surah Al-Isr’a: 79:  “Dan dari sebagian malam hendaklah engkau bangun (tahajud), sebagai amalan tambahan untukmu. Semoga Tuhanmu mengangkat (derajatmu) ke tempat yg terpuji”.

- Shalat yang paling Utama setelah shalat 5 waktu adalah Qiyamul Lail (HR Muslim).

- Hadist Qudsi dari Ibnu Arabi: Ketika Allah turun ke langit dunia pada 1/3 malam, Allah SWT bersabda: “Sungguh berdusta orang yang menyatakan mencintaiKu, sementara ia tidur lelap dan lalai kepadaKu. Bukankah setiap kekasih ingin berkhalawat dengan kekasihnya? Akulah yang mendatangi kekasihKu dikelopak mata mereka. Mereka berbicara denganKu dalam musyahadah, dan bercakap-cakap denganKu dengan khusyuk. Di hari kemudian, Aku tetapkan mereka pada surga-surgaKu”.

2. TADABBUR AL QUR'AN

Al Qur’an adalah kitabullah yang berisi sejarah umat sebelum kamu, berita umat sesudahmu, kitab yang memutuskan urusan-urusan diantara kamu, yg nilainya bersifat pasti dan absolut. Siapa saja orang durhaka yg meninggalkannya pasti Allah akan memusuhinya. Siapa yg mencari petunjuk selain AL Qur’an, pasti akan tersesat. Al Qur’an adalah tali Allah yg sangat kuat, peringatan yg bijaksana dan jalan yg lurus (HR Tirmidzi).

Bahkan kalau bisa mentadabburinya sambil menangis, sebagaimana wahyu Allah dalam Q.S Maryam :58: "Dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, mereka menyungkur, bersujud dan menangis."

”Rumah yg di dalamnya dibacakan Al- Qur’an  akan terlihat oleh penduduk langit sebagaimana penduduk bumi melihat gemerlap bintang-gemintang di langit" (HR Baihaqi)

Sedangkan bagi orang yg malas membaca Al-Qur’an, Nabi SAW memperingatkan: ”Sungguh,orang yg dalam hatinya tidak terdapat sesuatu pun dari Al-Qur’an, bagaikan rumah syaitan yg menyeramkan" (HR Tirmidzi).

3. SHALAT BERJAMA'AH DI MASJID (Terutama Subuh dan 'Isya)

Sungguh, shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yg terkandung di dalamnya, mereka pasti mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak (HR Bukhari-Muslim)

Kemudian naiklah para Malaikat yg menyertaimu pada malam harinya, lalu Rabb mereka yg sebenarnya Maha Tahu bertanya kepada mereka, Bagaimana hamba-hambaKu ketika kalian tinggalkan?” Mereka menjawab,”Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga” (HR Bukhari).

Dua rakaat sebelum (qabliyah) subuh lebih baik dari dunia dan seisinya (HR Muslim)

Shalat subuh menjadi penerang pada hari kiamat, sebagaimana sabda Nabi SAW, ”Berilah kabar gembira bagi orang-orang yg berjalan di kegelapan menuju Masjid untuk mengerjakan shalat subuh, dengan cahaya yg terang  benderang” (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

4. SHALAT DHUHA

Nabi mencontohkan bilangan rakaat shalat dhuha 2 s.d 12 rakaat:  “Shalat dhuha bukan hanya semata meminta harta, namun merupakan shalatnya orang-orang yang senantiasa kembali kepada Allah” (HR Thabrani).

H.R Abu Ya’la, Nabi menegaskan, ”Siapa yang berdiri melaksanakan shalat dhuha, maka diampunilah segala dosanya. Dia kembali bersih dari segala dosa seperti dilahirkan ibunya.

Keutamaan jumlah rakaat dalam sholat Dhuha (HR Tabrani & Abu Dawud): Siapa yg mengerjakan 2 rakaat, dia tidak akan dicatat dalam kelompok orang-orang yg lupa, yg mengerjakan 4 rakaat akan Allah catat dalam kelompok ahli ibadah, yg mengerjakan 6 rakaat maka segala kebutuhannya hari itu dicukupkan Allah, yg mengerjakan 8 rakaat, maka Allah akan memasukkannya kedalam golongan yg tunduk dan menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah. Bagi yg mengerjakan sholat dhuha 12 rakaat, maka Allah akan membangunkannya sebuah istana yg indah di dalam syurga.

5. MEMPERBANYAK SEDEKAH

QS Ali Imran 3:133-134: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yg luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya di waktu lapang dan sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yg berbuat baik."

Balasan Allah bagi umat yang gemar bersedekah: QS Al-Baqarah :261: “Perbandingan (balasan atau pahala) bagi orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah seperti 1 biji yang menumbuhkan 7 cabang, di setiap cabang menjuntai 100 buah, dan Allah akan menggandakan pahala kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah itu maha luas (pemberianNya) lagi sangat mengetahui."

6. MENJAGA WUDHU

Kesucian lahir ditandai dengan berwudhu yang akan mengantarkan manusia ke jenjang kesucian yg lebih tinggi, dan untuk berkomunikasi dengan Allah secara vertikal, harus dalam keadaan berwudhu.

Wudhu merupakan tangga pertama untuk melakukan pengembaraan spiritual menggapai kenikmatan melalui shalat, zikir, membaca Al-Qur’an, dsb.

Kesucian adalah dasar dalam kehidupan seorang muslim. Allah SWT memuji orang yg suci lahir dan bathin dalam firmanNya: ”Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyucikan diri" (QS Al Baqarah :222).

7. BERDZIKIR SETIAP SAAT

Berzikir adalah mengingat dan menyebut Asma Allah.

"Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut Allah, maka Allah akan menyediakan ampunan dan pahala yg besar bagi mereka" (QS Al Ahzab 33:35)

Zikir dapat dilakukan dengan lisan dan dengan hati, "Mereka yg mengingat Allah diwaktu berdiri, duduk dan berbaring ….." (QS Ali Imran 3:191);

Zikir menjadikan hati tentram: "yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah maka hati jadi tentram" (Q.S Ar Ra’d :28)

Wallahu Ta’ala A’lam.

Sumber: http://albatamy.wordpress.com/2012/03/15/amalan-harian-rasulullah-muhammad-saw/



Renungan Akhir Ramadhan

Setiap Ramadhan akan berakhir ada perasaan tak menentu. Sedih, sudah tentu. Betapa tidak, Ramadhan yang penuh dengan rahmat, ampunan dan janji pahala yang besar akan segera meninggalkan kita. Bulan mulia yang di dalamnya ada malam yang lebih utama dari seribu bulan.

Ada tugas berat yang menanti setelah hari ini. Selama sebulan Allah SWT menyaksikan kita bangun di penghujung malam, beristighfar mohon ampunan-Nya. Alangkah ruginya kalau setelah Ramadhan lewat kita melewatkan dini hari yang penuh ampunan, bahkan kita lewati waktu Subuh seperti bangkai yang tak bergerak. Selama sebulan kita hiasi lidah kita dengan doa, zikir dan bacaan ayat suci Al-Quran. Celakalah kalau setelah ini dengan lidah yang sama kita gunakan untuk menggunjing, memfitnah dan membuka aib orang lain. 

Kalau selama bulan suci ini kita jaga perut kita agar tidak dimasuki makanan dan minuman halal di siang hari, maka alangkah naifnya kalau setelah bulan ini kita menjejali perut kita dengan makanan dan minuman yang haram. Allah SWT menguji kita apakah kita termasuk orang yang dikatakan Allah sebagai man tazakka wadzakarasma rabbihi fasholla, ataukah kita termasuk yang tu'tsiruunal hayaatad dunya. Apakah kita termasuk orang yang mensucikan diri, berzikir dan shalat, ataukah kita termasuk orang yang mencintai dan memprioritaskan dunia. 

Ketika kita memasuki Ramadhan kita bangun taman indah dalam diri dan hati kita. Kita hiasi diri dengan peningkatan iman, kualitas ketakwaan yang ciamik yang dirajut dengan amal-amal shalih yang jempolan. Tugas kita adalah mempertahankan keindahan taman surgawi ini di sepanjang tahun setelah Ramadhan lewat. Jangan sampai ianya menjadi onggokan sampah hitam yang berbau. Walladzii akhrojal mar'aa, faja'alahu gutsaan ahwa. Jangan sampai al-mar'aa (rerumputan nan hijau) menjadi gutsaan ahwa (sampah nan hitam). Bahkan Allah SWT mengingatkan kita: Dan janganlah kalian seperti wanita pemintal benang, yang setelah benang itu dipintal dengan kuat kemudian ia cerai beraikan lagi... Maka, amal-amal shalih yang sudah kita biasakan di bulan Ramadhan (yang masih bisa kita lanjutkan) kita pertahankan dan terus lakukan. Kita terus baca Al-Qur'an, kita tetap bersedekah, kita tetap menahan lidah dari mencaci maki, memfitnah, menggunjing dll, kita tetap jaga tangan, kaki, hati dan badan kita dari perbuatan-perbuatan maksiat dan kezaliman. Karena inilah nanti yang akan membuktikan puasa kita diterima atau tidak. Puasa kita baik atau tidak.

Rasulullah SAW pernah memperingatkan, bahwa ada dua macam orang yang berpuasa: Ada yang mendapatkan ampunan Allah SWT dan ada yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Alangkah sedikitnya orang yang shaum dan alangkah banyaknya orang yang mendapatkan lapar dan dahaga. Nah, pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang shaum yang akan dapat ampunan Allah ataukah kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja.

Jawabannya akan kita buktikan pasca Ramadhan. Kalau kita mampu menjaga diri dari kemaksiatan, mampu menjaga lidah dari cacian dan umpatan, mampu menjaga perut dari makanan dan minuman haram, dan kepedulian kita tetap ada bahkan meningkat kepada fuqaraa dan masakin maka insya Allah kita tergolong orang yang shaum. Akan tetapi sebaliknya kalau lidah ini kita kembali gunakan untuk menyakiti orang, perut ini kita jejali dengan makanan dan minuman haram, tangan ini kita lumuri dengan dosa, kemaksiatan, kezaliman, perampokan dan perampasan akan hak-hak orang lain, maka mungkin kita hanyalah orang yang masuk kategori al-jawwaa', orang yang hanya bisa menahan lapar semata, tidak lebih dari itu.

Maka, marilah kita jaga konsistensi dan keistiqomahan ibadah dan amal shaleh kita di bulan suci ini juga untuk mewarnai hari-hari kita di sebelas bulan berikutnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang puasanya diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan pahala yang dijanjikan-Nya. Amiin yaa rabbal 'aalamiin...

Kamis, 16 Agustus 2012

100% Untuk Allah SWT.

Yah... Memang hidup ini kadang lucu. Tapi itulah dunia. Dalam pandangan kita mungkin saja sesuatu itu kita anggap tidak mungkin bisa terjadi, tapi tidak dengan Tuhan. Dia bisa melakukan apa yang ingin dilakukan-Nya. Karena Dia Maha Berkehendak dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Hal di atas seperti yang terjadi pada 2 teman saya. Mungkin ia tidak pernah mengira kalau mereka akan sedekat sekarang. Awalnya hanya bercanda dan main gombal-gombalan saja, ternyata justru dengan itu mereka menjadi begitu dekat. Dan kalau ketentuan Allah yang bicara, tidak ada satupun yang bisa menghindari maupun menolaknya. Bahkan musuh bebuyutan sekalipun kalau Allah berkehendak bisa saja menjadi teman yang begitu sangat dekat. Maka benar apa yang disabdakan Rasulullah SAW. : "Cintailah orang yang engkau cintai sekedarnya saja, karena boleh jadi suatu saat ia akan menjadi orang yang kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekedarnya saja, karena boleh jadi suatu saat ia akan menjadi orang yang kamu cintai."

Hadits di atas bukan berarti kita tidak boleh mencintai seseorang dengan sebenar-benarnya cinta, akan tetapi yang dimaksud di sini adalah jangan sampai kita mencintai seseorang mati-matian sehingga ketika ada masalah sedikit saja bisa jadi nanti kita akan benar-benar benci dan menyesal dengan apa yang sudah kita lakukan. Begitu pula sebaliknya. Mencintai atau membenci sekedarnya juga berarti kita mencintai atau membenci seseorang sebagai seorang manusia dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Jangan anggap seseorang sebagai sosok yang sempurna sehingga kalau kita menemukan kekurangannya kita justru akan sangat kecewa setengah mati.

Manusia pasti punya kelebihan dan kekurangan yang dengan memahaminya kita tidak akan pernah terkecewakan oleh siapapun dan enjoy dalam menjalani hidup ini. Mencintai sekedarnya juga berarti kita hanya boleh mencintai sepenuh hati 100% hanya kepada Allah saja. Karena Dialah pemilik kesempurnaan dan kesucian yang tiada cacat sedikitpun. Ialah Sang Maha segalanya. Bahkan segala suka, cinta, benci harus didasarkan kepada-Nya. Inilah yang menjadi bukti kesempurnaan iman seseorang.  Sabda Nabi Muhammad SAW. : "Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberipun karena Allah, sungguh ia telah sempurna imannya."


Senin, 13 Agustus 2012

Tuhan, Aku Malu...

Ya Allah aku malu saat Kau pandang diri ini aku dalam keadaan kotor dan berkubang dalam lumpur dosa. Di mana aku harus sembunyikan muka ini sementara Engkau Maha Melihat segala sesuatu secara detail. Tidak ada satu ruang kecil sekalipun, tak ada satu space kecil bahkan titik sekalipun yang terlepas dari pengawasan-Mu.

Kaulah Al-Khabiir, Yang Maha Mengawasi segala sesuatu. Aku tahu itu ya Allah... Tapi kenapa ya aku masih tetap saja bandel dan terus berbuat dosa kepada-Mu. 

Tuhanku... Dalam kesendirian aku hanya berharap bahwa suatu saat pada waktu yang tepat menurut-Mu aku ingin merasakan betapa nikmatnya hidup bersama. Kesendirian kadang membuatku begitu cuek. Kesendirian juga seringkali membuat pikiranku liar. Aku ingin Engkau Sang Maha Kreatif selalu menunjukkan aku jalan untuk kreatif dan produktif sehingga menjadi orang yang betul-betul bermanfaat untuk orang banyak dan lingkungan sekitar. 

Selasa, 07 Agustus 2012

Rindu Rasul

Allaahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammad... Wa 'alaa aali Sayyidinaa Muhammad...
Ya Rasulallah kami semua memendam rindu untuk berjumpa denganmu. 

Senin, 06 Agustus 2012

Sedekah Community

Berawal dari ide kecil nan sederhana yang saya coba ungkapkan kepada teman-teman saya, alhamdulillah ternyata ia mendapat sambutan yang positif dari mereka. Pertama saya ungkapkan kepada dua orang teman saya dengan bayangan program yang akan digarap ke depan teman saya mengiyakan dan mulai tertarik. Mendapat sambutan baik saya pun mengatakan,"kalau memang mengerti ayolah kita mulai saja sekarang."

Saya pikir semua orang pasti punya keinginan agar dirinya menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Setiap orang ingin membantu orang lain, walaupun kadar kesungguhannya berbeda-beda. Tapi hal ini bisa dicek saat kita bisa membuat orang lain tersenyum karena bantuan kita, kita akan merasa sangat bahagia melampaui rasa saat kita mendapatkan sesuatu dari orang lain. Sebuah kebahagiaan yang tiada tara, bahkan sangat sulit diungkapkan. Akan tetapi masalahnya adalah, kala kita berazam mau membantu orang lain yang membutuhkan kita dihadapkan pada kebingungan dan tanya, siapakah yang akan kita bantu? Berapa dana yang akan kita sumbangkan? Apakah itu cukup membantu? dan banyak pertanyaan lainnya yang pada akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa dana yang akan kita sumbangkan terlalu kecil atau terlalu sedikit untuk kita sumbangkan dan akhirnya tidak jadi membantu.

Nah, berangkat dari pemikiran di atas saya mulai berkesimpulan, kalau demikian jalan terbaik agar kita bisa membantu dalam jumlah yang agak banyak dan berarti berarti kita harus membangun sebuah komunitas yang dengannya kita bisa menghimpun bantuan yang saat sudah terkumpul nanti jumlahnya akan lumayan besar tanpa kita merasa berat untuk mengumpulkannya. Maka terpikirlah dibenak saya untuk mengajak teman-teman untuk membuat suatu komunitas sedekah yang bisa membiasakan diri setiap harinya untuk menyisihkan dana untuk dihimpun yang pada saatnya akan disalurkan kepada yang membutuhkan. Terbersitlah nama Sedekah Community atau disingkat SC yang kami deklarasikan tanggal 1 Agustus 2012 yang lalu di Musholla At-Taqwa VIII SDI-SMPI At-Taqwa Pamulang Tangerang Selatan.

Target kami tidak muluk-muluk, untuk tahap awal kami hanya mencoba mengasumsikan setiap orang bisa bersedekah perharinya hanya Rp. 2000,- sebuah jumlah yang barangkali sangat kecil dan ringan kedengarannya. Memang, yang terpenting bagi kami walau kecil tapi terus berjalan dan setiap anggota diharapkan bisa bergerak untuk mencari teman yang dengan sukarela untuk menjadi pemberi sedekah bersama SC. Yang perlu diingat komunitas ini murni sosial dan tidak ada hubungannya dengan kepercayaan atau sekte tertentu. Kami hanya ingin mengamalkan perintah sedekah dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah serta ingin berbagi kebahagiaan dan kepedulian kepada orang yang kurang beruntung atau untuk kegiatan-kegiatan sosial seperti pembangunan sarana pendidikan, perpustakaan, fasilitas umum dan lain-lain. Intinya: Bersama kita bisa!!! Mengapa harus pakai komunitas? Jawabannya, karena kami sadar, kami belum mampu membantu secara individual atau orang perorangan. Dengan bersatu dan bersama diharapkan ada motivasi yang lebih dahsyat untuk saling mengingatkan.

Ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang membuat saya betul-betul tergerak untuk bersedekah tiap hari yang kemudian memunculkan ide pembentukan SC ini, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang saya yakini betul kesahihannya. Hadits tersebut berbunyi:
"Sesungguhnya Allah mempunyai 2 orang malaikat yang selalu berdo'a setiap pagi. Malaikat yang satu berdo'a: "Ya Allah berikanlah pengganti bagi orang yang berinfak (atas infak yang dikeluarkannya)!" Dan yang satunya lagi berdoa: "Ya Allah timpakanlah kehancuran kepada orang yang kikir." (H.R. Bukhari-Muslim).

Nah, saya ingin dengan bisa bersedekah setiap hari, saya dan kami semua anggota SC dapat memperoleh keberkahan doanya Malaikat pertama, dan terhindar dari kehancuran karena doanya Malaikat yang kedua. Di samping juga kami tetap berharap mendapatkan efek besar dari sedekah yang memang Allah janjikan dalam Al-Qur'an dan yang Rasulullah SAW janjikan dalam Al-Hadits. Karena kita semua tentu sangat yakin bahwa janji Allah dan Rasul-Nya sudah pasti benar. Sekarang tinggal uji keyakinan kita kepada Allah dan Rasul-Nya dengan cara sejauh mana atau sebesar apa kita mampu bersedekah. Kalau memang kita belum bisa sedekah dengan jumlah yang  fantastis, marilah kita jalani tahapannya. Mungkin pertama kita hanya mampu memberi 2,5 %, kemudian meningkat menjadi 5 %, setelah itu 10%, 20%, 30% dan seterusnya. Karena semakin besar sedekah kita semakin besar pula jaminan Allah SWT untuk kita. Semoga...


Wallahu a'lam...

Jumat, 03 Agustus 2012

4 Hal yang Harus Dilakukan Seorang Muslim

Ramadhan adalah bulan yang sangat tepat bagi siapapun untuk berlatih menepati setiap tuntunan agama yang mungkin selama ini sangat berat untuk dilakukan. Bagi mereka yang jarang atau bahkan tidak pernah mau mengikuti sunnah-sunnahnya Rasulullah SAW, sekaranglah saatnya untuk memulai. Bagi yang wajibnya masih ada yang mungkin ditinggalkan, sekaranglah saatnya untuk kembali kepada Allah mengakui kekeliruan yang kita lakukan dan mencoba istiqomah untuk menjalani kewajiban itu. Bagi yang selama ini penuh noda dan dosa yang memberati pundak-pundaknya, inilah saat yang tepat untuk kembali kepada Allah dan melepaskan beban tersebut dengan sangat jujur mengakui kesalahan kita di hadapan-Nya seraya bertobat dan mohon ampunan-Nya.

Ramadhan datang bak telaga hikmah yang bisa menghilangkan dahaga siapapun yang meminum airnya. Ramadhan adalah bukti kasih sayang Allah untuk kita yang sering lalai dari perintah-Nya. 

Ada 4 hal yang harus dilakukan oleh setiap mukmin yang berpuasa yang ingin membersihkan dirinya dari kotornya noda maksiat dan pelanggaran.
  1. Taubat
Taubat menurut bahasa artinya kembali. Yang dimaksud di sini adalah kembali ke jalan Allah setelah kita meninggalkannya dengan cara menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Allah sangat senang kepada kita yang mau bertaubat dari segala kesalahan yang pernah dilakukannya. Ibaratnya ada seseorang yang kehilangan unta yang membawa barang bawaannya, kemudian unta itu bisa ditemukan dengan barang bawaan yang masih utuh. Kalau kita, manusia, dalam posisi ini sangat senang, maka Allah lebih senang lagi saat ada hamba-Nya yang kembali.

 Rasulullah SAW adalah sosok manusia yang sudah diampuni segala dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, akan tetapi beliau dalam satu hari saja beristigfar, mohon ampun dan bertaubat kepada Allah tidak kurang dari 70 kali, bahkan dalam satu riwayat beliau beristigfar satu hari satu malam tidak kurang dari seratus kali. Kalau kita mencoba kembali dan memegang titik kesadaran kita, maka seharusnya kita berpikir dengan jernih. Kalau Rasul saja yang dosanya sudah diampuni dalam sehari bisa mohon ampun kepada Allah sampai 100 kali, maka bagaimana dengan kita yang tiap hari berbuat dosa? Semestinya kita beristigfar dan bertaubat lebih banyak lagi daripada Rasulullah SAW. 

2. Muhasabah

Umar bin Khattab mengatakan,"Hisablah /hitunglah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah SWT." Menghitung diri (muhasabah) artinya kita menghitung seberapa banyak keburukan yang sudah kita lakukan agar kita bisa menguranginya bahkan meninggalkannya agar kita menjadi lebih baik. Atau menghitung seberapa banyak kebaikan yang sudah kita lakukan dengan maksud menambah amalan yang masih kurang dari diri kita. [wallahu a'lam]. 
Lakukan muhasabah ini di saat-saat yang tepat, seperti saat sebelum tidur kita ingat kembali apa yang sudah kita lakukan di hari itu. Atau kita lakukan di saat sunyi seperti pada waktu sahur (dini hari).

3. Muraqabah

Jadilah manusia yang selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Jangan merasa karena suasana sepi kemudian seenaknya melakukan perbuatan dosa dan maksiat. Yakinlah bahwa Allah Maha Tahu atas apapun yang kita lakukan. 

4. Mujahadah

Berupayalah sekuat tenaga untuk tetap istiqomah di jalan yang sudah digariskan oleh Allah SWT.


Minggu, 29 Juli 2012

Rindu "Indahnya" Ramadhan (seperti dulu)

Ya Allah, perasaan saya tidak karuan. Entah apa yang saat ini saya khawatirkan. Entah apa yang saat ini saya idamkan. Entah apa yang saat ini harus saya kerjakan. Entah kemana saat ini saya harus pergi. Entah bagaimana saya harus menjalani hidup ini. Entah apa yang bisa saya baktikan kepada dunia. Ya Allah, beri saya petunjuk agar bisa memetakan pikiran ini lebih rapi, sehingga bisa meraih cita dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selain itu agar saya punya karya bermanfaat yang bisa saya baktikan untuk umat, agama, dan negeri ini. 

Saat Ramadhan ini datang, hati saya berbunga-bunga penuh harap, mudah-mudahan di hari-hari saya menjalani puasa jiwa kedekatan saya dengan Allah akan terbangkitkan. Tapi, ya Allah.... Apa yang terjadi saat ini? Kok malah saya serasa makin jauuuh dari Allah. Banyak dosa dibuat dan terus dibuat, dan mungkin itulah yang terus menghalangi saya untuk merasakan nikmatnya dekat dengan Allah. Astaghfirullah... Astaghfirullah.... Ampuni dosa-dosa hamba-Mu ini yaa Allah.

Rasanya kalau ingat masa-masa kecil dulu Ramadhan benar-benar mempunyai kesan yang betul-betul mendalam. Beda sekali dengan bulan-bulan yang lain. Ada upaya yang serius untuk mengkhatamkan Al-Qur'an. Ada upaya untuk menghafal paling tidak satu kitab kuning kecil. Saya ingin sekali ini bisa saya lakukan kembali saat sekarang ini, tapi seolah kesibukan tidak pernah berhenti. Hanya saja kalau saya lebih jernih lagi merenung, rasanya bukan waktunya yang tidak ada tapi tekadnya saja yang lemah dan pengaruh lingkungan yang belum bisa saya kendalikan. Seolah semua kebiasaan baik yang diistimewakan waktu dulu menjadi hal yang biasa dan tidak menjadi tuntutan lagi padahal di hati ini sangat ingin merasakan suasana itu. 

Semoga saja saya bisa bangkit kembali. Tolonglah hamba ini ya Allah...


Puasa Lidah

سَلاَمَةُ الْإِنْسَانِ فِيْ حِفْظِ اللّسَانِ
"Selamatnya seseorang tergantung pada kemampuan menjaga lidahnya"

Begitulah ungkapan Arab mengatakan. Bahwa kalau seseorang dirinya mau selamat, maka ia harus mampu menjaga lidahnya. Begitu besar bahaya lidah kalau kita tidak benar-benar mengendalikannya. Banyak konflik terjadi karena perbuatan lidah. Saat lidah ini menyakiti orang lain maka potensi konflik demikian besar. Sampai-sampai Ibnu Mas'ud RA., pernah mengatakan,"Demi Allah, tidak ada di dunia ini sesuatu yang harus lebih diperhatikan daripada lidah."

Seseorang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah berbicara yang baik atau diam. Demikian isi dari salah satu hadits Rasulullah SAW.  Demikian pentingnya menjaga lidah ini sampai-sampai Rasul mengaitkannya dengan urusan dan kualitas keimanan kita.  Maka berhati-hatilah dalam berbicara dan berucap, karena setiap ucapan yang kita keluarkan akan selalu diawasi dan dicatat oleh Malaikat Raqib dan 'Atid. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Qaf ayat 18: 

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

Dalam sebuah hadits bahkan Rasulullah SAW menjamin bagi siapapun yang bisa menjaga lidah dan kemaluannya, mereka akan masuk surga. "Barangsiapa yang bisa menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lidah), dan apa yang ada di antara kedua pahanya (kemaluan), maka aku jamin ia akan masuk surga." Subhanallah... Maka berkata baik mutlak harus kita lakukan kalau kita mau selamat di dunia maupun di akhirat.

Para Salafussalih yang hidup dalam naungan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW selalu menimbang setiap perkataan yang akan mereka ucapkan. Mereka senantiasa memuliakan ucapan-ucapan mereka. Ucapan mereka adalah dzikir, pandangan mereka adalah ketepatan, dan diam mereka adalah perenungan. Alangkah meruginya mereka yang tidak pernah menimbang setiap perkataannya, karena boleh jadi hal itu akan membawa dirinya pada kesedihan dan kegelisahan. Tanpa mempertimbangkan efek yang ditimbulkan dari perkataan kita bisa jadi kita akan jatuh pada kedustaan, perkataan kotor, perkataan yang menyakiti, gosip, sumpah palsu, perkataan yang kasar dan berbagai bentuk dosa yang ditimbulkannya.

Dalam Surah Al-Isra ayat 53, Allah SWT memerintahkan kepada kita agar berkata dengan perkataan/ ucapan yang lebih baik (benar). Nah, sekarang pertanyaannya, seperti apakah ucapan yang baik itu? Dalam Al-Qur'an paling tidak ada 6 istilah yang termasuk ke dalam kategori perkataan/ ucapan yang baik:
  1. Qaulan Sadiida = Perkataan yang benar. Ukuran benar tentu harus sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an, Sunnah dan ilmu pengetahuan yang berdasar.
  2. Qaulan karima = Perkataan yang mulia. Artinya kata-kata yang kita ucapkan hendaknya yang sopan, baik dan indah, bukan kata-kata kotor dan jorok.
  3. Qaulan layyina = Perkataan yang lemah lembut. Janganlah berkata dengan kata-kata yang kasar, karena boleh jadi walaupun itu benar tidak akan bisa diterima oleh orang yang kita ajak bicara.
  4. Qaulan baliighaa = Perkataan yang menyentuh. Usahakan ketika kita berkata, perkataan kita benar-benar sampai ke hati orang yang kita ajak bicara. Jangan bicara dengan perkataan yang dangkal.
  5. Qaulan maisuuraa = Perkataan yang mudah dicerna. Seringkali karena kefakarannya atau karena ingin disebut intelek seseorang berbicara dengan bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh audiensnya. Padahal Rasulullah SAW sudah mengingatkan," Sampaikanlah kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan berpikir mereka."
  6. Qaulan tsaqiila = Perkataan yang berbobot. Jangan sekali-kali bicara asbun (asal bunyi). Pastikan apa yang kita katakan punya bobot nilai dan manfaat sekaligus bisa memotivasi orang yang kita ajak bicara.
Semoga dengan masuknya kita di bulan Ramadhan ini, kita akan menjadi insan yang tidak hanya merasakan lapar dan dahaga saja, tapi diharapkan kita juga akan bisa menjaga lidah kita dari kemaksiatan dan kesemena-menaan dalam berbicara, kini dan nanti, sekarang ketika berpuasa maupun nanti setelah Ramadhan meninggalkan kita. Amiin...

Wallahu a'lam...:)

Minggu, 22 Juli 2012

Agar Puasa Kita Bermakna

Rasulullah SAW mensinyalir jauh-jauh hari bahwa,"Banyak orang yang berpuasa, ia tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali lapar dan dahaga,". Banyak hal tentu yang menyebabkannya, di antaranya mungkin karena ketidaktahuan kita tentang apa yang harus dilaksanakan dan apa yang tidak boleh dilaksanakan. Tentu ini terkait dengan persiapan yang harus kita lakukan sebelum masuk bulan suci Ramadhan terutama persiapan fikriyyah atau persiapan keilmuan yang cukup memadai. 

Nah, bagaimana agar puasa kita tetap mempunyai nilai yang berbobot pahala di sisi Allah SWT. Paling tidak ada lima (5) hal yang harus kita lakukan untuk menjaga kemurnian puasa kita agar tetap bermakna dan berpahala. 

Pertama; Hendaklah kita menjaga pahala puasa kita dengan menjaga sikap kita. Jagalah lidah kita, hindari menggunjing orang lain. Jagalah tangan kita agar jangan mendzalimi atau menyakiti orang lain. Berbicaralah dengan jujur, lakukan hal-hal yang bermanfaat, hindari perbuatan maksiat sekecil apapun. Lakukanlah perbuatan-perbuatan yang bermanfaat.

Kedua; Tingkatkan amal kita. Setiap amal kita yang kita rasa kurang di luar Ramadhan, maka jadikanlah bulan ini sebagai titik awal untuk kembali meningkatkan amal baik kita. Yang tadinya mungkin malas shalat, sekarang lakukanlah shalat dan jangan sekali-kali meninggalkannya. Yang tadinya tidak pernah berjamaah di masjid, mulailah dan teruslah untuk selalu melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Bagi siapapun yang sebelumnya agak kikir untuk berinfak dan bersedekah, mulai sekarang banyak-banyaklah berinfak dan bersedekah, dan seterusnya.

Ketiga; Perbanyak membaca Al-Qur'an. Salah satu amalan sunnah di bulan Ramadhan yang harus kita perhatikan adalah hendaknya kita memperbanyak membaca Al-Qur'an. Dengan momen Ramadhan ini kita diingatkan bahwa sesungguhnya kita mempunyai pedoman hidup yang harus selalu kita baca dan kita jadikan penunjuk hidup kita yaitu Al-Qur'an. Tanpa berpedoman kepada Al-Qur'an boleh jadi hidup kita akan tersesat tak tahu arah dan jalan hidup. Al-Qur'an adalah buku manual hidup kita. Sebagaimana kalau kita beli barang elektronik maupun barang-barang lainnya dari toko biasanya selalu ada manual book sebagai petunjuk bagaimana menggunakannya. Begitupun dengan penciptaan kita oleh Allah, dalam menjalani hidup ini kita diberikan buku panduannya bagaimana menjalani hidup ini dengan baik. Apa saja yang tidak boleh dilakukan dll. Maka bagi siapapun harus mau membaca, memahami dan mengamalkannya. Maka di Ramadhan inilah kita diingatkan terutama bagi kita yang tidak pernah membukanya.

Keempat; Hendaknya kita memperbanyak do'a. Saat puasa adalah saat dimana kita sangat dekat kepada Allah SWT. Orang yang berpuasa biasanya kadar kesadaran spiritualnya meningkat tajam. Nah, dalam kondisi seperti itulah do'a kita akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, dalam kesempatan baik itu perbanyaklah meminta kepada Allah dengan harapan Ia akan mengabulkan segenap keinginan kita dengan cara terbaik dan pada waktu yang menurutNya sangat baik.

Kelima; Ingatlah tentang keutamaan yang ada di bulan Ramadhan. dengan demikian kita tidak akan menyia-nyiakan sesaatpun waktu yang ada dengan perbuatan yang tidak baik. Kita akan menggunakannya sebaik mungkin karena kalau lewat Ramadhan maka lewat juga keutamaan itu.

 Mari kita pergunakan kesempatan Ramadhan ini sebagai bulan dimana kita menambah perbendaharaan amal kita dan sebagai pelatihan agar di bulan lain juga kita bisa melakukan kebaikan lebih dari sebelumnya.

Wallahu a'lam...:)

Empat Panggilan Allah SWT.

Dalam kehidupan kita ada empat panggilan yang harus kita sambut dan kita tunaikan. Panggilan itu merupakan kewajiban yang akan menumbuhkan suasana hati yang lebih hidup. Dan lebih dari itu ia akan menjadi penumbuh dan penambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.  Oleh karena itu, mau tidak mau, suka tidak suka, 4 panggilan ini harus kita sambut dengan kesiapan dan penuh tanggung jawab sebagai seorang mukmin dan seorang muslim yang baik. Adapun keempat panggilan itu adalah:
  1. Panggilan Harian. Yang dimaksud panggilan harian di sini adalah shalat lima waktu. Allah SWT memanggil kita untuk melaksanakan shalat lewat lidahnya para muazzin. Shalat 5 waktu adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar bagi seorang muslim. Ia mertupakan salah satu dari rukun Islam. Ia adalah tiang agama. Bahkan kita diingatkan oleh Rasulullah SAW," Shalat itu adalah tiang agama, barangsiapa yang mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama. Dan barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh ia telah meruntuhkan agama." Begitu pentingnya mendirikan shalat lima waktu sampai-sampai Rasulullah SAW menjadikannya sebagai pembeda antara seorang mukmin dengan seorang kafir. Tidak hanya melaksanakannya, shalat fardhu pun hendaknya dilakukan di awal waktu dan lebih utama lagi kalau dilaksanakan dengan cara berjama'ah. Ia akan mengangkat derajat shalatnya menjadi lebih utama daripada shalat sendirian 1:27 derajat. Subhanallah.
  2. Panggilan Mingguan. Ini terutama bagi laki-laki muslim. Panggilan ini adalah Shalat Jum'at. Dalam Surah Al-Jumu'ah ayat 9 Allah SWT memerintahkan kita untuk meninggalkan setiap aktifitas keduniaan guna untuk menyambut panggilan shalat Jum'at. Jum'at bahkan disebut sebagai Sayyidul ayyam (Pemimpinnya hari-hari). Hal ini karena hari jum'at adalah hari yang penuh dengan keutamaan yang lebih dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Bagi mereka yang datang untuk melaksanakan shalat Jum'at pun ada tawaran kutamaan bagi mereka. Ada tingkatan pahala yang lebih besar bagi siapapun yang datang untuk melaksanakan shalat Jum'at lebih awal.
  3. Panggilan Tahunan. Setiap tahun Allah SWT memanggil setiap orang yang beriman untuk melaksanakan puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan mempunyai keutamaan yang besar dan banyak. ia adalah bulan yang penuh berkah. Bahkan dikatakan bahwa 10 hari pertama adalah fase rahmat, 10 hari kedua adalah fase ampunan dan 10 hari ketiga adalah fase pembebasan dari api neraka. Melaksanakan amalah sunnah di hari-hari Ramadhan sama dengan melaksanakan amalan wajib di luar Ramadhan dan melaksanakan satu amalan wajib di bulan ini setara dengan melaksanakan 70 kali kewajiban di bulan yang lain. Dan keutamaan Ramadhan ini hampir-hampir tidak ada orang yang tahu sebesar apa keutamaannya. Hanya Allah yang lebih tahu seberapa besar pahala amalan di bulan ini karena Allah berfirman bahwa Puasa itu untukNya dan Dialah yang tahu besar pahalanya.
  4. Panggilan Terakhir. Inilah pintu yang akan dan harus dimasuki setiap manusia. Ia adalah pintu kematian. Kita semua akan dipanggil oleh Allah untuk menghadap keharibaan-Nya untuk mempertanggungjawabkan setiap amal yang sudah kita lakukan selama hidup di dunia. Kecil besarnya amal, baik buruknya perilaku kita di dunia ini harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Oleh karenanya, selama kita hidup di dunia harus bena-benar sadar betapa hidup kita ini hanya sebentar, hanya selintasan orang menyebrang di jalanan. Maka jangan sia-siakan waktu yang kita miliki ini untuk sesuatu yang membuat murka Allah. Mari kita kembali untuk berlomba mengisi waktu yang sedikit ini untuk amal-amal yang disukai Allah demi meraih keridhaan-Nya. Melangkahlah dengan kesadaran penuh untuk memilah mana amal yang harus kita lakukan dan mana yang tidak boleh kita lakukan. Karena kita tidak pernah tahu kapan kita akan dipanggil olehnya. Kematian adalah misteri Allah SWT yang tidak ada satupun yang mengetahui kapan ia akan datang.
So, marilah kita sambut dan laksanakan panggilan ini dengan sepenuh hati. Semoga kita jadi hamba-Nya yang senantiasa istiqomah di jalan yang diridhoi-Nya. Amiin..

Wallahu a'lam..

Kamis, 19 Juli 2012

Jangan Remehkan Mereka

Kita tidak pernah bisa hidup sendiri. Setiap kita membutuhkan orang lain untuk membantu dalam kehidupannya sehari-hari, paling tidak untuk berbagi kisah, cerita atau bahkan beban hidup. Kadang kita memerlukan orang lain hanya untuk mendengar keluhan semata, itupun sudah cukup untuk melepas beban yang ada dipundak kita. Mereka orang-orang dekat yang ada di sekitar kita mempunyai peran yang begitu besar bagi hidup kita. Hanya saja seringkali kita tidak begitu peka dan merasa bahwa kehadiran mereka begitu berharga, tahu-tahu kita merasa begitu sangat kehilangan saat mereka tidak ada di samping kita.

Mulai sekarang cobalah resapi dan sadari dengan sepenuh hati akan kehadiran mereka.

Rabu, 18 Juli 2012

Bahagia Menyambut Ramadhan


Setiap kali Ramadhan datang hati ini terasa disiram air kehidupan yang sangat menyejukkan. Air yang menghidupkan jiwa. Air yang menentramkan hati. Air yang menghapuskan dosa. Tenaaaang rasanya jiwa ini. Bahagiaaa rasanya hati ini. Walau dosa memenuhi diri, ada harap besar bahwa Allah akan mengampuni. Ada asa yang tinggi kalau Dia akan memaklumi. Malu memang diri ini meminta ampunan saat noda terus dibuat dalam setiap jengkal kehidupan. Hanya saja janjinya kalau Ia akan mengampuni semua dosa menjadi energi yang luar biasa untuk terus memupuk asa dan harap untuk bisa bersih kembali.

Ah, mungkin bahasa ungkapan kebahagiaan ini terasa tidak indah sama sekali, akan tetapi indahnya kebahagiaan akan datangnya bulan penuh rahmat, ampunan dan keberkahan begitu indah terlukis di dalam hati ini. Semoga hamba yang lemah ini akan menjadi bagian dari orang-orang yang terselamatkan diri dan jiwanya dari panasnya apai neraka, baik neraka kehidupan di dunia maupun neraka akhirat nanti. Harap besar ini lahir dari keyakinan akan kebenaran sabda sang baginda Nabi Besar Muhammad SAW, bahwa,"Barangsiapa yang berbahagia dengan masuknya/datangnya bulan suci Ramadhan maka jasadnya haram disentuh oleh api neraka."

Selalu ada tekad yang kuat untuk bisa memperbaiki di bulan Ramadhan yang tiap tahun menyapa. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan. Bertekad untuk menjadi manusia yang lebih baik dan berkualitas ibadahnya. Bartekad untuk memperbanyak sedekah dan kebaikan kepada sesama. Bertekad untuk terlahir kembali menjadi manusia yang lebih baik. Semoga tekad ini akan betul-betul bisa saya laksanakan dengan konsisten sehingga Ramadhan tahun ini akan menjadi titik balik untuk menjadi manusia yang meraih kesuksesan besar baik dunia maupun untuk bekal di akhirat. 

Saya ingin kembali menikmati Ramadhan yang indah seperti saat-saat kecil di kampung dulu. Ingin selalu menamatkan Al-Quran minimal satu kali. Ingin rasanya berbuka dan sahur bersama keluarga. Sudah lama kebersamaan itu dinanti, keinginan tinggallah keinginan. Bertahun-tahun asa itu belum terwujud juga sampai saat ini. Hati saya menangis dikala saya tiap Maghrib harus berbuka di Musholla dekat rumah dan itu pun hanya minum dan makan semacam bakwan. Tidak ada makan besar sampai sahur menjelang. Sahur hanya makan sendiri nasi warteg yang saya beli agak jauh dari rumah. Seringkali saya harus makan berkuahkan air mata karena teringat akan keluarga nun jauh di sana. Saya harus menangis haru saat rasa kangen itu mendera dan mengoyak hati ini begitu dalam. 

Ya Allah.... Ya Allah... Engkau yang lebih tahu kapan keindahan itu datang. Saya yakin semua akan indah pada waktunya. Saya yakin pertolongan-Mu tidak akan salah waktu. Istiqomahkan hati saya ya Allah...

Buat Sahabat TRTS, Selamat Menunaikan Ibadah Shaum Ramadhan 1433 H...


Selasa, 17 Juli 2012

Bangun Kepercayaan Diri dan Keberanian

Setiap kita tentu ada kalanya semangat ada kalanya terpuruk dalam kelesuan. Dalam kondisi lesu dan lemah kita biasanya sangat memerlukan bantuan pihak lain untuk menjadi motivator buat diri kita. Tidak semua orang bisa membaca apa yang menjadi kebutuhan kita saat terpuruk. Banyak di antara teman atau saudara kita yang bukannya memberi semangat tapi justru malah menyalahkan atas apa yang telah kita lakukan. Tapi tidak sedikit juga orang-orang yang mampu membuat kita merasa begitu penting dan berdaya di hadapan mereka.

Ada dua hal yang biasanya menjadikan kita terpuruk. Pertama: rasa rendah diri yang berlebihan. Seringkali kita berlama-lama dalam kondisi seperti ini yang membuat kita lama dalam ketidakberdayaan. Sementara mereka yang hidupnya penuh semangat sudah melesat jauh meraih tujuan dan cita mereka. Dalam keadaan ini kita perlu mengingat betapa kehadiran kita di dunia ini bukanlah kebetulan. Kita terlahir sebagai masterpisece Tuhan yang luar biasa dan tidak ada duanya. Tidak ada satupun di dunia ini makhluk bahkan manusia yang sama persis seperti kita. Berarti adanya kita sengaja diciptakan Allah benar-benar karena diharapkan untuk memerankan satu peran yang tidak ada orang satupun di kolong langit ini yang bisa memainkan peran kita.

Rasa rendah diri juga kadang muncul karena ketidakmampuan kita dalam bidang tertentu yang membuat kita dikecilkan di bidang itu. Ini berarti kalau kita mau membangun kepercayaan diri bangunlah kemampuan kita dan talkukkan keadaan di sekitar kita. Paling tidak kalau kita tidak semampu orang yang expert di bidangnya, minimal kita tidak buta-buta amat tentang bidang itu. Kalaupun kita tetap tidak bisa, sadarilah bahwa kita juga punya kemampuan di bidang lain yang orang lain tidak bisa. Hidup adalah pembagian tugas dan peran untuk mengelola bumi Allah ini. Karena tugas kita adalah sebagai khalifah Allah di muka bumi ini yang harus tunduk pada aturan yang dibuat-Nya.

Kedua: Yang membuat kita tersuruk dalam ketidakberdayaan adalah rasa ketakutan yang berlebihan terhadap kehidupan yang belum tentu kebenarannya. Hal ini tentu sangat merugikan karena saat kita takut kita sebenarnya sedang membuang kemampuan yang kita miliki untuk sesuatu yang tidak beralasan. Kalau kita menyadari hidup ini tidak selamanya seperti yang kita alami saat ini. Boleh jadi hari ini kita terpuruk, esok dan masa yang akan datang justru kita bersinar, begitu pun sebaliknya. Yang terpenting bagaimana caranya kita bisa mempertahankan keadaan baik yang kita alami saat ini. Artinya, walaupun mungkin kita akan mengalami hal-hal yang tidak kita inginkan, tapi hal itu bisa kita atasi dengan memperbaiki sikap kita dalam menghadapinya. Dan kejayaan yang kita genggam bisa bertahan kalau kita bisa menjaga komunikasi dan sikap yang baik kepada orang-orang atau pihak-pihak yang ada di sekitar kita atau yang berhubungan dengan hidup kita. 

Semangat terus bro...:)

Meet & Greet bersama ARSYIL: Semangaaat!!!

Hari Minggu kemarin (15/7) adalah hari yang sangat berharga bagi saya. Sebuah hari yang memupuk inspirasi luar biasa dari seseorang yang lebih muda dari saya dari segi usia, tapi ia lebih segala-galanya dari apa yang saya capai sampai saat ini. Saya bertemu dengan seorang penulis dan juga aktor Andi Arsyil Rahman Putra (Arsyil) yang sampai saat ini sudah menghasilkan 3 buah buku yang sarat dengan motivasi hebat pada acara Meet & Greet di Toko Buku Gramedia Bintaro. Buku yang kemarin dibedah adalah buku ketiganya yang berjudul HOPE: Dream, Desire, Destiny yang menyajikan kisah-kisah nyata yang luar biasa dan memberi pelajaran hidup yang menginspirasi dan memotivasi. 


Saya kaget sekaligus kagum saat ia menceritakan pengalaman hidupnya sampai ia seperti sekarang ini dengan seabreg prestasi. Ia berhasil menyelesaikan S1-nya pada 3 jurusan berbeda di perguruan tinggi yang berbeda pula. Luar biasa. Saat ini ia pun sedang meniti pendidikan S2, padahal jadwal kegiatannya begitu padat. Bagaimana dengan saya yang tidak sesibuk dia? (Mestinya lebih hebat dari dia ya... hehe..). Ia bisa mencapai semua ini pada usianya yang saat ini baru 24 tahun. (Saya? Sudah 32 tahun. Apa yang sudah saya hasilkan?) 

Arsyil mengaku bahwa ia belajar menulis secara otodidak, karena ketika kecil waktu ia di SD sebenarnya ia tidak suka menulis bahkan pelajaran yang nilainya kurang bagus justru pelajaran bahasa. Tapi, dengan niat yang kuat setelah ia mengalami berbagai hinaan dan pengecilan dari orang-orang di sekitarnya ia kemudian bertekad untuk berbuat sesuatu saat titik balik itu muncul dalam dirinya. Dia berpikir, bahwa hidup kita ini paling cuma 50, 60, 70 tahun atau lebih sedikit dari itu, lantas kalau kita sudah mati apa yang bisa orang lain kenang dan manfaatkan dari kehadiran kita di dunia ini kalau bukan karya dan jasa? Pemikiran inilah yang melecut dia untuk menjadi manusia yang berdaya tinggi. Sampai-sampai ia targetkan dalam satu tahun paling tidak ia harus menulis satu buku. Woww...

Dia berpesan, lakukan saja segala sesuatu tanpa menilai. Lakukan yang terbaik. Dan untuk menulis, pemeran Furqon dalam Ketika Cinta Bertasbih ini berpesan,"mulai, mulai, dan mulai..." Menulis, menulis, dan menulis terus baik dikala semangat maupun ketika mood kita hilang, tentu dengan kadar yang berbeda, yang penting menulislah terus jangan pikir apakah tulisan kita mau diterbitkan atau tidak." Arsyil juga mengatakan bahwa semua kesuksesan berawal dari diri kita sendiri. Contohnya, Untuk menjadi penulis yang baik haruslah jadi pembaca yang baik. Untuk menjadi pembicara yang baik hendaklah kita jadi pendengar yang baik, untuk menjadi pemimpin yang baik kita harus pernah bisa menjadi bawahan yang baik, dan seterusnya.

Tentang hidup ia pun berpendapat bahwa apapun yang terjadi menimpa diri kita dalam hidup ini tergantung kita menyikapinya. Kalau kita menjadikan itu sebagai masalah ya jadilah ia seperti apa yang kita pikirkan. Kalau kita berpikir itu sebagai pembelajaran hidup jadilah kejadian itu sebagai pelajaran hidup yang baik. 

Satu jam rasanya tidak terasa. Sungguh sebuah pertemuan yang tidak membosankan. Mudah-mudahan suatu saat nanti bisa ketemu lagi dengan bahasan buku yang berbeda. Terima kasih Arsyil atas energi semangat yang telah ditularkan. Mantaaap. Luar biasa....

Kamis, 12 Juli 2012

Mengatasi Masalah Penugasan Guru

Hari ini pembagian tugas mengajar. Ada yang bisa menerima dengan baik karena memang sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya, ada juga yang tidak puas karena tidak sesuai dengan kompetensinya. Ada juga yang sesuai ijazahnya tapi takut tidak mampu untuk melaksanakan tugasnya. Belum lagi yang sedikit stres karena yang sebelumnya menjadi wali kelas tapi untuk tahun ini tidak. Ya begitulah kejadiannya. Memang benar yang difirmankan Allah dalam Al-Qur'an yang menyatakan bahwa,"Sesungguhnya manusia itu diciptakan berkeluh kesah; kalau ditimpa keburukan ia mengeluh, sementara kalau dia memperoleh kebaikan ia tidak mau berbagi." 

Apa sebenarnya yang perlu kita lakukan dalam menyikapi semua ini. Barangkali ada dua sisi yang bisa kita lihat: Yang pertama, dari sisi pembuat kebijakan, semestinya membuat kebijakan dengan pertimbangan yang rasional dan tidak jauh melenceng dari apa yang seharusnya. Kondisi real harus benar-benar jadi bahan pertimbangan, karena kalau tidak dampaknya akan lama. Kasihan anak-anak yang akan jadi korban. Yang kedua, dari sisi guru yang sudah terlanjur menerima kebijakan itu.Kalau kita masih bisa mengusulkan perubahan, it's oke kita usulkan bagaimana baiknya, tapi kalau memang sudah jadi keputusan yang tidak bisa diganggu gugat mungkin jalan terbaik adalah menerima dengan cara terus belajar, terutama tentang pelajaran baru yang harus disampaikan kepada anak-anak peserta didik. Jadikan tugas mengajar kepada peserta didik sebagai tugas belajar bagi kita sebagai pendidik.

Problem yang dihadapi di sekolah ini dan mungkin juga di sekolah-sekolah yang lain adalah gurunya banyak tapi kompetensinya tidak sebanyak yang dibutuhkan. Sehingga yang terjadi beberapa guru harus ditempatkan pada posisi yang tidak sesuai dengan kompetensinya atau bahkan yang tidak diminatinya. Bagi yang baru mengajar mungkin tidak terlalu masalah, karena biasanya yang penting ia masuk/ diterima di sebuah sekolah juga sudah alhamdulillah. Tapi kalau itu berlangsung lama, maka yang muncul adalah perasaan tidak dihargai dengan kemampuan yang ia miliki. Pilihannya terus mengajar dengan menggerutu atau pindah tempat mengajar.

Solusinya mungkin adalah sebuah sekolah hendaklah mulai mengiklankan tentang guru apa yang dibutuhkan di sekolah itu dengan kompetensi yang diurai secara detail, baik lewat pamflet-pamflet atau barangkali lewat sosial media yang saat ini sudah marak dan cenderung lebih mudah untuk digunakan sebagai sarana pengumuman, bisa lewat facebook, twitter, blog dan lain-lain.

Selamat mencoba..
Wallahu a'lam..

Rabu, 11 Juli 2012

Tulislah!!!

Saya ingin menulis apa yang ingin saya tulis karena menulis itu mencerdaskan. Menulis itu memberdayakan. Menulis itu menguatkan. Menulis itu memberdayakan. Menulis itu menghilangkan stress. Menulis itu menyembuhkan. Menulis itu menyehatkan. 

Saudaraku, menulislah!!! Gunakan waktu kita untuk sesuatu yang berguna. Gunakan waktu kita untuk sesuatu yang monumental. Menulis adalah salah satu cara untuk menjadikan ilmu kita bermanfaat sepanjang adanya dunia ini. Ia bisa bermanfaat walaupun kita sudah mati berkalang tanah. Jasad kita sudah hancur dimakan rayap. 

Bagi seorang guru, menulis bisa melahirkan murid-murid tanpa batas waktu. Ia akan melahirkan murid walaupun tidak berhadapan langsung dengan orangnya. Bagi seorang penguasa, menulis akan melahirkan ideologi kepemimpinan yang bisa dianut oleh pengikutnya sepanjang sejarah. Coba bayangkan betapa masifnya manfaat dari menulis. Memang berlaku juga sebaliknya. Kalau kita kurang hati-hati dan kita menulis sesuatu yang tidak benar, maka tulisan kita akan menjadi keyakinan sebagian orang yang membacanya dan ia akan tetap salah selama tidak ada yang mendeteksi tulisan kita dan meluruskannya. Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati dengan tulisan kita. Pastikan apa yang kita tulis adalah apa yang kita yakini benar. Kalaupun salah dan kita masih hidup, buatlah tulisan yang meralat tulisan terdahulu.

Jangan hanya beralasan untuk tidak melahirkan karya apapun. Karena curhatan kita, atau tulisan yang berupa pengalaman sehari-hari kita pun bisa jadi sangat bermanfaat untuk orang-orang yang hidup setelah kita. Kalau pengalaman itu kurang baik, maka akan jadi pelajaran agar orang tidak melakukan apa yang pernah kita lakukan. Sebaliknya kalau pengalaman kita baik dan bermanfaat, biarkan orang mengikuti jejak kita dan menjadikan apa yang sudah kita lakukan sebagai teladan yang bisa ditiru sebagai kebaikan. 

Maka, buatlah sejarah dengan menulis...

Selamat menulis Sahabat!!

Senin, 09 Juli 2012

Perlunya Variasi

Perlu ada variasi memang dalam segala sesuatu, karena kalau tidak kita akan cepat merasa bosan. Ini berlaku baik untuk pekerjaan maupun lainnya dalam kehidupan kita sehari-hari, di manapun kita berada. Ketika kita mendengar orang yang bicaranya diulang-ulang terus dengan perkataan yang sama mungkin kita akan muak dan kesal mendengarnya. Kalau kita makan setiap hari dengan menu yang sama, kitapun akan merasa bosan. Hidup akan terasa tidak menyenangkan kalau ianya tidak ada variasi dan sensasi baru.

Oleh karena itu, diperlukan kreativitas dalam menjalani semuanya. Buat perbedaan walaupun sedikit. Lebih dari itu, perubahan sebagai variasi dan dinamika diperlukan bukan saja agar kita tidak bosan, akan tetapi juga untuk mempertahankan eksistensi dan keberlangsungan hidup kita dalam bidang yang kita geluti. 

Coba perhatikan contoh yang lebih spesifik lagi!
  1. Seorang guru yang cara mengajarnya monoton pasti akan membuat murid-muridnya cepat bosan dan tidak berminat mengikuti pelajarannya. Oleh karenanya, guru harus kaya dengan metode, sehingga ia akan bisa menyesuaikan metode pembelajarannya dengan minat siswa.
  2. Seseorang yang menu makanannya sama terus dari hari ke hari, lambat laun ia akan kehilangan selera. Memang tidak perlu mahal tapi yang dibutuhkan adalah variasi, perubahan, dan sensasi.
  3. Dalam dunia mode kita perhatikan begitu cepatnya model-model pakaian berubah, ini tentu juga dalam rangka menghindari kebosanan.
  4. Seorang suami mungkin akan bosan terhadap istrinya yang tiap hari dandanannya monoton dan itu-itu saja, begitu juga sebaliknya. Maka untuk menjaga agar hubungan tetap harmonis, buatlah variasi-variasi dan sensasi yang disukai oleh pasangan baik dalam penampilan maupun dalam pelayanan. Sehingga setiap hari akan terasa sebagai hari yang baru dan menggairahkan.
Tahukah Anda, kenapa dinosaurus bisa musnah? Jawabannya, karena ia tidak mau mengikuti perubahan.


Minggu, 08 Juli 2012

Sekolah dan Pendidikan Kejujuran

Suatu hari ketika Umar bin Khattab berjalan keliling di wilayah kekuasaannya, beliau menemui seorang penggembala yang yang sedang menggembalakan kambingnya yang begitu banyak. Umar datang mendekati si anak penggembala ini seraya berkata,"Nak, bolehkah kalau saya membeli kambingmu, satuuu saja...". Si penggembala ini bilang,"Maaf tuan, ini bukan kambing saya, ini adalah kambing-kambing milik majikan saya." Umar berusaha membujuk penggembala ini," Kan kambingnya banyak sekali, kalaupun dijual satu saja majikanmu tidak akan mengetahuinya, nanti uangnya buat kamu saja."  Apa yang dikatakan si penggembala tersebut setelah Umar mengatakan semacam itu? Dia mengatakan dengan tegas,"Wahai Tuan, memang majikan saya tidak akan tahu kalau kambingnya ada yang dijual karena saking banyaknya kambing kepunyaannya. Tapi, tahukah Tuan, di atas sana ada Dzat Yang Mengetahui segalanya, yaitu Allah SWT."

Umar tersenyum mendengar jawaban yang diberikan oleh si penggembala tersebut. Umar senang mendengarnya. Karena apa yang beliau lakukan hanyalah menguji, beliau mua tahu sampai sejauh mana keimanan penggembala ini? Ternyata sungguh luar biasa. Ini membuktikan kalau keimanan dan kemuliaan seseorang itu tidak tergantung status sosialnya apa. Walaupun pekerjaannya seseorang dianggap rendah oleh sebagian orang, tapi kalau orang itu beriman dan bertaqwa boleh jadi ia akan lebih mulia dibanding orang yang mempunyai jabatan tinggi.

Nah, bagaimana konteksnya dengan saat ini? Masih adakah kejujuran di zaman yang sudah sebegini semrawutnya. Tentu, pernyataan ini agak sedikit lebay, tapi memang kalau lihat kondisi sekarang kadang muncul sikap pesimistis, dimana kejujuran sudah diperjualbelikan. Kejujuran sudah diabaikan. Kita memang prihatin dengan prilaku ketidakjujuran dan korup sebagian pejabat kita, tapi rasanya lebih miris lagi kalau ternyata kejujuran sudah dengan entengnya diabaikan oleh orang-orang atau pihak yang seharusnya mengawal kejujuran ini, seperti pihak sekolah, dinas pendidikan atau bahkan departemen agama. Astagfirullah...

Sahabat, kita sungguh sangat tahu, kalau sekolah punya peran sebagai garda terdepan dalam membentuk karakter anak-anak kita. Ia mengarahkan anak-anak agar menjadi manusia yang memegang teguh nilai-nilai kebaikan dan kejujuran. Mereka diharapkan bisa menggantikan generasi yang korup saat ini. Tapi keinginan itu seolah menjadi jauh panggang dari api ketika melihat kenyataan yang terjadi. Saya mendengar banyak anak yang punya kemampuan rendah di beberapa sekolah tapi kemudian nilai ujian nasionalnya di"mark up" menjadi nilai yang secara realitas sangat jauh dari gambaran kemampuannya sehari-hari. Nah lho, konon katanya ada bayaran-bayaran tertentu yang bisa menjadikan dia seperti itu. Saya sedih dengar semua ini. Buat apa mereka sekolah kalau ujung-ujungnya hanya untuk tidak jujur dan membohongi diri mereka sendiri. Kemana guru-guru yang katanya pengawal generasi bangsa ini. Sudah sebegitu bejadkah mereka? Tentu sebagiannya masih ada juga yang jujur ya... mudah-mudahan.

Belum lagi habis memikirkan kecurangan dalam ujian nasional dan mark up nilai, saya sudah dikejutkan kembali dengan sogok menyogok dalam rangka masuk sebuah sekolah. Allahu Akbar!!! Fenomena gila apalagi ini? Masak iya, mau masuk ke sebuah SMA negeri harus nyogok 9 juta. Gilaaa... sungguh-sungguh super gila... Mau dibawa kemana pendidikan di negeri ini? Mau dibawa kemana anak-anak kita ini? Apakah sekolah-sekolah kita akan dijadikan sekolah teladan dalam membentuk koruptor-koruptor ulung??? Perasaan saya sebagai pendidik rasanya hancur mendengar semua ini yang konon sudah jadi rahasia umum ini. 

Semoga masih ada celah bagi orang-orang yang jujur untuk memperbaiki dunia pendidikan di negeri kita tercinta ini. 

Wallahu a'lam...

Rabu, 04 Juli 2012

Perhatian kepada Keluarga

1. Definisi

Pada judul di atas ada dua kata kunci yang menjadi fokus, yaitu kata "perhatian" dan kata "keluarga".  Dalam www.artikata.com perhatian diartikan dengan 1. hal memperhatikan; apa yg diperhatikan; minat; dengan visualisasi sebagaimana tergambar di bawah ini:
Dalam wikipedia.org perhatian disamakan dengan atensi dengan pengertian sebagai berikut: "Atensi atau perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. 

Saya sendiri mencoba membuat definisi sendiri tentang "perhatian". Menurut saya perhatian berasal dari kata dasar "hati" yang diberi awalan per- dan -an. Merujuk ke asal katanya kata perhatian bisa diartikan kecenderungan hati yang begitu besar terhadap sesuatu baik itu benda hidup atau benda mati sehingga dia yang memberi perhatian akan mengerahkan apapun dari potensi dirinya untuk sesuatu yang ia perhatikan. 

Sedangkan arti kata "keluarga" adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dari dua pengertian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa perhatian kepada keluarga berarti memberikan kecenderungan hati kepada orang-orang yang mempunyai hubungan darah dan perkawinan dengan memberikan haknya yang pantas mereka terima.

2. Pentingnya perhatian

Dalam sebuah keluarga rasa kasih sayang dan perhatian merupakan hal yang sangat penting. Dimana dengan perhatian suatu kelaurga akan tercipta keharmonisan. Kita sudah sering disuguhkan dengan figur keluarga yang kalau dilihat sekilas mereka sangat berkecukupan dan menurut subjektifitas kita semestinya mereka bahagia dengan kondisi itu. Tapi yang terjadi seringkali sebaliknya, keluarga mereka justru dirundung kecekcokan dan ketidakharmonisan.  

Pertanyaannya: Apa sebenarnya yang kurang dari mereka? Ya, betul. Hal itu terjadi karena satu sama lain kurang perhatian dan cenderung cuek. Masing-masing mereka atau salah satu dari mereka cenderung mengabaikan rasa ingin diperhatikan dari anggota keluarga lainnya. Dalam menakar kebahagiaan keluarga, materi memang sesuatu yang penting dan tidak bisa diabaikan, akan tetapi tanpa perhatian yang keluar dari hati terdalam maka kebahagiaan dan keharmonisan keluarga akan cenderung menjauh. Keluarga akan diisi dengan kecekcokan yang awalnya kecil, lama kelamaan kalau itu terakumulasi maka akan melahirkan sesuatu yang fatal dan tidak sederhana lagi. 

Coba perhatikan dan renungkan keadaan yang sering kita jumpai sehari-hari. Saat ini banyak terjadi sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan  anak, dimana ayahnya kerja, pagi-pagi buta sudah berangkat. Begitu juga dengan ibunya seorang wanita karir yang pagi-pagi berangkat juga. Jadilah sebuah keluarga yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Kondisi seperti ini kalau tidak dimanage dengan baik akan menimbulkan keluarga yang saling tidak memperhatikan. Ayah sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat memperhatikan istri dan anaknya. Ibu juga sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat lagi memperhatikan suami dan anaknya. Nah, kalau dua figur sentral dalam keluarga sudah saling cuek maka pasti akan terjadi ketidakberesan. Anak yang sudah merasa tidak mendapat perhatian dari kedua orangtuanya sangat mungkin akan menjadi anak yang mencari perhatian di tempat lain. Mungkin dari temannya atau yang lebih parah lagi dari orang yang tidak tepat yang pada akhirnya akan menjerumuskannya pada sesuatu yang membahayakan dirinya, mungkin ia akan mencari pelarian ke narkoba, minuman keras atau pergaulan bebas.

Sebaliknya seorang anak yang mendapat perhatian besar dari kedua orangtuanya, ia akan mempunyai motivasi yang besar dalam menjalani hari-harinya, baik dalam belajar maupun dalam menjalani kesehariannya dengan penuh percaya diri. Dan memang sudah terbukti dalam penelitian para ahli bahwa mereka, anak-anak yang mendapat perhatian yang baik dari orangtuanya cenderung menunjukkan prestasi yang luar biasa. Diantara yang melakukan penelitian ini adalah Bernie Siegel (Lihat buku Setengah Isi Setengah Kosong, karya Parlindungan Marpaung).

3. Anggapan yang Salah 
Sementara ini banyak orangtua yang mempunyai anggapan yang salah. Mereka mengira bahwa mereka cukup bekarja dan menghasilkan uang yang banyak kemudian mereka bisa memberikan apapun yang anaknya mau. Mereka lupa kalau mereka sebenarnya tidak bisa membayar atau mengganti perhatian mereka dengan materi yang berlimpah atau uang yang banyak. Anak-anak sangat membutuhkan perhatian orangtua mereka yang menjadikan mereka merasa mempunyai orangtua dan ada orang yang bisa mereka ajak bicara, yang mereka ajak curhat atau sekedar tumpuan dari beban hidup yang mereka pikul.

Sebagai orangtua mari kita menjadi orangtua yang mempunyai perhatian kepada anak dan keluarga kita, sesibuk apapun kita. Tanyakan kepada keluarga kita apakah mereka sudah makan? Apakah mereka perlu mengganti bajunya yang sudah tidak baru lagi? Ucapkan kata-kata yang menyemangati mereka. Atau tanpa kata-kata pun cukup dengan memberikan pelukan yang penuh kehangatan dan kasih sayang maka itu akan sangat lebih dari cukup dibandingkan dengan beribu kata.

Berikan perhatian dengan sepenuh hati, dan perhatikan keajaiban yang akan terjadi. Dahsyaaat..... Insya Allah.


Rabu, 27 Juni 2012

Pesan dari Film "Di Timur Matahari"

Awalnya saya tidak begitu paham kemana alur film "Di Timur Matahari" produksi Alenia mengarah. Diawali dengan lagu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang dinyanyikan oleh putra-putra Papua saya mengira kalau film ini akan bercerita tentang perjuangan seorang guru. Tapi ternyata, setelah adegan demi adegan ditayangkan saya baru mulai paham apa sesungguhnya maksud dari film ini.

Setiap orang pasti punya penilaian tersendiri tentang pesan apa yang disampaikan oleh sebuah film atau tayangan. Masing-masing punya penekanan tersendiri. Bagi saya film "Di Timur Matahari" ini paling tidak membawa misi utama yang berupa ajakan untuk berdamai, terutama bagi pihak-pihak yang sedang bertikai  di Papua sana. 

Dalam pandangan saya film ini membawa beberapa pesan lain selain yang di atas:
  1. Film ini mengkritisi tentang jomplangnya jumlah guru yang ada di wilayah lain terutama di pulau Jawa dengan yang terjadi di Papua. Kalau di pulau Jawa kita sama-sama maklum kalau di pulau kecil nan padat ini sarjana-sarjana nganggur bertebaran di mana-mana. Mereka tidak punya pekerjaan karena saking banyaknya calon-calon guru yang tidak tertampung. Sementara di Papua sana justru kekurangan guru. Hal ini digambarkan secara apik di film ini dengan gambaran satu sekolah punya satu orang guru yang tidak datang-datang karena alasan tertentu, sehingga yang dilakukan anak-anak adalah bermain bola di dalam kelas.
  2. Di film ini tergambar kesenjangan ekonomi yang sangat jauh kalau dibandingkan dengan masyarakat di daerah lain. Di satu sisi penghasilan harian mereka begitu kecil, sementara harga-harga lebih mahal dibandingkan dengan harga barang di daerah lainnya. 
  3. Mereka yang pendidikannya rendah di Papua sana dijadikan alat pemerasan dan dibohongi oleh mereka yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan lebih banyak.
  4. Pesan perdamaian tergambar jelas ketika Sang Pendeta (Lukman Sardi) berpesan: Pakai baju (lengkap) atau tidak (pakai koteka dll.) itu belum menggambarkan kita primitif atau tidak primitif. Tapi kalau kita saling berperang dan bertikai itu jelas cara-cara primitif.
  5. Film ini juga berpesan bahwa memaafkan itu lebih baik daripada bertikai yang tidak akan menguntungkan baik bagi pihak yang "menang" ataupun "kalah". Seperti pribahasa "Menang jadi arang, kalah jadi abu".
  6. Pada tayangan terakhir sebelum film ini selesai ada tanyangn yang membawa pesan kuat. Digambarkan ada seorang anak kecil tak berbaju denga ingus di hidungnya yang mengambil bendera merah putih kecil sambil dikibas-kibaskan. Tentu pesannya adalah: Siapapun kita, mari saling bermaafan, lupakan konflik-konflik yang ada dan tetaplah saling bergandengan tangan dan bersatu di bawah panji Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Memang ada sebagian orang yang mengatakan kalau film ini membawa misi kristenisasi, karena di dalamnya banyak disampaikan pesan-pesan dari Injil. Tapi, ini memang tergantung kita menginterpretasikan apa yang ada dalam film tersebut. Bagi saya, mungkin bisa dibilang wajar karena pengambilan filmnya memang di daerah yang notabene mayoritas kristiani. Bagi kita yang bisa memilah tentu akan dapat mengambil manfaat yang semestinya dibanding hanya meributkan masalah ini. Hanya saja bagi orang tua tentu bisa memberi penjelasan apa yang boleh diambil pelajaran dari film tersebut dan sisi mana yang tidak boleh diikuti.
Wallahu a'lam....

Kamis, 21 Juni 2012

"Smart" dalam Menyikapi Kegagalan

Hidup ini selalu menawarkan dua sisi yang berlawanan, susah-mudah, besar-kecil, atas-bawah, menang-kalah, sukses-gagal dan sebagainya. Di dalam melakukan sesuatu dimana kita dituntut untuk meraih prestasi yang baik kadang kita tidak siap untuk menghadapi situasi yang dalam pandangan kita merupakan situasi terburuk. Kita siap sukses tapi tidak pernah siap untuk gagal. Kita siap untung, tapi tidak siap rugi. Padahal keduanya merupakan paket yang tak terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang. Bob Sadino pernah mengatakan,"Kalau kita mau usaha, kita harus siap rugi." Ini memberi pesan yang bisa diterapkan tidak hanya di dunia usaha semata, tapi juga dalam setiap bidang kehidupan.

Tak terkecuali dalam dunia pendidikan, hal ini pun sering terjadi. Seorang anak yang kurang dalam beberapa hal, kemudian hasil belajarnya kurang dari standar di akhir tahun pelajaran, maka ia kemungkinan besar akan dinyatakan tidak naik kelas. Kalau ini yang terjadi maka kemungkinannya beragam, terutama tanggapan orangtua atas "kegagalan" anaknya untuk bisa naik kelas. Ada yang legowo, menerima semuanya sebagai sesuatu yang biasa. Ada yang menjadikannya sebagai cambuk untuk lebih memperhatikan anaknya lebih baik. Ada menerima dengan menyalahkan banyak pihak di sekolah. Ada juga yang tidak terima kemudian marah-marah, dan lain sebagainya. Pokoknya macam-macam deh... Tapi, kadang lucu juga kalau selama ini orang tuanya tidak pernah memperhatikan belajar anaknya, tiba-tiba ketika anaknya tidak naik kelas ia marah habis-habisan kepada pihak sekolah seolah-olah ia tidak salah.

Terus, bagaimana seharusnya menyikapi "kegagalan" anak-anak kita ini? Paling tidak ada beberapa hal yang harus diingat dan diperhatikan.
Pertama: Jangan berasumsi yang berlebihan (Don't be lebay). Orang tua yang mengatasnamakan kasih sayang kepada anaknya biasanya akan membela anaknya mati-matian agar tetap naik kelas. Bahkan cenderung berasumsi yang berlebihan. Mereka akan mengatakan kalau anaknya tidak dinaikkan takutnya frustasi, tidak mau sekolah, bahkan nanti akan terpuruk. Jangan lebay dech!!! Itu kan asumsi kita. Justru sebenarnya di sinilah peran orang tua dituntut. Jadilah orang tua yang bisa mendampingi anak baik dalam suka maupun duka. Jadilah motivator bagi mereka. Jadilah orang tua yang bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi mereka dalam kondisi terburuk sekalipun. Inilah saatnya mengajarkan tentang ketegaran dan ketabahan kepada anak. Ajarkan mereka tanggung jawab atas konsekuensi apapun yang harus mereka terima dari sikapnya dalam mengikuti pembelajaran selama ini.

Kedua: Ajarakan tanggung jawab kepada anak.  Banyak dari orang tua yang saya temui yang anaknya tidak naik kelas ternyata lebih banyak menyalahkan ini dan itu. Ada yang menyalahkan pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, wali kelas, guru-guru bahkan sistem pembelajaran. Kalau yang datang ke sekolah bapaknya si anak, ia cenderung menyalahkan isterinya, begitu pun sebaliknya. Mereka seolah tidak mau menjadi pihak yang dipersalahkan dalam hal ini. Ibarat peribahasa, lempar batu sembunyi tangan. Seperti yang saya katakan di poin pertama, semestinya orang tua mengajarkan anak tentang perlunya keberanian tanggung jawab atas apapun yang sudah kita lakukan. Dengan tidak adanya penerimaan dari orang tua membuktikan kualitas kedewasaan mereka masih dipertanyakan. Orang dewasa adalah orang yang berani berbuat berani bertanggung jawab. Kemana orang tua selama ini? Sudahkah mereka melakukan fungsinya sebagai orang tua dengan benar? Jangan sampai selama ini cuek akan perkembangan anak, tapi ketika anak dinyatakan tidak naik baru naik pitam dan menyalahkan ini dan itu dan mengaku-ngaku kalau selama ini sudah maksimal mengajari mereka.

Ketiga: Beri pemahaman bahwa "kegagalan" bukanlah akhir dari segalanya. Orang-orang yang bisa menyikapi kegagalan dengan baik justru akan menjadi orang yang lebih kuat dan bisa menjalani hidup ini dengan lebih baik dan sukses. Kegagalan sebenarnya memberi kita bayak pelajaran berharga, diantaranya:
  1. Kegagalan mengajarkan kita tentang mana cara yang tidak cocok dan mana cara yang cocok dalam melakukan suatu pekerjaan, termasuk di dalamnya cara belajar yang baik dan efektif.
  2. Kegagalan melatih kesabaran. Kita harus menyadari dengan sepenuh hati kalau hidup ini tidak selalu mulus, pasti banyak onak dan duri yang senantiasa menghadang kita. Kegagalan termasuk masalah hidup yang seringkali harus kita hadapi. Andai mau terhindar dari masalah sebaiknya Anda jangan hidup saja sekalian. Selama mau memilih hidup terimalah segala konsekuensinya. Bersabarlah dalam menghadapinya.
  3. Kegagalan merupakan sumber kreatifitas. Bagi yang mampu menyikapi kegagalan dengan smart, kegagalan adalah cara memacu dan memicu otak agar mencari jalan yang lebih kreatif dari apa yang sudah dilakukan selama ini. 
  4. Kegagalan akan mengoptimalkan potensi kita. Tantangan termasuk di dalamnya kegagalan akan memunculkan keratifitas yang akan mengoptimalkan potensi yang kita miliki. 
  5. Kegagalan akan memberikan kita latihan agar kita lebih kuat.
Saya hanya ingin berpesan kepada para orang tua dan siapapun yang anaknya "gagal" saat ini karena tidak bisa naik kelas karena alasan-alasan tertentu, janganlah berputus asa. Terimalah hal ini dengan baik. tetaplah berharap dan berjuang agar di masa berikutnya anak-anak kita akan menjadi lebih baik lagi. Amiiin...:)