Senin, 18 Juni 2012

Naik Kelas nggak Yaaah....???

Pagi sampai sore ini para guru di sekolah kami mengadakan rapat kenaikan kelas untuk menentukan siapa di antara para peserta didik yang akan dinaikkan ke kelas berikutnya, siapa juga yang akan tetap tinggal kelas. Perbincangan terjadi lumayan alot terutama ketika kami membicarakan anak-anak yang bermasalah, baik karena nilainya yang banyak di bawah KKM ataupun karena akhlak dan sikapnya yang selama ini kurang baik. Berbagai pertimbangan diberikan baik oleh wali kelas di masing-masing kelas maupun oleh guru bidang studi yang mengajar di masing-masing kelas.

Banyak polemik memang, tapi bagi saya itu merupakan hal biasa bahkan dalam keputusan sekecil apapun. Apalagi ini menentukan nasib anak setahun ke depan yang pasti ada hubungannya dengan biaya, psikologis dan lingkungan si anak. Perdebatan sedikit memanas ketika saya mempresentasikan anak-anak kelas saya terutama saat saya memutuskan memberi usulan untuk mempertimbangkan seoranf anak yang kemungkinan tidak bisa naik kelas. Ada guru yang mengatakan,"Saya melihat semangat dia kelihatan ketika pelajaran saya." Saya bilang, mungkin di pelajaran seorang guru ia akan tapi di pelajaran yang kurang ia sukai ia tidak begitu bersemangat. Saya hanya mengatakan ini fakta dan data yang saya berikan, ini kondisi yang saya tahu selama ini, masalah dia naik kelas atau tidak saya serahkan ke forum.

Hmmm... Lucu memang. Ada yang membela agar ia tetap dinaikkan ke kelas berikutnya karena tendensi tertentu. Sepertinya karena beliau kenal dengan orang tuanya, dan kalau anak itu tidak dinaikkan ia akan malu atau bagaimana saya tidak begitu paham. Yang saya tahu, usulan yang ia berikan saya tangkap sangat kental dengan kepentingan dirinya sebagai tetangga dari orang tua sang anak. Entahlah.... :) Yang paling membuat saya emosi adalah saat dia bilang,"Kenapa waktu kelas 1,2, dan 3 tidak ada masalah, kok sekarang kelas 4 ada masalah seperti ini?" Seolah dengan perkataan ini dia mau katakan kalau sayalah yang tidak bisa mengajari anak itu sehingga tidak bisa naik kelas. Wuihhh... gedeg abis bro... tapi ya sudahlah positif thinking aja laaah.. emang dia mah biasa begitu, udah bawaan lahir kaleee... hehehe..

Ada juga yang mengatakan berbaik sangka sajalah kalau anak-anak bisa lebih baik di tahun berikutnya. Kalau itu yang dikatakan saya bilang,"Yaa kita ga usahlah mengadakan rapat ini kalau pandangannya begitu". Toh rapat kenaikan kelas diadakan sebenarnya untuk mencoba mencari atau memilihkan jalan terbaik untuk anak-anak peserta didik kita, siapa yang mampu lanjut, lanjutlah... dan bagi yang dirasa belum mampu untuk menapaki jenjang kelas berikutnya, yaa bersabarlah... Karena kami guru-guru melakukan itu bukan karena kejam atau tidak suka, kami juga sebagai guru-guru sangatlah berat melakukan ini, tapi karena niat kami untuk kebaikan maka walaupun berat harus kami lakukan. Hal inilah yang harus dipahami oleh anak-anak pasa peserta didik dan orang tua. Ini hanyalah bagian dari konsekuensi kehidupan yang harus dijalani. Bukan untuk menghinakan apalagi mendzalimi mereka.

Polemik dan perselisihan paham antara guru-guru sebenarnya bisa diminimalisir dengan adanya pembuatan dan penetapan standar kenaikan kelas peserta didik yang melibatkan seluruh komponen sekolah. Sehingga bisa dijadikan rujukan dan acuan saat menetapkan siapa yang boleh naik kelas dan siapa yang tinggal kelas. Dan semua itu harus disosialisasikan kepada orang tua sebagai warning agar mereka senantiasa mendidik anaknya dengan serius.

Wallahu a'lam...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar