Kekuatan untuk Tetap Bertahan
"Yang menyakitkan bukanlah saat kita gagal meraih sesuatu, tetapi saat kita berhenti & menyerah tepat di pintu keberhasilan." (Bong Chandra)
Sukses dan gagal adalah ibarat dua sisi mata uang. Untuk meraih kesuksesan kita harus siap gagal. Siap sukses dan siap gagal sama pentingnya. Menjadi sukses adalah harapan semua orang, tapi tidak semua orang siap menjadi orang sukses yang tetap baik dalam kerangka kesuksesannya. Banyak orang yang dikatakan sukses yang kemudian menjadi menyimpang dari prinsip kebaikan. Dari sini maka kita harus mulai mencoba mengubah pola pikir dan pemaknaan terhadap makna kesuksesan yang selama ini menjadi pemahaman banyak orang. Sukses ukurannya bukanlah hanya kekayaan semata. Atau kedudukan yang tinggi semata. Atau keberhasilan dalam cinta semata. Sukses haruslah diletakkan dalam kerangka yang bernama "kebaikan".
Saya setuju dengan definisi sukses yang pernah diungkapkan oleh Pak Mario Teguh, lebih kurang bahwa sukses adalah,"Berhasil menjadi orang baik dilengkapi dengan kekayaan, kedudukan, dan cinta." Jadi, intinya adalah kebaikan, sedangkan yang lainnya hanyalah komplemen. Dan yang perlu diingat, janganlah ragu untuk menjadi orang baik, karena kebaikan itu cepat atau lambat akan membawa kita kepada kekayaan, kedudukan, dan cinta. Dan kalau kebaikan yang jadi tolok ukur pertama maka siapa pun orangnya ia akan kuat dalam menjalani kesuksesannya tanpa merusak diri dan lingkungannya.
Sisi kedua adalah kegagalan. Kita harus juga siap gagal dalam berusaha mencapai sesuatu yang namanya kesuksesannya. Siap gagal bukan berarti seseorang akan mengalami kegagalan, tapi justru akan membuat ia menyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan. Tapi, andaipun ia gagal ia sudah siap untuk bangkit dan bangkit lagi sampai ia mencapai titik kesuksesan. Bicara tentang energi untuk terus bangkit, mungkin kita harus banyak belajar lagi dari sosok makhluk kecil, bayi, bagaimana ia terus berupaya tanpa kenal lelah untuk memampukan dirinya menjadi sosok yang bisa menjejakkan kakinya dengan tegak dan bisa berjalan. Seorang bayi ia tidak kenal lelah agar ia bisa berjalan sebagaimana yang dilakukan orang dewasa. Tak peduli ia harus berkali-kali terjatuh sampai akhirnya ia bisa berjalan bahkan berlari cepat. Begitulah seharusnya kita berjuang dalam mencapai kesuksesan.
Tapi, seiring kedewasaan umur kita seringkali daya juang kita untuk meraih kesuksesan dilemahkan oleh lingkungan sekitar kita. Baik lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, maupun lingkungan masyarakat pada umumnya. Kita terlalu sering mendengar kata-kata orang lain yang mengecilkan kemampuan kita untuk berbuat, sementara di sisi lain kita tidak pernah atau jarang sekali mendengarkan kata hati kita sendiri. Sehingga pada akhirnya kita hidup dalam bayang-bayang dan kendali orang lain, tercerabut dari kemandirian untuk menentukan kesuksesan diri kita yang sesungguhnya potensi ke arah sana sudah dipersiapkan dengan sangat lengkap oleh yang Maha Kuasa. Hanya saja kita terlupa akan potensi itu.
Andaikata kita selalu aware (sadar) bahwa kita telah diberi potensi besar oleh Tuhan kita, maka sebesar apapun cobaan dan sebanyak apapun kegagalan yang kita alami maka kita tidak akan memperdulikannya. Karena, tidak penting berapa kali kita terjatuh dalam kegagalan, yang paling penting adalah berapa kali kita bangun kembali setiap kali kita menemui kegagalan dan tetap bertahan untuk terus bangkit dan mencoba sampai kita meraih kesuksesan yang kita idam-idamkan. Maka benar sekali apa yang dikatakan oleh Bong Chandra dalam salah satu statusnya di jejaring sosial Facebook pada tanggal 16 Mei 2012, ia menulis,"Yang
menyakitkan bukanlah saat kita gagal meraih sesuatu, tetapi saat kita
berhenti & menyerah tepat di pintu keberhasilan."
Sahabat, jangan pernah ada kata menyerah, karena boleh jadi saat kita menyerah sesungguhnya kesuksesan itu sudah ada di depan mata kita. Maka agar kita tidak menyesal kata kunci yang harus kita pegang teguh adalah "kekuatan untuk bertahan". Bertahanlah terus karena kesuksesan hanyalah urusan waktu dan giliran saja. Kegagalan dan upaya yang terus menerus hanyalah ujian kesabaran untuk menguji sejauh mana niat dan hasrat kita untuk berhasil. Apakah kita benar-benar ingin berhasil ataukah hanya ikut-ikutan saja? Pada akhirnya, bagi orang yang terus berusaha untuk meraih kesuksesannya, tidak ada lagi kata-kata gagal yang ada adalah kata "belajar".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar