Rabu, 23 Mei 2012

Pemaknaan Ikhlas

Waktu kuliah kemarin, seorang teman bilang,"Saya kurang setuju dengan analogi bahwa orang ikhlas itu seperti orang yang buang air, merelakan apa yang sudah keluar dari diri kita." Karena ia masih punya kepentingan untuk dirinya, artinya kalau ia tidak mengeluarkannya ia bisa sakit. Menurut teman ini, ikhlas itu lebih pas dianalogikan dengan tukang parkir. Seorang tukang parkir tidak pernah sombong walaupun dia "punya" banyak mobil dan motor dengan berbagai merek, karena ia sadar kalau semua itu hanyalah titipan belaka yang pada saatnya akan diambil kembali oleh pemiliknya. Dan pada saat diambil ia merelakannya tanpa berpikir untuk kepentingan dirinya, apapun itu.

Sahabat, apa yang kita miliki di dunia ini pada hakikatnya adalah titipan Yang Maha Kuasa. Apa yang kita punya statusnya bukan hak milik tapi hak guna pakai. Jadi kalau yang punya, Allah SWT, akan mengambilnya, tentunya dengan cara yang dikehendaki-Nya, kita tidak boleh protes atau merasa dongkol. Toh, itu titipan kok. Masa protes! yang bener aja...?? Inilah pemaknaan ikhlas yang tidak ada tendensi ataupun untuk kepentingan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar