Rabu, 06 Juni 2012

Ketika Langit itu Menjadi Kelabu

Sekitar lima bulan yang lalu saya ditawari oleh seorang teman untuk ikut berinvestasi di sebuah koperasi yang sekarang sedang heboh-hebohnya, Koperasi Langit Biru (KLB) yang digawangi oleh Ustadz Jaya Komara. Terus terang saya tertarik dengan penawaran itu, karena bonus tiap bulannya yang menggiurkan. Saya bilang, hebat sekali ya, hanya dalam beberapa bulan saja bisa kembali modal, bahkan dijanjikan akan mendapat kesempatan untuk naik haji. Hal ini juga dikuatkan dengan sebuah bukti di mana teman itu tiba-tiba ganti motor baru. Tapi, jujur di hati saya memang ada sedikit keraguan dengan besarnya bonus yang ada, rasanya kok tidak wajar ya.. Artinya, pengembangan aset seperti apa yang dikembangkan koperasi ini sehingga berani mematok bonus yang begitu besar.

Di awal saya memang terkagum-kagum mendengar cerita teman itu kalau dia sudah mendapat daging sapi, kopi, minyak goreng dll. Setelah beberapa bulan saya mulai mendengar suara sumbang, bonus-bonus bulanan yang biasanya diterima mulai berkurang. Saya mulai bertanya besar ketika beberapa bulan saya mendengar teman-teman saya yang ikut KLB ini mulai telat mendapatkan haknya yang dijanjikan. Hingga akhirnya dalam 2-3 hari ini saya mendengar bahwa sang pemilik KLB ini dikabarkan "melarikan diri".

Terus terang, walaupun kejadiannya seperti ini saya tetap husnudzdzan, bahwa sebenarnya Sang Ustadz tidaklah bermaksud jelek dengan pendirian koperasi ini. Asumsi saya, niat beliau sebetulnya baik, yaitu untuk mensejahterakan umat, akan tetapi barangkali kurang mempertimbangkan pertumbuhan aset yang ada. Jadi, pertumbuhan aset yang ada yang saat ini dikembangkan tidaklah secepat perkembangan jumlah anggota atau investornya. Sehingga, pihak manajemen kewalahan karena harus "memberi bonus" membernya setiap bulan dengan bonus yang tidak sedikit. Akhirnya colaps-lah ia. 

Menurut saya yang awam ini, seharusnya di awal pihak KLB men-stop jumlah investor pada jumlah yang tidak terlalu banyak kemudian mengembangkan usaha terlebih dahulu hingga pertumbuhan asetnya mencapai pertumbuhan yang masif, baru mulai dipertimbangkan apakah mau menambah investor atau tidak. Tapi, itulah memang yang namanya manusia kalau sudah melihat potensi uang yang begitu besar biasanya lupa segalanya dan ujungnya tidak lagi bisa berpikir jernih dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan, yang ada di otak hanya uang dan keuntungan yang besar.

Tapi, apapun yang terjadi saat ini, mudah-mudahan kejadian ini bisa jadi pelajaran yang berharga buat kita semua bahwa kita jangan mudah percaya dengan investasi-investasi yang menggiurkan. Berpikirlah dengan lebih rasional dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dan cobalah berinvestasi pada investasi yang memang sudah teruji keampuhannya. Semoga yang sudah terlanjur berinvestasi dapat segera mendapatkan solusi dan jalan keluar yang terbaik. Tetap tersenyum, karena Tuhan seringkali mengajari kita dengan pelajaran yang mungkin tidak kita sukai tapi punya dampak yang baik buat masa depan kita. Mungkin saja kita menyukai sesuatu padahal sesuatu itu tidak baik buat kita, sebaliknya mungkin saja kita tidak menyukai sesuatu padahal sesuatu itu baik buat kita. Semangat!!!

Wallahu a'lam...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar