Senin, 07 Mei 2012

No Body Perfect


Mungkin kata itu yang pantas diucapkan saat seseorang yang selama ini kami kagumi membuat satu kesalahan dalam penulisan makalah. Namanya Pak M. Dari semenjak beliau masuk perkuliahan di semester 2 Pascasarjana PTIQ, beliau sudah membuat kami terpana dengan kepandaiannya dalam mengungkapkan berbagai argumen dan referensi dalam diskusi-diskusi yang kami lakukan. Hampir setiap perkuliahan beliau selalu  menyampaikan pendapatnya. Beliau juga selalu mendapat pujian dari para dosen tentang kepiawaiannya. Saya juga sebagai temannya banyak mengambil inspirasi dan motivasi dari beliau walaupun secara diam-diam.

Kehadiran beliau saya yakin membawa iklim perkuliahan kelas kami menjadi lebih hidup. Sehingga hampir setiap kali beliau tampil sebagai pemakalah atau beliau mengomentari sebuah pendapat atau isi makalah banyak di antara teman-teman yang mungkin menganggap bahwa pendapatnya sudah pasti benar atau valid. Tapi, bagi saya justru ini menjadi sinyal bahaya. Kenapa? Karena hal ini bisa mengakibatkan kita lupa bahwa beliaupun sebenarnya mempunyai kekurangan dan mempunyai titik kelemahan. 

Nah, kejadian kemarin saya kira bukanlah suatu kebetulan, Allah sudah mendisainnya sedemikian rupa agar kita tidak terlena karena kekaguman kita pada seseorang. Sekagum-kagumnya kita mestinya kita tetap bisa kritis. Begini kejadiannya. Kemarin, Sabtu, 6 Mei 2012 pada Mata Kuliah Pengembangan SDM yang bertugas sebagai pemakalah adalah Pak M. Seperti biasa, makalah beliau sangat bagus dan sarat dengan referensi. Tapi, ternyata di sana ada satu kesalahan pada waktu pengutipan ayat Al-Qur'an. Maksud beliau adalah mengutip ayat ke-14 dari Surah Ali Imran tapi ternyata baru setengah ayat itu dikutip sambungannya nyebrang ke ayat lain yang ada di surah At-Taubah. Sontak ini membuat beberapa teman interupsi dan menimbulkan perdebatan kecil yang sedikit tidak nyambung. Bagi saya hal ini biasa saja, karena saya memandang bahwa kesalahan itu bisa terjadi pada siapa saja termasuk kepada beliau yang selama ini dianggap selalu perfect.

Hikmah dari kejadian semacam ini adalah bahwa siapapun kita dimanapun kita berada, selalu saja ada orang-orang yang membuat kita kagum sebaliknya ada juga orang yang membuat kita menilainya negatif. Kita tidak boleh kemudian menilainya hanya dari satu sudut pandang saja dengan mengabaikan sudut pandang yang lain. Karena hal itu akan membuat kita menilai seseorang dengan cara yang salah. Setiap orang pasti punya kontribusi dalam kehidupan sosialnya sekecil apapun itu. Setiap orang terlahir mempunyai sifat dan karakter yang berbeda. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Bisa orang tuanya, temannya, lingkungan masyarakat, guru-gurunya dan lain sebagainya. Jangan berharap bahwa setiap orang punya sifat yang sama seperti yang kita harapkan. Setiap individu punya perbedaan yang perlu kita sikapi dengan sangat-sangat bijak.

Begitu pula ketika kita mengagumi seseorang, janganlah kita mengagumi atau menjadikannya idola secara buta. Setinggi-tingginya ilmu seseorang, pasti ada sesuatu yang tidak ia ketahui atau ia kurang konsen terhadapnya. Ingatlah akan firman Allah SWT yang memfirmankan: "Tidaklah kalian diberi ilmu pengetahuan melainkan sangat sedikit..." Kita semua dilahirkan dengan berbeda dengan tujuan agar kita bisa saling melengkapi  satu sama lain, bisa saling membantu antara yang satu dengan lainnya. Sehingga kehidupan ini berjalan dengan baik dan seimbang. Antara si miskin dan si kaya saling membutuhkan. Antara yang pandai dengan yang kurang pandai juga saling membutuhkan. Setiap sisi lebih kita kita gunakan untuk menutupi kekurangan orang lain. Dan sisi kurang kita ditutupi dengan kelebihan orang lain. Begitu juga sebaliknya. Karena itulah manusia disebut oleh Aristoteles sebagai zoon politicon atau makhluk sosial. 

Intinya, sikapi setiap orang yang kita temuai dengan satu asumsi bahwa tidak ada manusia yang sempurna. No Body Perfect...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar