Jumat, 04 Mei 2012

Menjadikan Hidup Lebih Bermakna (Renungan Tahun ke-32)


Beberapa teman mengucapkan selamat karena hari ini saya genap berusia 32 tahun. Memang saya senang karena Allah masih memberi kesempatan saya untuk menghirup udaranya, merasakan nikmatnya dan masih diberi waktu untuk memperbaiki diri. tentu inilah yang harus saya syukuri. Apalagi teman-teman yang mengucapkan selamat rata-rata diiringi do'a untuk kebaikan, kesuksesan dan keberkahan. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas semua ini. Semoga setiap do'a yang meluncur dari lidah teman-teman benar-benar keluar dari hati terdalam dan penuh kesungguhan. Sehingga semua itu dapat membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan saya.

Di hari ini juga adalah saatnya bagi saya untuk kilas balik dan kembali merenung tentang apa yang sudah saya lakukan selama ini, apakah saya sudah cukup mengisi hidup ini dengan kebaikan ataukah justru lebih banyak diisi dengan keburukan dan kemaksiatan. Astaghfirullah... Allah telah begitu banyak memberi waktu dan kesempatan bagi saya untuk belajar, tapi seringkali saya menyai-nyiakannya. Dia juga telah memberi begitu banyak kesempatan untuk berkarya, tapi saya telah banyak melewatkannya tanpa satu karya pun yang dihasilkan. Betapa banyak masa dimana saya bisa pergunakan untuk beribadah kepada-Nya, tapi saya malah lebih banyak mengisinya dengan memperturutkan hawa nafsu dan kemalasan.

32 tahun bukanlah waktu yang sedikit untuk menghasilkan karya yang bermanfaat untuk orang banyak. Kalau dibandingkan dengan usia Rasulullah SAW yang 63 tahun, berarti saya sudah menempuh setengah lebih sedikit dari perjalanan hidup yang sepatutnya saya tempuh. Kalau kita lihat kehidupan Rasulullah SAW dan orang-orang yang meraih sukses besar di dalam hidupnya, rata-rata atau hampir dapat dipastikan kalau mereka adalah orang-orang yang senantiasa meggunakan waktu yang dimilikinya dengan baik. Mereka sangat menghargai waktu dan sama sekali tidak pernah menyia-nyiakannya. Mereka sangat mengerti manajemen waktu dan mengamalkannya dengan baik. Mereka punya jadwal amaliyah harian yang tidak pernah mereka langgar. 


Mari kita coba mencermati beberapa indikasi pengaturan waktu yang buruk dengan harapan kita dapat menjauhinya guna menjadikan waktu kita untuk lebih efektif dan produktif lagi. Dijelaskan bahwa, indikasi pengaturan waktu yang buruk adalah sebagai berikut :
1. Jadwal diatur orang.
2. Suka datang ke acara yang tidak penting.
3. Suka melakukan pekerjaan yang mendesak (mepet).
4. Merasa terlalu sibuk dan kekurangan waktu.
5. Banyak masalah yang tertunda penyelesaiannya.
6. Produktivitas kerja tidak efektif.
7. Sering menunda pekerjaan.
8. Suka bingung dalam mengambil keputusan.
Ini hanya beberapa dan secara garis besarnya saja. (http://akabarahikari.blogspot.com/2012) Tapi, paling tidak ini bisa membuat kita lebih waspada dalam menjalani keseharian kita.

Dari beberapa poin pembunuh waktu efektif di atas kita bisa mengambil sebuah pelajaran yang biasa kita sebut dengan prioritas. Artinya, untuk dapat mengefektifkan waktu yang kita punya salah satu caranya adalah bagaimana kita dapat membuat skala prioritas dari setiap rencana kerja yang akan kita lakukan. Caranya adalah dengan membuat kategori dari sekian banyak pekerjaan yang kita punya. Paling tidak kita bisa mengkategorikan menjadi: sangat penting dan mendesak, sangat penting tapi tidak mendesak, penting dan mendesak, penting tapi tidak mendesak, agak penting dan mendesak, agak penting tapi tidak mendesak, kurang penting dan tidak penting. Urutkan semuanya dari mulai yang sangat penting dan mendesak sampai pada yang tidak penting. Dari sana kita bisa mempertimbangkan dan mensinkronkan dengan waktu yang kita punya. Apakah waktunya cukup untuk melakukan semua pekerjaan tersebut atau tidak. Yang perlu jadi catatan, walaupun kita punya waktu cukup longgar untuk melakukan semua pekerjaan yang ada, usahakan bahkan seharusnya kita membuang pekerjaan yang termasuk kategori yang tidak penting. Kenapa? Karena hal ini sesuai dengan titah Rasulullah SAW dalam sabdanya: "Di antara baiknya Islam seseorang adalah saat ia bisa meninggalkan sesuatu yang tidak berguna atau tidak penting baginya." 

Kalau begitu saya kira sudah jelas bagi kita semua bahwa yang harus kita lakukan saat ini adalah 1) Inventarisir, pekerjaan apa yang akan kita lakukan. 2) Buat scheddul-nya agar semua terjadwal dengan baik. 3) Lakukan setiap detail pekerjaan dengan disiplin; karena sekali kita langgar jadwal yang sudah kita buat maka kemungkinan akan terjadi pelanggaran-pelanggaran berikutnya, yang akhirnya akan menyebabkan semuanya ditinggalkan.

Coba kita perhatikan bagaimana Imam Ghazali membagi waktu kepada tiga bagian. 1/3 waktu digunakan untuk beribadah kepada Allah. 1/3 untuk belajar dan berkarya. Dan 1/3 lagi untuk istirahat. 1 hari adalah 24 jam. Maka 1/3-nya adalah 8 jam. Dan hasil dari konsistensinya dengan jadwal yang beliau tetapkan inilah buktinya bisa kita lihat, bagaimana Imam Ghazali menjadi tokoh besar yang disegani karena ilmunya yang mumpuni dan karya-karya besarnya yang monumental. Luar biasa.... Kabar gembiranya, kita bisa seperti Imam Ghazali bahkan bisa lebih dari beliau asal kita mampu memanage maktu dengan baik dan berdisiplin dengannya.

Sedih rasanya kalau saya membaca sejarah orang-orang sukses dan bagaimana sepak terjang mereka dalam meraih kesuksesan tersebut. Sungguh, mereka tidak terlepas dari pendekatan diri yang luar biasa kepada Sang Sumber Kesuksesan, Allah SWT. Ibadah mereka begitu rajin. Mereka senantiasa bangun malam untuk Shalat Tahajjud. Pagi-pagi mereka sudah siap menunaikan Shalat Dhuha. Mereka pun mendekatkan dirinya kepada Allah lewat lidah para fakir dan miskin, dengan cara terus mengembangkan sayap kepeduliannya melalui infak, sedekah, hibbah dan lain sebagainya. Bagaimana tidak bergetar 'Arasy-nya Allah dengan do'a mereka?

Selain itu, mereka juga adalah orang yang tidak henti-hentinya belajar, belajar, terus belajar. Tidak hanya itu hasil belajar mereka pun diwujudkan dalam karya yang hasilnya bisa dinikmati oleh banyak generasi setelahnya.Kebiasaan belajar dan berkarya inilah yang menjadikan mereka memiliki ilmu yang benar-benar dikuasai dengan matang dan manfaatnya terus menerus dirasakan bahkan sampai ia terkubur di dalam tanah, pahalanya akan terus dan terus mengalir membawa kebahagiaan yang tiada tara.

Tapi, kita juga jangan pernah lupa bahwa hidup kita tidak hanya untuk ummat, kita juga punya keluarga dan raga yang juga perlu diprhatikan keberadaannya. Menjadikan diri kita bermanfaat adalah penting, tapi juga tidak kalah penting dengan tugas yang diamanahkan kepada kita, seperti istri, suami, anak dan kewajiban yang berhubungan dengan semua itu. Menjaga kondisi tubuh agar mendapatkan istirahat yang cukup juga merupakan keharusan dalam rangka menjaga konsistensi kita dalam berkarya, berdakwah, dan beribadah kepada Allah.

Akhirnya, marilah kita tempatkan semuanya pada porsi dan posisi yang sebenar-benarnya dan sepantasnya, sehingga menjadikan kita menjadi insan-insan yang dapat menggapai sukses dunia dan akhirat. Insya Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar