Kamis, 17 Mei 2012

Please Dech... Jangan Rempong..!!!

Lucu dan mengherankan mendengar dan menyaksikan orang-orang yang ingin dihargai dan ingin dihormati. Ia sibuk memikirkan kenapa orang-orang tidak mau ngertiin dia. Ia menjadi menderita sekali kalau ia merasa sudah berbuat baik tapi tak kunjung mendapat ucapan terima kasih. Ia juga tersiksa kalau orang lain tak juga mau berbuat baik kepadanya. Tentang ini, saya teringat satu lirik lagu dari Iwan Fals, yang salah satu potongannya berbunyi: keinginan adalah sumber penderitaan....

Barangkali cara berpikir yang salah dan menyiksa ini sengaja atau tidak sudah diajarkan jauh-jauh hari oleh orang-orang sebelum kita. Bukankah kita mengenal ada istilah TAKE AND GIVE? Yang artinya lebih kurang menerima dan memberi. Kalau melihat istilah ini maka kita hanya berpikir untuk memberi kembali kepada orang lain kalau kita sudah menerima dari orang itu. Mafhum mukhalafahnya, kita tidak akan memberi kepada orang yang tidak memberi terlebih dahulu kepada kita. Maka jadilah pemberian dan penerimaan kita bersifat transaksional. Tidak ada unsur kasih sayang atau kepedulian.

Nah, pertanyaannya, apakah memberi kalau kita sudah menerima itu adalah perbuatan yang salah? Oh, tentu tidak. Itu saya pikir wajar saja untuk tingkat awam atau pemula. Tapi, hemat saya kita tidak boleh terpaku dan berhenti dalam tataran ini, kita harus terus meningkat dan meningkat terus. Maka, kalau kita petakan sesuai tingkatannya, tentang memberi dan menerima ini, manusia bisa dibedakan menjadi 3 tingkatan. Dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi.
    1. TAKE AND GIVE (Menerima dan memberi). Ini adalah tingkatan awam yang sudah diceritakan di atas. Tingkatan terendah dari ketiga tingkatan yang ada.
    2. GIVE AND TAKE (Memberi dan menerima). Tingkatan ini sudah meningkat dari sebelumnya. Ia-lah yang mengambil kendali awal. Ia tidak menunggu orang lain memberi terlebih dahulu tapi ia-lah yang memulai. Prinsipnya, semakin banyak memberi semakin banyak menerima. Akan tetapi bahayanya kalau salah niat. Maksudnya, bahwa ia memberi dengan harapan ia bisa menerima lebih banyak. Ini dilarang dalam Al-Qur'an. Kalau begitu maka yang terjadi adalah ia akan main hitung-hitungan dan pada akhirnya ia tidak ikhlas. Tapi, walau bagaimanapun kalau niatnya dijaga, insya Allah tingkatan ini lebih baik dari sebelumnya. Hal ini juga yang disebut hukum tabur tuai, semakin banyak menabur semakin banyak menuai.
    3. GIVE AND GIVE (Memberi dan memberi). Orang yang sudah sampai pada tingkatan ini, yang ia pikirkan adalah bagaimana ia mengembangkan sikap kasih dan kepedulian kepada orang lain dan tidak memikirkan apa yang akan ia terima nantinya. Yang paling penting bagi dia adalah bagaiman ia bisa terus memberi. Urusan apa yang ia terima nanti ia serahkan sepenuhnya kepada mekanisme Allah (sunnatullah) yang pasti berjalan. Ia ikhlas memberikan apa yang ia mampu berikan karena ia yakin betul akan janji Allah bagi orang yang mengembangkan sikap kasih dan sayang kepada sesama dan lingkungannya. Tanpa ia berharap pun Allah pasti tahu dan akan menghitungnya.
Mari kita menadi manusia-manusia yang betul-betul ikhlas dalam menjalani kehidupan ini. Ikhlas dalam memberi, ikhlas dalam menyayangi, ikhlas dalam mengasihi sesama. Allah telah mengajarkan kepada kita untuk mengatakan : "Inamaa nuth'imukum liwajhillaahi, laa nuriidu minkum jazaa'an walaa syukuuraa..." (Sesungguhnya kami memberimu makan [dengan niat] karena Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kalian dan kami juga tidak berharap ucapan terima kasih). Hidup ini akan terasa ringan kalau prinsip itu sudah kita jalankan. Tidak ada urusan orang mau baik atau tidak kepada kita, yang penting kita tetap baik dan peduli kepada orang lain.

Wallahu a'lam...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar