Minggu, 17 Juni 2012

BIMBEL DAN KEGAGALAN SEKOLAH

Bimbingan belajar atau biasa disingkat bimbel adalah lembaga kursus yang biasanya dikelola dalam rangka memberikan pembelajaran kepada anak-anak yang notabene tercatat sebagai siswa di sekolah tertentu, baik jenjang TK, SD, SLTP, SLTA bahkan Mahasiswa. Saat ini lembaga bimbel sudah banyak bermunculan bak jamur di musim hujan. Dari yang levelnya masih kecil maupun yang sudah menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas. Ada yang mengkhususkan di bidang pelajaran tertentu ada juga yang umum untuk semua pelajaran. Keberadaannya memang sangat membantu bagi anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian di sekolah baik karena lambatnya penangkapan terhadap pelajaran maupun karena konsentrasinya yang kurang ketika bergabung dengan temannya yang banyak.

Fakta ini, di satu sisi cukup menggembirakan karena bisa membantu pihak sekolah ataupun guru dalam mencapai kompetensi yang diinginkan. Akan tetapi si sisi lain ini memunculkan sebuah pertanyaan besar dan cukup aneh dan mengherankan. Kenapa pasal? Karena kita tahu bahwa sekolah dibangun dalam rangka memberikan pelajaran yang mumpuni kepada peserta didik yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Yang mulanya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya gagap jadi terampil. Kemunculan ini kemudian seolah mereduksi peran sekolah ke titik yang rendah. Sekolah seolah dianggap hanya sebagai lembaga yang melegalkan pendidikan seorang anak. Apalagi kebanyakan orang tua yang mampu akan membayar biaya bimbel  berkali-kali lipat dibandingkan dengan biaya sekolahnya sendiri. Sebagai contoh, dalam sebulan di sekolah swasta menengah dia hanya bayar SPP lebih kurang Rp. 150.000,- sampai Rp. 200.000,- untuk semua pelajaran, sementara untuk bimbel atau les privat satu pelajaran saja minimal para orang tua mengeluarkan uang Rp. 300.000,- lebih. Sekarang kalikan sekian pelajaran, maka akan muncul angka yang fantastis untuk biaya bimbel atau les jauh melampaui biaya sekolah.

Hal ini tentu akan memunculkan pertanyaan, kalau begitu sebenarnya apa peran sekolah? Masih perlukah adanya sekolah, atau cukuplah seorang anak belajar di lembaga kursus, privat atau bimbel saja? Apakah bisa dikatakan kalau munculnya fenomena ini dikarenakan guru-guru sekolahnya yang tidak mampu atau kurang kreatif dan inovatif? Kalau demikian adanya sungguh memalukan. 

Mari kita renungkan kembali posisi kita. Jangan-jangan selama ini kita memakan gaji buta. Kita dijadikan guru karena diharapkan kita bisa menjadikan anak-anak yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, bukan sebaliknya. Kalau perlu suatu saat kita jadikan sekolah sebagai tumpuan harapan satu-satunya setelah keluarga untuk mendapatkan pembelajaran yang mumpuni. Jangan sampai keberadaan kita hanya sebatas formalitas semata. Sehingga kita dibayar hanya untuk sebuah penyia-nyiaan waktu saja. Di  sinilah perlunya reorientasi dan reformulasi makna sekolah yang sebenar-benarnya. Karena menjamurnya bimbel dalam pandangan saya menunjukkan kalau sekolah udah gagal dalam mendidik anak-anak didiknya.

Wallahu a'lam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar