Rabu, 27 Juni 2012

Pesan dari Film "Di Timur Matahari"

Awalnya saya tidak begitu paham kemana alur film "Di Timur Matahari" produksi Alenia mengarah. Diawali dengan lagu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang dinyanyikan oleh putra-putra Papua saya mengira kalau film ini akan bercerita tentang perjuangan seorang guru. Tapi ternyata, setelah adegan demi adegan ditayangkan saya baru mulai paham apa sesungguhnya maksud dari film ini.

Setiap orang pasti punya penilaian tersendiri tentang pesan apa yang disampaikan oleh sebuah film atau tayangan. Masing-masing punya penekanan tersendiri. Bagi saya film "Di Timur Matahari" ini paling tidak membawa misi utama yang berupa ajakan untuk berdamai, terutama bagi pihak-pihak yang sedang bertikai  di Papua sana. 

Dalam pandangan saya film ini membawa beberapa pesan lain selain yang di atas:
  1. Film ini mengkritisi tentang jomplangnya jumlah guru yang ada di wilayah lain terutama di pulau Jawa dengan yang terjadi di Papua. Kalau di pulau Jawa kita sama-sama maklum kalau di pulau kecil nan padat ini sarjana-sarjana nganggur bertebaran di mana-mana. Mereka tidak punya pekerjaan karena saking banyaknya calon-calon guru yang tidak tertampung. Sementara di Papua sana justru kekurangan guru. Hal ini digambarkan secara apik di film ini dengan gambaran satu sekolah punya satu orang guru yang tidak datang-datang karena alasan tertentu, sehingga yang dilakukan anak-anak adalah bermain bola di dalam kelas.
  2. Di film ini tergambar kesenjangan ekonomi yang sangat jauh kalau dibandingkan dengan masyarakat di daerah lain. Di satu sisi penghasilan harian mereka begitu kecil, sementara harga-harga lebih mahal dibandingkan dengan harga barang di daerah lainnya. 
  3. Mereka yang pendidikannya rendah di Papua sana dijadikan alat pemerasan dan dibohongi oleh mereka yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan lebih banyak.
  4. Pesan perdamaian tergambar jelas ketika Sang Pendeta (Lukman Sardi) berpesan: Pakai baju (lengkap) atau tidak (pakai koteka dll.) itu belum menggambarkan kita primitif atau tidak primitif. Tapi kalau kita saling berperang dan bertikai itu jelas cara-cara primitif.
  5. Film ini juga berpesan bahwa memaafkan itu lebih baik daripada bertikai yang tidak akan menguntungkan baik bagi pihak yang "menang" ataupun "kalah". Seperti pribahasa "Menang jadi arang, kalah jadi abu".
  6. Pada tayangan terakhir sebelum film ini selesai ada tanyangn yang membawa pesan kuat. Digambarkan ada seorang anak kecil tak berbaju denga ingus di hidungnya yang mengambil bendera merah putih kecil sambil dikibas-kibaskan. Tentu pesannya adalah: Siapapun kita, mari saling bermaafan, lupakan konflik-konflik yang ada dan tetaplah saling bergandengan tangan dan bersatu di bawah panji Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Memang ada sebagian orang yang mengatakan kalau film ini membawa misi kristenisasi, karena di dalamnya banyak disampaikan pesan-pesan dari Injil. Tapi, ini memang tergantung kita menginterpretasikan apa yang ada dalam film tersebut. Bagi saya, mungkin bisa dibilang wajar karena pengambilan filmnya memang di daerah yang notabene mayoritas kristiani. Bagi kita yang bisa memilah tentu akan dapat mengambil manfaat yang semestinya dibanding hanya meributkan masalah ini. Hanya saja bagi orang tua tentu bisa memberi penjelasan apa yang boleh diambil pelajaran dari film tersebut dan sisi mana yang tidak boleh diikuti.
Wallahu a'lam....

Kamis, 21 Juni 2012

"Smart" dalam Menyikapi Kegagalan

Hidup ini selalu menawarkan dua sisi yang berlawanan, susah-mudah, besar-kecil, atas-bawah, menang-kalah, sukses-gagal dan sebagainya. Di dalam melakukan sesuatu dimana kita dituntut untuk meraih prestasi yang baik kadang kita tidak siap untuk menghadapi situasi yang dalam pandangan kita merupakan situasi terburuk. Kita siap sukses tapi tidak pernah siap untuk gagal. Kita siap untung, tapi tidak siap rugi. Padahal keduanya merupakan paket yang tak terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang. Bob Sadino pernah mengatakan,"Kalau kita mau usaha, kita harus siap rugi." Ini memberi pesan yang bisa diterapkan tidak hanya di dunia usaha semata, tapi juga dalam setiap bidang kehidupan.

Tak terkecuali dalam dunia pendidikan, hal ini pun sering terjadi. Seorang anak yang kurang dalam beberapa hal, kemudian hasil belajarnya kurang dari standar di akhir tahun pelajaran, maka ia kemungkinan besar akan dinyatakan tidak naik kelas. Kalau ini yang terjadi maka kemungkinannya beragam, terutama tanggapan orangtua atas "kegagalan" anaknya untuk bisa naik kelas. Ada yang legowo, menerima semuanya sebagai sesuatu yang biasa. Ada yang menjadikannya sebagai cambuk untuk lebih memperhatikan anaknya lebih baik. Ada menerima dengan menyalahkan banyak pihak di sekolah. Ada juga yang tidak terima kemudian marah-marah, dan lain sebagainya. Pokoknya macam-macam deh... Tapi, kadang lucu juga kalau selama ini orang tuanya tidak pernah memperhatikan belajar anaknya, tiba-tiba ketika anaknya tidak naik kelas ia marah habis-habisan kepada pihak sekolah seolah-olah ia tidak salah.

Terus, bagaimana seharusnya menyikapi "kegagalan" anak-anak kita ini? Paling tidak ada beberapa hal yang harus diingat dan diperhatikan.
Pertama: Jangan berasumsi yang berlebihan (Don't be lebay). Orang tua yang mengatasnamakan kasih sayang kepada anaknya biasanya akan membela anaknya mati-matian agar tetap naik kelas. Bahkan cenderung berasumsi yang berlebihan. Mereka akan mengatakan kalau anaknya tidak dinaikkan takutnya frustasi, tidak mau sekolah, bahkan nanti akan terpuruk. Jangan lebay dech!!! Itu kan asumsi kita. Justru sebenarnya di sinilah peran orang tua dituntut. Jadilah orang tua yang bisa mendampingi anak baik dalam suka maupun duka. Jadilah motivator bagi mereka. Jadilah orang tua yang bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi mereka dalam kondisi terburuk sekalipun. Inilah saatnya mengajarkan tentang ketegaran dan ketabahan kepada anak. Ajarkan mereka tanggung jawab atas konsekuensi apapun yang harus mereka terima dari sikapnya dalam mengikuti pembelajaran selama ini.

Kedua: Ajarakan tanggung jawab kepada anak.  Banyak dari orang tua yang saya temui yang anaknya tidak naik kelas ternyata lebih banyak menyalahkan ini dan itu. Ada yang menyalahkan pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, wali kelas, guru-guru bahkan sistem pembelajaran. Kalau yang datang ke sekolah bapaknya si anak, ia cenderung menyalahkan isterinya, begitu pun sebaliknya. Mereka seolah tidak mau menjadi pihak yang dipersalahkan dalam hal ini. Ibarat peribahasa, lempar batu sembunyi tangan. Seperti yang saya katakan di poin pertama, semestinya orang tua mengajarkan anak tentang perlunya keberanian tanggung jawab atas apapun yang sudah kita lakukan. Dengan tidak adanya penerimaan dari orang tua membuktikan kualitas kedewasaan mereka masih dipertanyakan. Orang dewasa adalah orang yang berani berbuat berani bertanggung jawab. Kemana orang tua selama ini? Sudahkah mereka melakukan fungsinya sebagai orang tua dengan benar? Jangan sampai selama ini cuek akan perkembangan anak, tapi ketika anak dinyatakan tidak naik baru naik pitam dan menyalahkan ini dan itu dan mengaku-ngaku kalau selama ini sudah maksimal mengajari mereka.

Ketiga: Beri pemahaman bahwa "kegagalan" bukanlah akhir dari segalanya. Orang-orang yang bisa menyikapi kegagalan dengan baik justru akan menjadi orang yang lebih kuat dan bisa menjalani hidup ini dengan lebih baik dan sukses. Kegagalan sebenarnya memberi kita bayak pelajaran berharga, diantaranya:
  1. Kegagalan mengajarkan kita tentang mana cara yang tidak cocok dan mana cara yang cocok dalam melakukan suatu pekerjaan, termasuk di dalamnya cara belajar yang baik dan efektif.
  2. Kegagalan melatih kesabaran. Kita harus menyadari dengan sepenuh hati kalau hidup ini tidak selalu mulus, pasti banyak onak dan duri yang senantiasa menghadang kita. Kegagalan termasuk masalah hidup yang seringkali harus kita hadapi. Andai mau terhindar dari masalah sebaiknya Anda jangan hidup saja sekalian. Selama mau memilih hidup terimalah segala konsekuensinya. Bersabarlah dalam menghadapinya.
  3. Kegagalan merupakan sumber kreatifitas. Bagi yang mampu menyikapi kegagalan dengan smart, kegagalan adalah cara memacu dan memicu otak agar mencari jalan yang lebih kreatif dari apa yang sudah dilakukan selama ini. 
  4. Kegagalan akan mengoptimalkan potensi kita. Tantangan termasuk di dalamnya kegagalan akan memunculkan keratifitas yang akan mengoptimalkan potensi yang kita miliki. 
  5. Kegagalan akan memberikan kita latihan agar kita lebih kuat.
Saya hanya ingin berpesan kepada para orang tua dan siapapun yang anaknya "gagal" saat ini karena tidak bisa naik kelas karena alasan-alasan tertentu, janganlah berputus asa. Terimalah hal ini dengan baik. tetaplah berharap dan berjuang agar di masa berikutnya anak-anak kita akan menjadi lebih baik lagi. Amiiin...:)


Senin, 18 Juni 2012

Naik Kelas nggak Yaaah....???

Pagi sampai sore ini para guru di sekolah kami mengadakan rapat kenaikan kelas untuk menentukan siapa di antara para peserta didik yang akan dinaikkan ke kelas berikutnya, siapa juga yang akan tetap tinggal kelas. Perbincangan terjadi lumayan alot terutama ketika kami membicarakan anak-anak yang bermasalah, baik karena nilainya yang banyak di bawah KKM ataupun karena akhlak dan sikapnya yang selama ini kurang baik. Berbagai pertimbangan diberikan baik oleh wali kelas di masing-masing kelas maupun oleh guru bidang studi yang mengajar di masing-masing kelas.

Banyak polemik memang, tapi bagi saya itu merupakan hal biasa bahkan dalam keputusan sekecil apapun. Apalagi ini menentukan nasib anak setahun ke depan yang pasti ada hubungannya dengan biaya, psikologis dan lingkungan si anak. Perdebatan sedikit memanas ketika saya mempresentasikan anak-anak kelas saya terutama saat saya memutuskan memberi usulan untuk mempertimbangkan seoranf anak yang kemungkinan tidak bisa naik kelas. Ada guru yang mengatakan,"Saya melihat semangat dia kelihatan ketika pelajaran saya." Saya bilang, mungkin di pelajaran seorang guru ia akan tapi di pelajaran yang kurang ia sukai ia tidak begitu bersemangat. Saya hanya mengatakan ini fakta dan data yang saya berikan, ini kondisi yang saya tahu selama ini, masalah dia naik kelas atau tidak saya serahkan ke forum.

Hmmm... Lucu memang. Ada yang membela agar ia tetap dinaikkan ke kelas berikutnya karena tendensi tertentu. Sepertinya karena beliau kenal dengan orang tuanya, dan kalau anak itu tidak dinaikkan ia akan malu atau bagaimana saya tidak begitu paham. Yang saya tahu, usulan yang ia berikan saya tangkap sangat kental dengan kepentingan dirinya sebagai tetangga dari orang tua sang anak. Entahlah.... :) Yang paling membuat saya emosi adalah saat dia bilang,"Kenapa waktu kelas 1,2, dan 3 tidak ada masalah, kok sekarang kelas 4 ada masalah seperti ini?" Seolah dengan perkataan ini dia mau katakan kalau sayalah yang tidak bisa mengajari anak itu sehingga tidak bisa naik kelas. Wuihhh... gedeg abis bro... tapi ya sudahlah positif thinking aja laaah.. emang dia mah biasa begitu, udah bawaan lahir kaleee... hehehe..

Ada juga yang mengatakan berbaik sangka sajalah kalau anak-anak bisa lebih baik di tahun berikutnya. Kalau itu yang dikatakan saya bilang,"Yaa kita ga usahlah mengadakan rapat ini kalau pandangannya begitu". Toh rapat kenaikan kelas diadakan sebenarnya untuk mencoba mencari atau memilihkan jalan terbaik untuk anak-anak peserta didik kita, siapa yang mampu lanjut, lanjutlah... dan bagi yang dirasa belum mampu untuk menapaki jenjang kelas berikutnya, yaa bersabarlah... Karena kami guru-guru melakukan itu bukan karena kejam atau tidak suka, kami juga sebagai guru-guru sangatlah berat melakukan ini, tapi karena niat kami untuk kebaikan maka walaupun berat harus kami lakukan. Hal inilah yang harus dipahami oleh anak-anak pasa peserta didik dan orang tua. Ini hanyalah bagian dari konsekuensi kehidupan yang harus dijalani. Bukan untuk menghinakan apalagi mendzalimi mereka.

Polemik dan perselisihan paham antara guru-guru sebenarnya bisa diminimalisir dengan adanya pembuatan dan penetapan standar kenaikan kelas peserta didik yang melibatkan seluruh komponen sekolah. Sehingga bisa dijadikan rujukan dan acuan saat menetapkan siapa yang boleh naik kelas dan siapa yang tinggal kelas. Dan semua itu harus disosialisasikan kepada orang tua sebagai warning agar mereka senantiasa mendidik anaknya dengan serius.

Wallahu a'lam...


Minggu, 17 Juni 2012

BIMBEL DAN KEGAGALAN SEKOLAH

Bimbingan belajar atau biasa disingkat bimbel adalah lembaga kursus yang biasanya dikelola dalam rangka memberikan pembelajaran kepada anak-anak yang notabene tercatat sebagai siswa di sekolah tertentu, baik jenjang TK, SD, SLTP, SLTA bahkan Mahasiswa. Saat ini lembaga bimbel sudah banyak bermunculan bak jamur di musim hujan. Dari yang levelnya masih kecil maupun yang sudah menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas. Ada yang mengkhususkan di bidang pelajaran tertentu ada juga yang umum untuk semua pelajaran. Keberadaannya memang sangat membantu bagi anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian di sekolah baik karena lambatnya penangkapan terhadap pelajaran maupun karena konsentrasinya yang kurang ketika bergabung dengan temannya yang banyak.

Fakta ini, di satu sisi cukup menggembirakan karena bisa membantu pihak sekolah ataupun guru dalam mencapai kompetensi yang diinginkan. Akan tetapi si sisi lain ini memunculkan sebuah pertanyaan besar dan cukup aneh dan mengherankan. Kenapa pasal? Karena kita tahu bahwa sekolah dibangun dalam rangka memberikan pelajaran yang mumpuni kepada peserta didik yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Yang mulanya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya gagap jadi terampil. Kemunculan ini kemudian seolah mereduksi peran sekolah ke titik yang rendah. Sekolah seolah dianggap hanya sebagai lembaga yang melegalkan pendidikan seorang anak. Apalagi kebanyakan orang tua yang mampu akan membayar biaya bimbel  berkali-kali lipat dibandingkan dengan biaya sekolahnya sendiri. Sebagai contoh, dalam sebulan di sekolah swasta menengah dia hanya bayar SPP lebih kurang Rp. 150.000,- sampai Rp. 200.000,- untuk semua pelajaran, sementara untuk bimbel atau les privat satu pelajaran saja minimal para orang tua mengeluarkan uang Rp. 300.000,- lebih. Sekarang kalikan sekian pelajaran, maka akan muncul angka yang fantastis untuk biaya bimbel atau les jauh melampaui biaya sekolah.

Hal ini tentu akan memunculkan pertanyaan, kalau begitu sebenarnya apa peran sekolah? Masih perlukah adanya sekolah, atau cukuplah seorang anak belajar di lembaga kursus, privat atau bimbel saja? Apakah bisa dikatakan kalau munculnya fenomena ini dikarenakan guru-guru sekolahnya yang tidak mampu atau kurang kreatif dan inovatif? Kalau demikian adanya sungguh memalukan. 

Mari kita renungkan kembali posisi kita. Jangan-jangan selama ini kita memakan gaji buta. Kita dijadikan guru karena diharapkan kita bisa menjadikan anak-anak yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, bukan sebaliknya. Kalau perlu suatu saat kita jadikan sekolah sebagai tumpuan harapan satu-satunya setelah keluarga untuk mendapatkan pembelajaran yang mumpuni. Jangan sampai keberadaan kita hanya sebatas formalitas semata. Sehingga kita dibayar hanya untuk sebuah penyia-nyiaan waktu saja. Di  sinilah perlunya reorientasi dan reformulasi makna sekolah yang sebenar-benarnya. Karena menjamurnya bimbel dalam pandangan saya menunjukkan kalau sekolah udah gagal dalam mendidik anak-anak didiknya.

Wallahu a'lam....

Rabu, 13 Juni 2012

Jadwal Euro 2012 Lengkap



GRUP A EURO 2012                       GRUP B EURO 2012
Polandia vs Yunani
8 Juni pkl 23.00 WIB, Warsaw

Rusia vs Rep Ceko
9 Juni pkl 01.45 WIB, Wroclaw

Yunani vs Rep Ceko
12 Juni pkl 23.00 WIB, Wroclaw

Polandia vs Rusia
13 Juni pkl 01.45 WIB, Warsaw

Yunani vs Rusia
16 Juni pkl 01.45 WIB, Warsaw

Rep. Ceko vs Polandua
17 Juni pkl 01.45 WIB, Wroclaw
Belanda vs Denmark
9 Juni pkl 23.00 WIB, Kharkiv

Jerman vs Portugal
10 Juni pkl 01.45 WIB, Lviv

Denmark vs Portugal
13 Juni pkl 23.00 WIB, Lviv

Belanda vs Jerman
14 Juni pkl 01.45 WIB, Kharkiv

Portugal vs Belanda
17 Juni pkl 01.45 WIB, Kharkiv

Denmark vs Jerman
18 Juni pkl 01.45 WIB, Lviv


GRUP C EURO 2012GRUP D EURO 2012
Spanyol vs Italia
10 Juni pkl 23.00 WIB, Gdansk

Irlandia vs Kroasia
11 Juni pkl 01.45 WIB, Poznan

Italia vs Kroasia
14 Juni pkl 23.00 WIB, Poznan

Spanyol vs Irlandia
15 Juni pkl 01.45 WIB, Gdansk

Kroasia vs Spanyol
18 Juni pkl 01.45 WIB, Gdansk

Italia vs Irlandia
19 Juni pkl 01.45 WIB, Poznan
Perancis vs Inggris
11 Juni pkl 23.00 WIB, Donetsk

Ukraina vs Swedia
12 Juni pkl 01.45 WIB, Kiev

Swedia vs Inggris
15 Juni pkl 23.00 WIB, Kiev

Ukraina vs Perancis
16 Juni pkl 01.45 WIB, Donetsk

Swedia vs Perancis
19 Juni pkl 01.45 WIB, Kiev

Inggris vs Ukraina
20 Juni pkl 01.45 WIB, Donetsk
PEREMPAT FINAL EURO 2012
Juara A vs Runner up B
21 Juni pkl 01.45 WIB, Warsaw

Juara B vs Runner up A
22 Juni pkl 01.45 WIB, Gdansk
Juara C vs Runner up D
23 Juni pkl 01.45 WIB, Donetsk

Juara D vs Runner up C
24 Juni pkl 01.45 WIB, Kiev
SEMIFINAL EURO 2012
.............. vs ................
27 Juni pkl 01.45 WIB, Donetsk
.............. vs ................
28 Juni pkl 01.45 WIB, Warsaw
FINAL EURO 2012
.............. vs .............
1 Juli pkl 01.45 WIB, Kiev

Sumber: http://www.warungbebas.com/2012/03/jadwal-euro-2012.html

Senin, 11 Juni 2012

Pemimpin yang Munafik

Rasulullah saw bersabda,"Tanda-tanda manusia munafik itu ada tiga macam; bila berkata berdusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati berkhianat."

Seorang pemimpin adalah sosok yang berdiri memikul harapan banyak orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu, ia haruslah seorang yang dapat dipercaya karena ia sedang diberi amanah. Ia harus juga seorang yang benar karena ia diharapkan kebaikannya. Ia juga haruslah seorang yang cerdas karena ia harus dapat menyelesaikan permasalahan yang rumit sekalipun. Begitu juga ia haruslah seorang yang transparan karena ia membawa urusan orang-orang yang dipimpinnya. Inilah pemimpin ideal sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dengan empat sifat luhurnya; siddiq, amanah, tablig, dan fathonah. Saat ini pemimpin dengan sifat-sifat seperti tadi sangat sulit ditemukan. Namun, bukan berarti tidak mungkin kita memiliki pemimpin semacam ini. Kita patut berharap kepada generasi yang akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang, semoga di antara mereka masih ada sosok pemimpin amanah yang bisa menjalankan kepemimpinannya sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Saat ini, kita banyak menemukan para pemimpin dalam scope kecil sekalipun yang justru melanggar norma-norma tersebut. Sudah tidak aneh buat kita kalau mendengar pemimpin yang dengan santainya ia menelantarkan amanah yang dipikulnya dengan kebohongan-kebohongan yang ia perbuat baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kasat mata kita bisa melihat bagaimana seorang pemimpin melanggar janjinya sendiri dan cenderung tidak transparan khususnya dalam masalah keuangan. Barangkali pantaslah pemimpin seperti ini sebagai pemimpin yang munafik, lain di mulut lain di hati. Di depan ia manis di belakang kata-katanya justru sebaliknya bahkan sangat pedas dan menyakitkan.  Coba renungkan kembali hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri orang munafik di awal tulisan ini!

Sebuah organisasi atau lembaga apapun yang dipimpin oleh orang-orang dalam kategori munafik bisa saja mencapai "keberhasilan" yang besar, akan tetapi keberhasilan yang didapatkannya lambat laun akan hancur dan morat-marit. Percayalah!! Ia tidak akan membawa berkah baik buat lembaga tersebut maupun buat segenap orang yang ada di bawahnya. Bahkan dalam kepemimpinan kolektif seperti di lembaga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan wakil-wakilnya, kemunafikan ini hendaknya dijauhi dengan sejauh-jauhnya. Soliditas kepemimpinan adalah cermin kemajuan lembaga sekolah. Kebersamaan adalah kunci keberhasilannya. Kalau saja ada di antara mereka salah satunya saja yang biasa berbohong atau khianat terhadap amanah kepemimpinan yang diembannya dapat dipastikan kalau lembaga sekolah tersebut akan hancur berantakan.

Terlebih kalau kepala sekolahnya lemah dan mudah terpengaruh oleh orang yang mengomporinya atau intens berkomunikasi dengannya, maka keputusannya akan banyak melenceng dan hanya memihak pada salah satu kelompok yang ia anggap mendukungnya. Ini pertanda tidak baik. Karena seorang kepala sekolah adalah milik semua steakholders yang ada di bawah koordinasi sekolah tersebut. Kebersamaan sangatlah diperlukan untuk mewujudkan sebuah sekolah yang kuat dan berwibawa.

Saya pernah menemukan kasus yang kurang lebih seperti yang disebutkan di atas. Dimana seorang di antara pemimpin sekolah tersebut ada yang merasa tersisihkan dari kelompok kepemimpinannya. Ia tidak pernah dilibatkan dalam rapat-rapat atau pengambilan-pengambilan keputusan yang penting. Hal ini tentu sangat menyakitkan. Kalau saja pemimpinnya tidak punya kepekaan sebagai seorang pemimpin yang profesional dan hanya mengandalkan perasaannya saja maka kemungkinannya adalah kepemimpinan akan terpecah menjadi masalah yang rumit dan cenderung akan merugikan tidak hanya pemimpin tersebut tapi juga bagi yang dipimpinnya. 

Maka, di zaman modern seperti sekarang ini, pemimpin yang lebih cenderung emosional, egois dan moody sudah semestinya berbenah diri. Pemimpin dengan sifat-sifat ini lambat laun akan ditinggalkan orang dan tidak disukai bawahannya. Dan pada akhirnya akan membawa kemerosotan mutu sebuah lembaga. Sepatutnya seorang pemimpin bekerja dengan profesional. Jangan mendahulukan rasa suka tidak suka tapi bekerjalah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada, sesuai dengan aturan, sesuai dengan SOP, sesuai dengan panduan pelaksanaan yang ada.Nah, kalau sudah demikian kita tinggal memolesnya dengan mencoba mulai menghiasinya dengan nilai-nilai kebaikan dan akhlak yang baik. Padukan antara kecerdasan, profesionalisme, dan komunikasi yang intens. 

Kecerdasan Kepemimpinan Pendidikan

Seorang pemimpin haruslah mempunyai kecerdasan, karena pemimpin yang tidak cerdas akan menurunkan kewibawaannya, akan ditipu oleh bawahannya, dan organisasi akan kacau, bahkan, bubar. Tetapi kecerdasan pemimpin jangan terlalu jauh dengan kecerdasan bawahannya. Dalam artian bahwa seorang pemimpin harus dapat menyelaraskan irama kepemimpinannya dengan tingkat kecerdasan bawahannya. Sehingga semua bisa berjalan beriringan.

MacGilchrist, et al. (2004) mengembangkan sembilan kecerdasan pemimpin yang dibutuhkan sekolah untuk memimpin guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Kesembilan kecerdasan kepemimpinan pendidikan itu adalah sebagai berikut.
  1. Kecerdasan etika: adil, hormat kepada orang lain, menjunjung tinggi kebenaran, dan bertanggung jawab.
  2. Kecerdasan spiritual: mencari makna hidup, berakhlak mulia (iman dan takwa).
  3. Kecerdasan kontekstual: memahami lingkungan lokal, regional, nasional, dan global.
  4. Kecerdasan operasional: berpikir strategis, mengembangkan perencanaan, mengatur manajemen, dan mendistribusikan kepemimpinan.
  5. Kecerdasan emosional: mengenal diri sendiri, mengenal diri orang lain, mampu mengendalikan emosi, dan mengembangkan kepribadian.
  6. Kecerdasan kolegial: komitmen terhadap tujuan bersama, mengetahui kreasi, pembelajaran multilevel, dan membangun kepercayaan.
  7. Kecerdasan reflektif: menyediakan waktu untuk refleksi, evaluasi diri, mempelajari secara mendalam, dan menerima umpan balik untuk perbaikan.
  8. Kecerdasan pedagogik: mengembangkan visi baru dan tujuan pembelajaran, meningkatkan kompetensi mengajar, sikap keterbukaan di kelas, dan bersikap mendidik.
  9. Kecerdasan sistematik: memberi contoh model mental, berpikir sistem, mengorganisasi diri sendiri, dan mengefektifkan jaringan kerja.
Semoga bermanfaat!!

Sabtu, 09 Juni 2012

Murah Boleh, Asal Jangan Murahan

Saat sekarang ini banyak sekolah, terutama sekolah-sekolah negeri yang sudah gratis. Mereka tidak lagi memungut bayaran ini dan itu. Hal ini berdasarkan pada pemikiran bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, maka sudah sewajarnya dan seharusnya ia gratis. Seharusnya memang pemerintah memperhatikan pendidikan rakyatnya. Tentu ini sangat membantu bagi mereka yang datang dari keluarga miskin. Karena mereka bisa mengecap pendidikan sebagaimana yang lainnya. Tapi, pertanyaannya, apakah penggratisan sekolah ini merupakan cara mendidik yang baik bagi orang tua secara psikologis? Jangan-jangan rasa tanggung jawab mereka kepada anak-anaknya dan daya juang untuk mempersembahkan yang terbaik untuk anak menjadi jauh melorot ke titik terendah.

Memang saat ini ada tren yang sedikit bergeser terutama pada mereka yang datang dari golongan menengah ke atas. Mereka justru meragukan sekolah-sekolah dengan label gratis, karena mereka khawatir karena anaknya tidak bayar maka gurunya akan mengajar dengan asal-asalan. Begitu juga dengan orang tua, karena ia merasa tidak bayar maka ia merasa tidak bisa menuntut apapun dari pihak sekolah agar memberikan yang terbaik buat anaknya. Dari sini kita bisa membuat klasifikasi sederhana. Yang pertama, bagi masyarakat kurang mampu, barangkali sekolah gratis menjadi pilihan yang tepat. Yang kedua, bagi masyarakat berada mungkin akan memilih sekolah-sekolah yang dianggap bagus walaupun harus merogoh kocek puluhan juta. Nah, sekarang tinggallah golongan menengah yang kebingungan. Mau memilih sekolah gratis ragu dengan kualitas, sedangkan kalau memilih sekolah mahal mereka belum mampu.

Dalam kondisi semacam ini tentu yang tepat bagi masyarakat dengan kemampuan menengah mereka akan melirik sekolah yang tetap bayar tapi terjangkau buat kantong mereka. Mereka memilih sekolah yang murah tapi tetap punya kualitas. Agaknya ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah-sekolah yang membidik segmen ini, di satu sisi sekolah ini harus mempertahankan agar tetap terjangkau, di sisi lain harus tetap menjaga kualitas agar tidak kalah dengan sekolah-sekolah berkualitas yang mahal. Kalau ini masalahnya maka pihak sekolah harus pintar-pintar mensiasatinya.

Menurut saya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan sekolah agar sekolahnya tetap murah tapi bukan murahan. Murah tapi tetap berkualitas. Walaupun sekolah tetap murah tentunya juga haram hukumnya mengabaikan hak-hak guru yang harus digaji dengan semestinya. Kita tidak bisa menjadikan alasan ikhlas untuk membayar mereka dengan murah. Pihak sekolah atau yayasan harus punya niatan untuk terus meningkatkan gaji para guru dan karyawan lain, sementara buat guru dan karyawan harus punya niatan untuk terus memberi kualitas terbaik bagi anak-anak didiknya. Bagaimana caranya? Sementara bayaran sekolahnya juga murah, apakah mungkin hal itu untuk dilakukan? Tentunya mungkin saja. Adapun langkah yang saya tawarkan adalah sebagai berikut.
  1. Menjalin komunikasi yang baik dengan berbagai pihak, terutama ulil amri (pemerintah), ulil albab (tokoh-tokoh cendekiawan), ulil anfus (SDM yang mumpuni), dan ulil amwal (pemilik harta). Kenapa dengan mereka? Apakah kita mau nyogok mereka? Sama sekali tidak. Dengan komunikasi yang baik dengan mereka diharapkan kita mendapatkan link kepada pihak-pihak dermawan yang mungkin bisa kita jadikan sebagai donatu, baik donatur tetap maupun yang sifatnya temporer. Karena pada kenyataannya, apalagi di kota-kota besar, banyak mereka yang sudah menyadari akan pentingnya bersedekah dan berbagi tapi mereka kadang bingung kepada siapa mereka akan menyalurkan hartanya dan siapa yang benar-benar membutuhkan.
  2. Hendaklah pihak sekolah atau yayasan mulai memikirkan untuk membuat sektor usaha milik sekolah atau yayasan yang keuntungannya dipakai untuk perbaikan kualitas sekolah, sarana prasarana, dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikannya. Sebagai contoh konkrit tentang hal ini kita bisa lihat bagaimana Pondok Modern Gontor melakukannya. Kesan yang saya dapatkan ketika saya berjalan-jalan di kota Ponorogo adalah sebuah kesan yang luar biasa. Saya kagum kepada Pondok ini karena mereka alih-alih mengemis biaya, mereka justru membuat sektor usaha sendiri di berbagai bidang. Yang saya tahu mereka mempunyai mini market, toko buku yang lumayan besar, toko peralatan olehraga, bahkan mereka juga punyai kedai bakso. Luar biasa. Ini patut kita tiru sebagai sekolah yang akan tetap diminati karena terjangkau akan tetapi tetap punya kualitas yang tidak kalah dari sekolah mahal bahkan bisa jadi kulaitasnya lebih baik.
  3. Memberdayakan dan mengelola alumni. Bagi sekolah yang sudah berdiri lama tentu mempunyai alumni-alumni yang sudah berhasil di berbagai bidang. Tentu banyak di antara mereka yang peduli dengan sekolah asalnya kalau mereka juga diberi perhatian, dikelola dan diberdayakan. Menurut saya mereka akan sangat senang kalau punya kontribusi yang baik bagi almamaternya. Yang penting komunikasi yang terus menerus, apalagi dengan media komunikasi seperti sekarang yang sudah begitu terbuka baik lewat alat komunikasi ataupun lewat media sosial seperti facebook, twitter, website, blog email dan lain sebagainya.
Bagaimana menurut Sahabat? Mari kita memberi kontribusi yang baik untuk pendidikan yang lebih baik bagi generasi bangsa ini.

Jumat, 08 Juni 2012

Sikap Kita adalah Teladan bagi Anak Kita

Kisah ini saya baca di buku AYAH EDY  "I LOVE U, Ayah Bunda" dengan judul Kisah sebuah Meja Kayu. Kisah yang sangat menarik dan begitu berkesan di hati saya. Tidak hanya karena ceritanya yang bagus, tapi juga karena kisah ini benar-benar memberi pelajaran berharga buat saya agar lebih berhati-hati dalam bersikap di manapun kita berada. Terutama kalau hal itu dilihat dan dilakukan di hadapan anak-anak. Sengaja di sini saya sampaikan kembali kisah ini dengan harapan akan membawa lebih banyak manfaat buat banyak orang. Dan, buat Ayah Edy saya mohon izin untuk menyampaikan sebagian isi buku Ayah ini, semoga jadi amal baik buat ayah. Amiin...

Suatu ketika, seorang kakek yang sudah sangat tua harus tinggal bersama di rumah anaknya. Selain itu tinggal pula menantu dan cucunya yang berusia 6 tahun. Tangan orang tua ini sudah begitu rapuh dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya pun sudah sangat buram, dan berjalnnya pun sudah tertatih-tatih. Keluarga ini biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang kakek yang sudah pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh. Saat si orang tua ini meraih gelas, segera saja air yang ada di dalamnya tumpah membasahi taplak meja makan. 

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang istri, "aku sudah bosan membereskan semuanya untuk orangtua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun sepakat untuk membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan.

Karena sering memecahkan piring, anak dan menantunya juga sepakat untuk memberikan mangkuk kayu untuk si kakek tua ini. Saat keluarga itu sibuk dengan makan malam, mereka sering mendengar isak tangis sang kakek dari sudut ruangan. Terlihat juga air mata yang tampak mengalir dari gurat keriput mata si kakek tua itu. Akan tetapi, hal ini sama sekali tidak menyentuh hati anak dan menantunya, malah selalu saja kata yang keluar dari anak dan menantunya ini adalah omelan agar dia tak menjatuhkan makanan lagi.

Cucu si kakek tua yang baru berusia 6 tahun sering dibuat tertegun memandangi semua perlakuan orang tuanya. Sampai pada suatu malam, ayah si anak ini tanpa sengaja melihat anaknya yang sedang bermain dengan peralatan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu.
"Sayang, kamu sedang membuat apa?"
Lalu dengan lugunya anak ini menjawab,
"Aku sedang membuat meja kayu untuk makan ayah dan ibu nanti kelak aku sudah besar. Meja itu nanti akan aku letakkan di sudut sana, dekat tempat kakek biasa makan."

Sambil tersenyum anak itu segera melanjutkan permainannya. Sungguh jawaban anak ini telah membuat kedua orangtuanya sangat terpukul. Suara mereka tiba-tiba berubah menjadi parau, mulut mereka terkunci rapat dan tak mampu berkata-kata lagi. Perlahan-lahan air mata pun mulai menitik membasahi kedua pipi suami-istri ini. Walau tak ada kata-kata yang terucap, tapi mereka kini benar-benar telah menyadari ada sesuatu yang salah yang telah mereka lakukan pada orang tua mereka. Pada malam itu juga, mereka menuntun tangan orangtuanya untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini mereka bisa makan bersama lagi di meja utama dengan bahagia.

Pelajaran apa yang bisa Anda dapatkan dari kisah di atas?

Berubah atau Gagal?

Kalau perubahan yang diinginkan tidak kunjung datang mungkin kita masih melakukan cara-cara yang sama seperti yang kita lakukan sebelumnya. Jangan harap mendapatkan hasil yang berbeda dari sesuatu yang kita lakukan dengan cara yang sama. Permasalahannya terletak pada kemauan dan keberanian kita. Beranikah kita diremehkan orang? Beranikah kita dicemooh? Siapakah kita mendengar kata-kata sumbang yang meragukan keberhasilan dari cara yang kita tawarkan? Kalau siap, lakukanlah dan bersiaplah dengan resiko yang akan kita dapatkan.

Tapi, berita baiknya, ternyata semua orang sukses adalah mereka yang berani mengambil resiko, berani menghadapi masalah, apapun yang akan terjadi, bukan mereka yang menghindari masalah. Karena suatu masalah kalau ia dihindari justru malah akan membesar dan bisa-bisa melibas kita. Mereka yang terjatuh dalam keputusasaan sebenarnya bukan mereka yang hidup dengan masalah yang lebih besar, tapi yang membiarkan masalah-masalah kecil menjadi besar karena mereka menghindarinya. Di samping itu juga karena cara pandang yang tidak benar dan kekuatan mental yang tidak terasah dengan baik.

Coba perhatikan lingkungan sekitar kita! Kalau kita lihat rumput, kelihatannya dia adem ayem saja. Ia tidak takut tumbang, karena ia memang berada di bawah dan tidak terkena angin besar yang menerpanya. Tapi, karena di bawah ia harus rela diinjak-injak. Lain rumput lain pula halnya dengan sebuah pohon. Semakin ia besar dan tinggi semakin besar pula terpaan angin menggoyahkannya. Kedua ilustrasi di atas menggambarkan bahwa dalam hidup kita punya dua pilihan yang akan menentukan kita sukses atau tidak. Tergantung pilihan mana yang akan kita ambil, jadi rumput atau jadi pohon yang menjulang tinggi. Menjadi "rumput" memang tidak akan mendapat cobaan yang berat berupa terpaan karena popularitas, akan tetapi kita harus siap untuk selamanya kita akan terus diinjak-injak sebagai orang yang hina.

Sebaliknya, saat kita memilih untuk menjadi orang yang seperti pohon tinggi dengan jabatan dan status sosial yang mengagumkan, memang kita akan mendapat cobaan yang berat, akan tetapi kalau kita mampu mengahadapinya kita akan tumbuh menjadi orang yang terhormat dan menjadi panutan banyak orang. Yang penting tumbuhlah menjadi manusia seperti pohon besar yang kokoh yang tidak mudah goyah ditaklukkan oleh sang angin yang akan merubuhkan tatanan kehormatan kita.

Nah, sekarang tinggal kembali kepada diri kita masing-masing. Apakah kita memilih jadi rumput, ataukah kita akan berubah menjadi pohon tinggi yang kokoh? Monggo dipilih...:)

Kamis, 07 Juni 2012

Agar Bahagia Selalu Bersama Kita

Siapapun kita dan dengan jabatan atau status sosial apapun, pasti berharap hidupnya akan bahagia. Bukan hanya untuk satu saat  tertentu saja, kalau bisa kita dapat merasakan bahagia dalam setiap saat. Hanya saja hidup ini tidak selalu sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Adakalanya kita harus menempuh hidup nan terjal yang kadang membuat sebagian kita harus berkubang di lumpur kesedihan dan keputusasaan. Tidak sedikit pula orang yang berharap bahagia akan datang menemuinya, akan tetapi ia tak kunjung mendapatkannya. Maka jadilah ia terpenjara dalam nestapa hidup yang tak ada akhirnya.

Kalau demikian adanya, bukan kondisi hidupnya yang harus kita hindari, akan tetapi kondisi dalam diri kitalah yang harus kita kendalikan. Lebih tepatnya pola pikir dan cara pandang kitalah yang harus kita kendalikan. Bersyukur atas setiap keadaan mungkin akan jadi kunci utama kita agar kita bisa meraih bahagia setiap saat dan waktu. Coba perhatikan dua buah do’a yang diajarkan Rasulullah SAW.
  • Ketika kita mendapatkan kebahagiaan, kita diajarkan untuk berdo’a: “Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nyalah akan sempurna berbagai macam kebaikan.
  • Ketika kita menemukan sesuatu yang tidak kita sukai, kita dianjurkan untuk berdo’a: “Segala puji bagi Allah pada setiap keadaan.
Dua do’a di atas saya pikir sudah cukup memberikan pesan kita harus tetap memuji Allah apapun yang kita alami, apapun yang kita rasakan, susah maupun senang, suka maupun duka.  Kalau itu yang kita lakukan tentu bahagia bukan lagi hanya khayalan dan siapan jempol semata. Karena bahagia tidaklah lahir dari apapun yang ada di lingkungan sekitar kita, bahagia itu hadir dan muncul dari dalam jiwa terdalam kita. Bahagia adalah keputusan kita. Jangan sekali-kali kita menyerahkan bahagia pada orang atau lingkungan yang ada di sekitar kita. Ambillah kendali atas diri kita.

Di blog rahasia hidup bahagia yang dikutip oleh Joko Susilo tertulis HAPPINESS IS LOVE WHATEVER YOU GOT. Kebahagiaan itu ketika kita mencintai apa yang kita miliki.

Sebuah pesan untuk hidup bahagia yang sederhana namun penuh makna. Saya sepakat dengan kalimat tersebut. Sebuah ajakan bagi kita untuk mensyukuri segar-hijaunya rumput di halaman rumah sendiri.
Nah, sekarang pertanyaannya apa yang bisa kita lakukan atau hal-hal apa yang membuat kita hidup bahagia setiap hari bahkan setiap saat? Berikut ini ada beberapa tips yang saya temukan dari jokosusilo.com (http://www.jokosusilo.com/2010/05/21/20-tips-hidup-bahagia-setiap-hari/) semoga bisa menjadi pengingat kita bersama sebagai upaya agar selalu  berbahagia setiap hari.
  1. Bangun pagi-pagi. Bangun lebih awal dan berjanjilah untuk merayakan hari ini dengan tidak menyia-nyiakannya sedetikpun. Lihat cahaya mentari yang menyingsing di ujung timur sana. Seperti itu juga semangat bersinar di dada anda.
  2. Nikmati makan. Jangan tergesa-gesa. Cobalah sekali ini gigit dan kunyah pelah-pelan makanan anda. Dari tiap kunyahannya, rasakan betapa enak rasanya. Nikmat sekali bukan?
  3. ACTION-kan niat anda. Punya niat sekian lama yang tak kunjung terlaksana? ACTION-kan sekarang! Mungkin anda hendak mengunjungi sanak saudara yang sudah lama tak bersua; atau mungkin sudah lama berniat ingin mengajak jalan-jalan keluarga, ACTION-kan sekarang.
  4. Belajar positive thinking. Kalau anda rasa terlalu banyak dibelenggu oleh pikiran negatif, mulai sekarang coba belajarlah ber-positive thinking. Perasaaan kalau anda tidak bisa atau sering bersikap menyalahkan misal, gantilah dengan sisi positif. Perbanyak isi pikiran dengan solusi, solusi dan solusi. Kuatkan dengan kata-kata motivasi.
  5. Waktu jatuh cinta. Ingat bagaimana rasanya waktu anda jatuh cinta pertama kali pada pasangan anda? Coba ingat dan rasakan kembali… anda pasti jadi senyum-senyum sendiri.
  6. Tenanglah. Kalau tiap harinya biasanya anda diburu waktu, cobalah hari ini anda rileks. Hirup napas dalam-dalam. Lakukan apa yang anda suka dengan santai, tanpa ada lagi yang dirasa mengejar-ngejar anda.
  7. Tatap wajah anak-anak anda. Meski mungkin sekarang mereka sudah gede, coba sempatkan tatap wajah mereka dalam-dalam. Ingat bagaimana waktu mereka kecil, waktu mereka cium tangan pamit berangkat sekolah, saat mereka bisa berjalan pertama kali, dan momen-momen bahagia lainnya. Pasti anda akan teramat bersyukur dapat melihat pertumbuhan anak-anak anda dari kecil sampai besar seperti sekarang ini.
  8. Berbagilah. Temui orang-orang yang tak seberuntung anda. Cobalah bicara dengan mereka. Cari tahu bagaimana kehidupan sehari-hari mereka. Serta berbagilah dengan mereka. Anda pasti akan sangat bersyukur dengan keadaan anda sekarang.
  9. Belajar hal baru. Punya waktu luang lumayan panjang? Cobalah cari kegiatan baru yang bisa menambah keahlian anda. Bukan buat gagah-gagahan atau apa, tapi sebab anda memang dianugerahi kemampuan untuk terus meningkatkan diri.
  10. Cium tangan orangtua anda. Ingat betapa besar pengorbanan orangtua anda selama ini. Sedari anda kecil sampai tumbuh dewasa seperti sekarang. Bersyukurlah memiliki orangtua yang mencurahkan segenap rasa cinta dan kasih sayangnya pada anda. Tidak ada yang memiliki cinta sebesar mereka pada anda.
  11. Temui orang yang lebih tua. Selain orangtua anda pastinya, temui juga orang-orang yang lebih tua dari anda seperti guru anda misal. Silaturahmi yang anda jalin pasti akan bermanfaat besar. Anda bisa belajar banyak dari mereka.
  12. Tertawalah. Ingat kapan terakhir kali anda tertawa? Mungkin gara-gara kesibukan anda yang luar biasa dahsyat, anda bahkan sampai tak sempat untuk tersenyum. Coba cari bacaan atau tontonan yang bisa melemaskan urat syaraf anda dan TERTAWALAH lepas.
  13. Lakukan yang anda suka. Apa hobi anda? Apa kesukaan anda? Ayo lakukan sekarang. Anda sudah lama tidak melakukannya kan?
  14. Istirahat cukup. Agar anda punya energi cukup untuk menjalani hari anda yang menyenangkan, istirahatlah yang cukup. Ketika waktu tidur tiba, bergegaslah tempat tidur.
  15. Sapa. Bersikaplah ramah. Sapa orang yang anda temui. Iringi dengan senyuman.
  16. Kenalan. Perluas lingkungan sosialiasi anda. Perbanyak  teman. Banyak teman, banyak rejeki!
  17. Senyumlah. Jangan malu-malu, senyumlah. Senyum membawa energi positif.
  18. Beri maaf. Beri maaf orang yang berbuat salah pada anda. Jangan buat hidup anda terbebani oleh dendam.
  19. Habis gelap pasti terang. Dalam hidup pasti ada hal-hal yang tak anda inginkan menghampiri kehidupan anda. Mungkin baru saja anda kehilangan pekerjaan anda, atau bisnis anda sedang suram, atau mungkin anda kehilangan orang terkasih. Belajarlah untuk menerimanya. Ini bagian dari hidup. Ikhlaskan. Selepas itu, kembali tegaklah berdiri. ACTION harus terus berlanjut!
  20. Doa. Panjatkan doa sepenuh hati. Segala macam ujian yang anda hadapi, serahkanlah pada-Nya. Tuhan tidak pernah tidur…
Sama sekali tidak ada niat saya untuk menggurui anda semua. Tips di atas dimaksudkan sebagai pengingat kita bersama. Silakan anda kurangi atau tambahkan sesuai kecocokan hati anda. Tips lain boleh juga anda tambahkan dalam kotak komentar di bawah agar kita bisa belajar bersama untuk selalu hidup bahagia.
Salam ACTION!

Rabu, 06 Juni 2012

Ketika Langit itu Menjadi Kelabu

Sekitar lima bulan yang lalu saya ditawari oleh seorang teman untuk ikut berinvestasi di sebuah koperasi yang sekarang sedang heboh-hebohnya, Koperasi Langit Biru (KLB) yang digawangi oleh Ustadz Jaya Komara. Terus terang saya tertarik dengan penawaran itu, karena bonus tiap bulannya yang menggiurkan. Saya bilang, hebat sekali ya, hanya dalam beberapa bulan saja bisa kembali modal, bahkan dijanjikan akan mendapat kesempatan untuk naik haji. Hal ini juga dikuatkan dengan sebuah bukti di mana teman itu tiba-tiba ganti motor baru. Tapi, jujur di hati saya memang ada sedikit keraguan dengan besarnya bonus yang ada, rasanya kok tidak wajar ya.. Artinya, pengembangan aset seperti apa yang dikembangkan koperasi ini sehingga berani mematok bonus yang begitu besar.

Di awal saya memang terkagum-kagum mendengar cerita teman itu kalau dia sudah mendapat daging sapi, kopi, minyak goreng dll. Setelah beberapa bulan saya mulai mendengar suara sumbang, bonus-bonus bulanan yang biasanya diterima mulai berkurang. Saya mulai bertanya besar ketika beberapa bulan saya mendengar teman-teman saya yang ikut KLB ini mulai telat mendapatkan haknya yang dijanjikan. Hingga akhirnya dalam 2-3 hari ini saya mendengar bahwa sang pemilik KLB ini dikabarkan "melarikan diri".

Terus terang, walaupun kejadiannya seperti ini saya tetap husnudzdzan, bahwa sebenarnya Sang Ustadz tidaklah bermaksud jelek dengan pendirian koperasi ini. Asumsi saya, niat beliau sebetulnya baik, yaitu untuk mensejahterakan umat, akan tetapi barangkali kurang mempertimbangkan pertumbuhan aset yang ada. Jadi, pertumbuhan aset yang ada yang saat ini dikembangkan tidaklah secepat perkembangan jumlah anggota atau investornya. Sehingga, pihak manajemen kewalahan karena harus "memberi bonus" membernya setiap bulan dengan bonus yang tidak sedikit. Akhirnya colaps-lah ia. 

Menurut saya yang awam ini, seharusnya di awal pihak KLB men-stop jumlah investor pada jumlah yang tidak terlalu banyak kemudian mengembangkan usaha terlebih dahulu hingga pertumbuhan asetnya mencapai pertumbuhan yang masif, baru mulai dipertimbangkan apakah mau menambah investor atau tidak. Tapi, itulah memang yang namanya manusia kalau sudah melihat potensi uang yang begitu besar biasanya lupa segalanya dan ujungnya tidak lagi bisa berpikir jernih dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan, yang ada di otak hanya uang dan keuntungan yang besar.

Tapi, apapun yang terjadi saat ini, mudah-mudahan kejadian ini bisa jadi pelajaran yang berharga buat kita semua bahwa kita jangan mudah percaya dengan investasi-investasi yang menggiurkan. Berpikirlah dengan lebih rasional dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dan cobalah berinvestasi pada investasi yang memang sudah teruji keampuhannya. Semoga yang sudah terlanjur berinvestasi dapat segera mendapatkan solusi dan jalan keluar yang terbaik. Tetap tersenyum, karena Tuhan seringkali mengajari kita dengan pelajaran yang mungkin tidak kita sukai tapi punya dampak yang baik buat masa depan kita. Mungkin saja kita menyukai sesuatu padahal sesuatu itu tidak baik buat kita, sebaliknya mungkin saja kita tidak menyukai sesuatu padahal sesuatu itu baik buat kita. Semangat!!!

Wallahu a'lam...


Sabtu, 02 Juni 2012

Teknik Memotivasi

Tugas umum seorang pemimpin adalah memberikan pengarahan atau bimbingan (Finch & McGough, 1981). Salah satu bentuk pengarahan adalah dengan cara memotivasi. Motivasi sangat penting bagi seorang pemimpin untuk meningkatkan kinerja bawahannya. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku. Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri (internal) maupun luar diri seseorang (eksternal). Memotivasi diri apalagi memotivasi orang lain atau bawahan bukanlah pekerjaan yang mudah. Diperlukan teknik-teknik yang tepat sehingga orang yang kita motivasi tidak merasa dipaksa atau digurui.


Adapun teknik-teknik memotivasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  1. Berpikiran positif. Ketika mengkritik orang begitu terjadi ketidakberesan, tetapi kita lupa memberi dorongan positif agar mereka terus maju. Jangan mengkritik cara kerja orang lain kalau kita sendiri tidak mampu memberi contoh terlebih dahulu.
  2. Menciptakan perubahan yang kuat. Adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi oleh diri sendiri. Mengubah perasaan tidak mampu menjadi mampu, tidak mau menjadi mau. Kata, "Saya juga bisa" dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi.
  3. Membangun harga diri. Banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang tidak kita hargai padahal penghargaan merupakan salah satu bentuk teknik memotivasi. Kata " Saya mengharapkan bantuan Anda" atau "Saya mengharapkan kehadiran Anda" merupakan bentuk penghargaan yang paling murah. Berilah mereka kesempatan untuk bertanggung jawab, berilah wewenang, serta kebebasan untuk berpendapat.
  4. Memantapkan pelaksanaan. Ungkapkan dengan jelas, bagaimana cara kerja yang benar, tindakan yang dapat membantu, dan hargai dengan tulus.
  5. Membangkitkan orang lemah menjadi kuat. Buktikan bahwa mereka sudah berhasil, dan nyatakan bahwa Anda akan membantu yang mereka butuhkan. Binalah keberanian, kerja keras, bersedia belajar dari orang lain.
  6. Membasmi sikap suka menunda-nunda. Hilangkan sikap menunda-nunda dengan alasan pekerjaan itu terlalu sulit dan segeralah untuk memulai.
Selain itu, ada teknik motivasi lainnya yang dapat dilakukan terhadap bawahan, yaitu yang disebut dengan prinsip MOTIVATE (Verma, 1996).
  • M = Manifest artinya bangkitkan rasa percaya diri ketika pendelegasian tugas.
  • O  = Open artinya terbuka.
  • T  = Tolerance artinya toleransi terhadap kegagalan, mau dan boleh belajar dari kesalahan .
  • I   = Involve artinya semua pihak terkait dalam pekerjaan (meningkatkan rasa diterima & komitmen)
  • V  = Value artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang baik (hadiah apa yang didapat    dan bagaimana mendapatkannya).
  • A  = Align artinya menyeimbangkan sasaran pekerjaan (proyek) dengan sasaran individu (orang-orang bersemangat mencapai kepuasan yang mereka inginkan).
  • T  = Trust artinya kejujuran setiap anggota tim (vital dalam memotivasi).
  • E  = Empower artinya berdayakan setiap anggota tim sewajarnya (khususnya dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya).
Sumber: Manajeman, Husaini Usman

Jumat, 01 Juni 2012

Isra Mikraj dan Pembentukan Karakter

Setiap kali bulan Rajab datang, kita semua diingatkan akan sebuah peristiwa besar yang dulu terjadi pada Rasulullah SAW. Di bulan itu, tepatnya malam tanggal 27 Rajab Rasulullah SAW di panggil oleh Allah SWT. untuk melakukan Isra dan Mikraj. Barangkali kita sudah sering memperingati Isra Mikraj, akan tetapi hikmah apa yang kita raih dari peringatan itu kita juga kadang tidak begitu peduli. Bahkan seringkali peringatan itu jadi formalitas belaka. Tidak membawa pengaruh apapun pada diri kita yang melaksanakannya.

Untuk itu, seyogyanya kita mencoba meninjau peringatan Isra Mikraj ini dari sisi lain yang mungkin luput dari perhatian banyak orang. Saya mencoba merenungi hikmah ini dari berbagai kejadian yang dialami Rasulullah SAW, baik sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan Isra Mikraj. Dengan harapan hikmah ini bisa membawa perubahan sikap, karakter, akhlak dan moral kita dalam menjalani hidup kita sehari-hari. Terlebih sebagai seorang pendidik hendaknya kita mencoba mengambil hikmah untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran kita dengan anak didik kita. Mari kita mulai perenungan kita:

Pertama: Diriwayatkan, sebelum Isra Mikraj, Nabi SAW "dibedah" oleh Malaikat untuk membersihkan jiwanya dari sifat-sifat buruk dan tercela. Hal ini menunjukkan, sebelum kita memulai aktivitas apapun termasuk mengajar, hendaknya kita membersihkan hati dari sifat-sifat tercela. Seperti kemalasan, kemarahan, apalagi sampai membawa masalah di rumah ke sekolah. Jadi, saat berangkat hati kita harus betul-betul lapang, nyaman, dan damai. Dengan demikian, apa yang kita sampaikan akan bisa dicerna dengan baik oleh peserta didik kita di kelas.

Kedua: Isra Mikraj adalah perjalanan horizontal dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina, dan perjalanan vertikal dari Masjidil Aqsa ke langit sampai ke Sidratul Muntaha. Hal ini mengingatkan kita bahwa kalau kita mau sukses dalam menjalani berbagai sektor dalam kehidupan ini kita harus punya hubungan baik dengan sesama secara horizontal (hablum minannaas), juga harus punya hubungan baik dengan Allah SWT secara vertikal (hablum minallaah). Tidak bisa hanya memilih salah satunya saja. Kedua-duanya harus dijalani dengan baik. Maka, kalau kita seorang guru yang hanya baik kepada sesama manusia saja, boleh jadi ketika ada hal-hal yang membuat masalah dalam pekerjaan kita, kita akan stres dan tidak ada pegangan. Tapi, kalau kita punya hubungan yang baik dengan Allah SWT lewat ibadah, zikir dan lain sebagainya, maka kita punya pegangan yang kuat saat kita terpuruk dan kita akan tenang menjalani semuanya.

Ketiga: Ketika Abu Thalib dan Khadijah meninggal dunia, Nabi SAW merasa sedih luar biasa, sehingga tahun itu dinamakan Amul Huzni (Tahun Kesedihan). Itu menunjukkan, dalam berdakwah orang perlu pelindung, pendukung atau pemacu semangat. Begitupun kita sebagai seorang pendidik di sekolah manapun kita mengajar, kita memerlukan dukungan baik dari atasan, dari orang tua siswa, dari teman-teman seperjuangan dan yang tidak kalah pentingnya juga dukungan dari masyarakat sekitar. Tanpa itu semua kita hanya akan menjalani keseharian kita sebagai sebuah rutinitas yang membosankan dan mungkin akan membuat kita stres dan tertekan. Dan kalau itu yang terjadi maka pembelajaran yang kita berikan pun akan  menjadi pembelajaran yang tidak berkualitas.

Keempat: Sebagaimana pada poin ketiga, Nabi SAW sangat sedih dengan wafatnya Abu Thalib dan Khadijah. Maka Allah menghibur Nabi Muhammad SAW dengan adanya Isra Mikraj ini untuk datang menghadap kepada-Nya. Hal ini merupakan pelajaran buat kita, agar kalau kita merasa sedih dengan kejadian-kejadian yang menimpa kita dalam kehidupan ini, hal yang tepat dilakukan agar kita tenang menghadapi semuanya adalah dengan cara menghadap Allah SWT dengan cara yang bisa kita lakukan, baik lewat sholat, zikir, do'a dan lain sebagainya.

Barangkali masih banyak hikmah yang bisa kita telisik lebih jauh. Semoga kita bisa menjadikan peringatan Isra Mikraj di bulan ini sebagai bagian dari perbaikan diri kita. Amiiin...:)

Wallahu a'lam...