Sabtu, 18 Agustus 2012

Renungan Akhir Ramadhan

Setiap Ramadhan akan berakhir ada perasaan tak menentu. Sedih, sudah tentu. Betapa tidak, Ramadhan yang penuh dengan rahmat, ampunan dan janji pahala yang besar akan segera meninggalkan kita. Bulan mulia yang di dalamnya ada malam yang lebih utama dari seribu bulan.

Ada tugas berat yang menanti setelah hari ini. Selama sebulan Allah SWT menyaksikan kita bangun di penghujung malam, beristighfar mohon ampunan-Nya. Alangkah ruginya kalau setelah Ramadhan lewat kita melewatkan dini hari yang penuh ampunan, bahkan kita lewati waktu Subuh seperti bangkai yang tak bergerak. Selama sebulan kita hiasi lidah kita dengan doa, zikir dan bacaan ayat suci Al-Quran. Celakalah kalau setelah ini dengan lidah yang sama kita gunakan untuk menggunjing, memfitnah dan membuka aib orang lain. 

Kalau selama bulan suci ini kita jaga perut kita agar tidak dimasuki makanan dan minuman halal di siang hari, maka alangkah naifnya kalau setelah bulan ini kita menjejali perut kita dengan makanan dan minuman yang haram. Allah SWT menguji kita apakah kita termasuk orang yang dikatakan Allah sebagai man tazakka wadzakarasma rabbihi fasholla, ataukah kita termasuk yang tu'tsiruunal hayaatad dunya. Apakah kita termasuk orang yang mensucikan diri, berzikir dan shalat, ataukah kita termasuk orang yang mencintai dan memprioritaskan dunia. 

Ketika kita memasuki Ramadhan kita bangun taman indah dalam diri dan hati kita. Kita hiasi diri dengan peningkatan iman, kualitas ketakwaan yang ciamik yang dirajut dengan amal-amal shalih yang jempolan. Tugas kita adalah mempertahankan keindahan taman surgawi ini di sepanjang tahun setelah Ramadhan lewat. Jangan sampai ianya menjadi onggokan sampah hitam yang berbau. Walladzii akhrojal mar'aa, faja'alahu gutsaan ahwa. Jangan sampai al-mar'aa (rerumputan nan hijau) menjadi gutsaan ahwa (sampah nan hitam). Bahkan Allah SWT mengingatkan kita: Dan janganlah kalian seperti wanita pemintal benang, yang setelah benang itu dipintal dengan kuat kemudian ia cerai beraikan lagi... Maka, amal-amal shalih yang sudah kita biasakan di bulan Ramadhan (yang masih bisa kita lanjutkan) kita pertahankan dan terus lakukan. Kita terus baca Al-Qur'an, kita tetap bersedekah, kita tetap menahan lidah dari mencaci maki, memfitnah, menggunjing dll, kita tetap jaga tangan, kaki, hati dan badan kita dari perbuatan-perbuatan maksiat dan kezaliman. Karena inilah nanti yang akan membuktikan puasa kita diterima atau tidak. Puasa kita baik atau tidak.

Rasulullah SAW pernah memperingatkan, bahwa ada dua macam orang yang berpuasa: Ada yang mendapatkan ampunan Allah SWT dan ada yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Alangkah sedikitnya orang yang shaum dan alangkah banyaknya orang yang mendapatkan lapar dan dahaga. Nah, pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang shaum yang akan dapat ampunan Allah ataukah kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja.

Jawabannya akan kita buktikan pasca Ramadhan. Kalau kita mampu menjaga diri dari kemaksiatan, mampu menjaga lidah dari cacian dan umpatan, mampu menjaga perut dari makanan dan minuman haram, dan kepedulian kita tetap ada bahkan meningkat kepada fuqaraa dan masakin maka insya Allah kita tergolong orang yang shaum. Akan tetapi sebaliknya kalau lidah ini kita kembali gunakan untuk menyakiti orang, perut ini kita jejali dengan makanan dan minuman haram, tangan ini kita lumuri dengan dosa, kemaksiatan, kezaliman, perampokan dan perampasan akan hak-hak orang lain, maka mungkin kita hanyalah orang yang masuk kategori al-jawwaa', orang yang hanya bisa menahan lapar semata, tidak lebih dari itu.

Maka, marilah kita jaga konsistensi dan keistiqomahan ibadah dan amal shaleh kita di bulan suci ini juga untuk mewarnai hari-hari kita di sebelas bulan berikutnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang puasanya diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan pahala yang dijanjikan-Nya. Amiin yaa rabbal 'aalamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar