Minggu, 26 Agustus 2012

Semua Berawal dari Niat

Bukan tanpa alasan kalau para ulama ahli hadits rata-rata selalu menjadikan hadits tentang niat di posisi pertama dalam penulisan urutan hadits. Hal ini dikarenakan "niat" mempunyai peran penting dalam kehidupan kita sebagai manusia. Bukan hanya dalam urusan ibadah semata, tapi lebih dari itu juga dalam setiap aspek kehidupan kita. Niat menempati posisi penting dalam capaian kesuksesan kita dalam setiap hal. Nah, kalau demikian pentingnya niat itu, tentu kita harus tahu apa sih sesungguhnya yang disebut niat itu, baik dalam terminologi para ulama maupun dalam pemahaman orang pada umumnya.

Menurut para ulama, niat adalah Qashdusy syai'i muqtaronan bifi'lihi (menyengaja melakukan sesuatu [pekerjaan] dibarengi dengan melakukan pekerjaan tersebut). Dulu, saya memahami definisi niat ini biasa saja, tidak ada yang aneh ataupun yang membuat saya punya motivasi tertentu dalam membacanya. Tapi, setelah saya banyak membaca buku-buku tentang hidup dan motivasi kehidupan, kok saya memahami pemaknaan ini begitu bertenaga dan penuh motivasi dan arti buat mencapai raihan kesuksesan dalam kehidupan ini. Coba kita lihat dan pahami dengan cermat! 
  • Kata  Qashdusy syai'i (menyengaja melakukan sesuatu [pekerjaan]...) mempunyai makna kesungguhan hati. Ini artinya, niat sejatinya merupakan motif atau spirit kita dalam melakukan suatu pekerjaan. Sesuatu yang kita kerjakan hendaknya mempunyai motivasi dan spirit yang berawal dari kesungguhan hati. Kenapa demikian? Karena apa yang kita lakukan sesungguhnya mengandung do'a dan keyakinan. Sebuah do'a tidak akan terkabul atau terwujud kalau berasal dari hati yang tidak sungguh-sungguh, demikian menurut hadits Nabi SAW. Demikian juga suatu pekerjaan yang tidak dilandasi keyakinan yang kuat tidak akan bisa mencapai kesuksesan yang paripurna. Dan harus diingat bahwa keyakinan dan do'a kita sangat berhubungan dengan prasangka kita kepada Allah SWT, semakin kuat niat kita semakin baik prasangka kita kepada Allah SWT. Sementara, kita semua tahu bagaimana Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsinya: "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku." Kalau prasangka kita baik kepada Allah, maka hasilnya pun akan baik, sebaliknya kalau prasangka kita buruk sama Allah maka hasil dari pekerjaan kita juga akan buruk.
  • Berikutnya adalah kata muqtaronan bifi'lihi (...dibarengi dengan melakukan pekerjaan tersebut), ini bermakna action. Artinya seseorang tidak akan bisa meraih kesuksesan yang diimpikannya kalau semuanya hanya sebatas impian yang tidak diwujudkan dalam action. Orang yang tidak berani action sama saja dengan orang yang mimpi di siang bolong. Maka niat, motif dan spirit tidak pernah bisa terlepas dari aksi atau pekerjaan yang kita lakukan dalam dunia nyata. Ini pula yang membedakan pemahaman para cerdik cendikia antara apa yang disebut dengan niat dan azam. Kalau niat pemahamannya seperti dijelaskan di atas, maka azam adalah keinginan yang baru hanya sebatas impian yang belum diwujudkan dalam aksi.
Melihat penjelasan di atas, kita menjadi tahu betapa besar peran niat dalam mengawal kita dalam meraih kesuksesan yang kita idam-idamkan. Maka, wajar kalau ada sebagian orang yang juga mengartikan niat dengan arti tujuan. Karena tanpa tujuan yang jelas kita tidak akan bisa mencapai apapun dalam hidup ini. Maka saya pikir pemahaman ini juga benar adanya. 

Wallahu a'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar