Jumat, 01 Juni 2012

Isra Mikraj dan Pembentukan Karakter

Setiap kali bulan Rajab datang, kita semua diingatkan akan sebuah peristiwa besar yang dulu terjadi pada Rasulullah SAW. Di bulan itu, tepatnya malam tanggal 27 Rajab Rasulullah SAW di panggil oleh Allah SWT. untuk melakukan Isra dan Mikraj. Barangkali kita sudah sering memperingati Isra Mikraj, akan tetapi hikmah apa yang kita raih dari peringatan itu kita juga kadang tidak begitu peduli. Bahkan seringkali peringatan itu jadi formalitas belaka. Tidak membawa pengaruh apapun pada diri kita yang melaksanakannya.

Untuk itu, seyogyanya kita mencoba meninjau peringatan Isra Mikraj ini dari sisi lain yang mungkin luput dari perhatian banyak orang. Saya mencoba merenungi hikmah ini dari berbagai kejadian yang dialami Rasulullah SAW, baik sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan Isra Mikraj. Dengan harapan hikmah ini bisa membawa perubahan sikap, karakter, akhlak dan moral kita dalam menjalani hidup kita sehari-hari. Terlebih sebagai seorang pendidik hendaknya kita mencoba mengambil hikmah untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran kita dengan anak didik kita. Mari kita mulai perenungan kita:

Pertama: Diriwayatkan, sebelum Isra Mikraj, Nabi SAW "dibedah" oleh Malaikat untuk membersihkan jiwanya dari sifat-sifat buruk dan tercela. Hal ini menunjukkan, sebelum kita memulai aktivitas apapun termasuk mengajar, hendaknya kita membersihkan hati dari sifat-sifat tercela. Seperti kemalasan, kemarahan, apalagi sampai membawa masalah di rumah ke sekolah. Jadi, saat berangkat hati kita harus betul-betul lapang, nyaman, dan damai. Dengan demikian, apa yang kita sampaikan akan bisa dicerna dengan baik oleh peserta didik kita di kelas.

Kedua: Isra Mikraj adalah perjalanan horizontal dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina, dan perjalanan vertikal dari Masjidil Aqsa ke langit sampai ke Sidratul Muntaha. Hal ini mengingatkan kita bahwa kalau kita mau sukses dalam menjalani berbagai sektor dalam kehidupan ini kita harus punya hubungan baik dengan sesama secara horizontal (hablum minannaas), juga harus punya hubungan baik dengan Allah SWT secara vertikal (hablum minallaah). Tidak bisa hanya memilih salah satunya saja. Kedua-duanya harus dijalani dengan baik. Maka, kalau kita seorang guru yang hanya baik kepada sesama manusia saja, boleh jadi ketika ada hal-hal yang membuat masalah dalam pekerjaan kita, kita akan stres dan tidak ada pegangan. Tapi, kalau kita punya hubungan yang baik dengan Allah SWT lewat ibadah, zikir dan lain sebagainya, maka kita punya pegangan yang kuat saat kita terpuruk dan kita akan tenang menjalani semuanya.

Ketiga: Ketika Abu Thalib dan Khadijah meninggal dunia, Nabi SAW merasa sedih luar biasa, sehingga tahun itu dinamakan Amul Huzni (Tahun Kesedihan). Itu menunjukkan, dalam berdakwah orang perlu pelindung, pendukung atau pemacu semangat. Begitupun kita sebagai seorang pendidik di sekolah manapun kita mengajar, kita memerlukan dukungan baik dari atasan, dari orang tua siswa, dari teman-teman seperjuangan dan yang tidak kalah pentingnya juga dukungan dari masyarakat sekitar. Tanpa itu semua kita hanya akan menjalani keseharian kita sebagai sebuah rutinitas yang membosankan dan mungkin akan membuat kita stres dan tertekan. Dan kalau itu yang terjadi maka pembelajaran yang kita berikan pun akan  menjadi pembelajaran yang tidak berkualitas.

Keempat: Sebagaimana pada poin ketiga, Nabi SAW sangat sedih dengan wafatnya Abu Thalib dan Khadijah. Maka Allah menghibur Nabi Muhammad SAW dengan adanya Isra Mikraj ini untuk datang menghadap kepada-Nya. Hal ini merupakan pelajaran buat kita, agar kalau kita merasa sedih dengan kejadian-kejadian yang menimpa kita dalam kehidupan ini, hal yang tepat dilakukan agar kita tenang menghadapi semuanya adalah dengan cara menghadap Allah SWT dengan cara yang bisa kita lakukan, baik lewat sholat, zikir, do'a dan lain sebagainya.

Barangkali masih banyak hikmah yang bisa kita telisik lebih jauh. Semoga kita bisa menjadikan peringatan Isra Mikraj di bulan ini sebagai bagian dari perbaikan diri kita. Amiiin...:)

Wallahu a'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar