Minggu, 27 Mei 2012

Jalin Komunikasi Tingkatkan Silaturrahim.. Peace..!!!

Seperti biasa dalam menyikapi apapun yang terjadi, awalnya saya coba tenang dan berharap bahwa Pak Satpam dan juga teman dari SD dan SMP bisa menyelesaikannya dengan baik. Tapi, kemudian masalahnya sepertinya jadi rumit dan ada isu-isu yang tidak menguntungkan bagi kami di SDI ini. Begini ceritanya...

Pagi kemarin, seperti biasa di hari Sabtu saya sejak pagi saya sudah berada di sekolah. Sebenarnya memang sekolah kami libur, tidak ada pembelajaran di sekolah. Hanya saja ada beberapa anak kelas 4 yang mau menambah pemahamannya tentang Bahasa Arab yang les kepada saya. Di samping itu, pagi sampai siang kemarin saya dan teman-teman panitia UKK mau mengepak soal-soal yang sudah difoto copy. Sekitar jam 08.45 seperti biasa saya ngelesin Bahasa Arab di ruang kelas 3 C di bawah. Sementara itu, di kelas atas, tepatnya di kelas 4B ada acara yang diadakan oleh beberapa anak kelas 4B dengan mengundang beberapa orang dari kelas lain, seperti kelas 4A dan juga kelas 5. Entah apa acaranya, tidak begitu jelas. Konon saat saya les di bawah itu mereka ada yang main shuffle, ada juga yang sedang main HP.  

Tiba-tiba anak-anak ada yang lapor bahwa kaca kelas 4B ada yang melempar dari bawah, oleh seorang warga. Pak Toto, sebagai security, Pak Arief, guru SDI dan Pak Agung dari SMP mencoba menyelesaikan masalah ini. Entah sampai dimana pembicaraannya. Setelah itu, datanglah security yang satu lagi, Pak Sihim. Mungkin karena memang biasa tempramental dan kurang ada chek dan richek, maka sempat terjadi bersitegang dan hampir berantem dan anak-anak juga sempat ribut ketakutan. Selain itu, sempat pula ada seorang warga yang mencoba menjembatani, katanya, tapi sepertinya malah memperuncing masalah dan membuat kami takut dengan ancaman-anacamannya.

Sekitar pukul 11.45, Ibu Lusi, Kepala SDI, entah medapat info dari mana, menelpon seorang teman saya agar mencoba menyelesaikan masalah ini kepada warga yang tadi mencoba melempar kaca kelas 4B. Dia dan saya ditemani oleh Pak Security mencoba datang menemui mereka untuk mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya. Kami bertemu dengan tiga orang anak muda yang pada awalnya tensinya cukup tinggi. Tapi kemudian 2 orang dari mereka pergi, tinggal satu orang lagi yang mengaku bahwa dialah yang melempar kaca tersebut. Nama panggilannya Kiki anak dari pemilik rental komputer OKTA. Dengan niat untuk mencoba mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, kami tanya dengan bahasa yang santun dan tidak berusaha untuk menyalahkan dia atau membela diri kami. Ia akhirnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Pertama, ia bilang bahwa tadi pagi ketika dia berada di bawah dekat Musholla Al-Khoiriyyah, ada beberapa anak "yang sedang -katanya- pesta di kelas 4B" yang melongok ke bawah dan melempar dengan air mineral gelas yang masih ada isinya dan tepat mengenai kepala Mas Kiki ini. Secara spontan ia melempar batu ke arah kelas 4B "atas". Sebenarnya yang ia incar adalah anak yang melempar air minerak tadi tapi yang kena kaca dan pecahlah kaca itu. Masih menurut dia, setelah melempar mereka malah ketawa-ketawa dan nunjuk-nunjuk kegelian. Ia juga mengatakan, yang dikuatkan oleh Pak Fandi yang sering bersih-bersih di Musholla, bahwa mereka, anak-anak itu, bukan sekali ini saja melempar sesuatu ke bawah, sudah sangat sering dan dari dulu sudah terjadi seperti itu. Di samping itu, mereka juga suka ngata-ngatain orang-orang yang di bawah, khususnya Pak Fandi ini yang sering dikatain tua dan botak. Jadi, ini adalah akumulasi kemarahan mereka agar jadi perhatian pihak SDI untuk lebih memperhatikan anak-anak didiknya agar berlaku sopan kepada orang lain.

Kami memang agak kurang terima ketika dikatakan mungkin guru-gurunya tidak pernah mengajari mereka sopan santun dan bagaimana menghormati orang tua dan orang lain dan tentang sistem pendidikan kami yang seolah menurut penilaian mereka mungkin sistemnya kurang baik atau anak-anaknya stress karena harus belajar sampai menjelang sore. Tapi, karena niatnya menyelesaikan masalah, kami mencoba menahan untuk tidak menanggapi penilaian mereka tentang lembaga kami. Yang penting bagi kami, ini bisa dijadikan masukan yang sangat berharga untuk perbaikan kami di dalam dan bagaimana sekolah kami di samping dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar juga bagaimana agar keberadaan kami tidak mengganggu mereka.

Selain tentang yang ada hubungannya dengan kejadian yang baru saja terjadi, mereka juga banyak memberi masukan dan mengungkapkan unek-uneknya tentang SDI baik dari sikap anak-anak, tentang parkir, tentang sikap pihak sekolah kepada masyarakat dan sebagainya.  Dan mereka minta audiensi/dialog antara mereka dengan pihak pimpinan sekolah agar mendapatkan win-win solution dalam waktu yang secepatnya. Kami pun ucapkan terima kasih dan kami akhiri perbincangan kami itu dengan saling bersalaman.

Dengan kejadian ini, saya sebagai bagian dari SDI mengambil banyak pelajaran dan hikmah yang baik. Bahwa semua ini, menurut saya, terjadi karena kurangnya komunikasi yang terbangun antara pihak sekolah dengan masyarakat sekitar. Karena walau bagaimanapun, sekolah ini berada di tengah-tengah komplek yang di sisi kiri-kanannya banyak masyarakat yang memperhatikan dan mungkin dalam kondisi tertentu sempat terganggu dengan kegiatan-kegiatan di sekolah ini. Tentu masing-masing pihak harus membangun komunikasi ini dengan cara yang baik dan penuh kebijaksanaan, sehingga apapun yang terjadi diketahui oleh kedua belah pihak dengan baik dan penuh hikmah. Karena prinsipnya setiap orang pasti tahu kebaikan dan akan menghargai kebaikan, hanya saja kuncinya jangan dahulukan emosi dan buruk sangka dalam penyelesaian masalah apapun. Kemarahan hanya akan menjadikan semua pihak dirugikan. Tidak ada yang menang dengan sikap buruk yang dilakukan.

Inti dari semuanya: Jalin komunikasi dengan berbagai pihak, tetaplah berpikir positif, jangan dahulukan emosi, saling memahami, jalin silaturrahim dengan masyarakat sekitar, dan libatkan masyarakat pada berbagai even yang memungkinkan untuk melibatkan mereka. 
Wallahu a'lam...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar