Kamis, 05 Desember 2013

Memindahkan Gunung

"Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah ialah yang terus menerus dikerjakan walaupun sedikit." [H.R. Abu Dawud]


Siapapun orangnya pasti mempunyai harapan untuk meraih sukses. Sukses yang maksimal, sukses yang menunjukkan potensi diri yang dimiliki. Karena banyak di antara kita yang hidupnya "mengalir" saja, tidak tahu apa kelebihan yang bisa dimaksimalkan dan kekurangan yang bisa ditutupi dengan kelebihan yang ia miliki. Orang-orang sukses yang sudah menemukan "jati dirinya" seringkali terlihat begitu keren dan glamour. Raihan suksesnya terasa begitu indah, membelai para pemimpi yang ingin meraih sukses yang sama bahkan melampauinya. Mereka bicara penuh dengan percaya diri dan kata-kata yang menakjubkan, dan seolah menghipnotis para pendengarnya. 

Tapi, jarang orang yang mau menelisik lebih jauh kisah di balik kesuksesan yang di raih oleh orang lain. Maka, muncullah orang-orang yang menginginkan sukses akan menghampirinya dengan instan. Berbagai cara dia coba dengan tujuan serba instan dan cepat. Cepat sukses, cepat berhasil, cepat kaya. Persis seperti makan makanan cepat saji, yang semuanya serba cepat tapi dipertanyakan kebersihan dan kesehatannya. Akibatnya bermunculanlah orang-orang kaya baru yang kekayaannya tidak bertahan lama. Entah kemudian tertangkap KPK, tersandung kasus ini dan itu, anaknya terlibat kasus narkoba, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan adanya cara yang salah dalam pencapaian itu semua. Jalur-jalur cepat yang disajikan tidak membuat mereka siap dan kuat dari sisi mental spiritualnya. Mereka terlihat kuat padahal rapu. Mereka terlihat kaya harta tapi miskin hati. Mereka terlihat bahagia padahal hatinya menderita. Na'udzubillah. 

Oleh karena itu, perlu kiranya kita memahami betul bahwa sukses itu perlu perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa. Ia diraih dengan tetesan keringat, darah, dan air mata. Sukses memerlukan proses panjang, dimana proses itu akan menempa jiwa dan mentalitas kita. Sehingga  kita tidak lagi rapuh dalam menghadapi pertarungan hidup kita. Seekor kupu-kupu indah yang keluar dari kepompong memerlukan upaya untuk bisa keluar melewati satu lubang kecil yang harus dia buka agar bisa keluar. Perjuangan itulah yang menyebabkan seekor kupu-kupu mempunyai sayap yang kuat untuk terbang. Karena, andai saja ia dibantu dibukakan lubangnya niscaya ia akan lemah dan tidak sanggup untuk terbang yang kemudian membawanya kepada kematian.

Perlu tekad dan konsistensi yang kuat dari kita dalam menapaki proses menuju kesuksesan kita. Zig Ziglar berkata, “Orang sering gagal bukan karena kurang mampu, tapi karena tidak KONSISTEN.” Kata Thomas Edison, “Seringkali kegagalan dalam hidup ini terjadi ketika orang tidak tahu betapa dekatnya dia dengan kesuksesan jika ia terus maju, namun ia justru menyerah." Edison tak mungkin mungkin menemukan lampu tanpa KONSISTENSI dan melewati berbagai percobaan. Begitu juga dengan Disney dengan karya agungnya Disney Land dan Kolonel Harland D. Sanders, pendiri waralaba restoran Kentucky, yang SUKSES dengan bisnisnya. Mereka mengalami jatuh-bangun ratusan atau mungkin ribuan kali. Tetapi KONSISTENSI mereka mewujudkan hasil yang membawa mereka menjadi luar biasa ketika orang lain menyerah pada kehidupan ini.

Mungkin sebagian dari pembaca menganggap bahwa judul di atas terlalu lebay bin alay. Oh, tentu tidak soddara-soddara... :) Apa mungkin kita bisa memindahkan sebuah gunung dari tempat asalnya? Jawabannya, tentu sangat mungkin. Bagaimana caranya? Kuncinya cuma satu yaitu konsistensi atau dalam bahasa agamanya disebut dengan istiqomah. Kita tentu masih ingat dengan pepatah lama yang diajarkan oleh guru-guru kita,"Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit." Pepatah ini tidak lekang dimakan zaman, ia masih relevan sampai saat ini. Kalau kita menginginkan hal besar, maka hal yang perlu kita lakukan adalah melakukannya dulu dari hal-hal kecil. Seorang penulis buku yang menghasilkan karya dengan berjilid-jilid buku yang dihasilkannya tentu tidak membuatnya dalam satu jam dua jam, atau sehari dua hari. Upaya itu membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dari satu huruf menjadi satu kata, dari kata melahirkan kalimat, dari kalimat menjadi paragraf, dari satu halaman menjadi dua halaman dan seterusnya yang akhirnya jadilah sebuah buku. Andaikan tidak ada konsistensi maka hasil yang besar itu tidak akan tercapai.

Alkisah di negeri China ada seorang kakek bodoh bernama Yu Gong. Ia berumur 90 tahun dan tinggal di sebuah desa bersama keluarganya. Di desa tersebut ada sebuah gunung  yang  merintangi jalan mereka ke kota. Bila hendak ke kota mereka harus berjalan melewati gunung itu. Perjalanan itu selain sangat melelahkan juga sangat tidak efisien. Suatu hari muncul ide yang lugu dari si kakek untuk memindahkan gunung tersebut.

Untuk melaksanakan rencananya, ia meminta bantuan anak cucunya. Pada hari yang telah ditentukan, dimulailah pekerjaan besar tersebut. Setiap hari kakek, anak-anak, dan cucu-cucunya menggali, memggali, dan menggali terus lereng gunung itu.

Melihat kesibukan tersebut para tetangga berdatangan. Salah seorang pemuda begitu penasaran dan ingin tahu apa tujuannya. Ia pun bertanya pada si kakek, “Kek, kakek dan seluruh keluarga setiap hari menggali lereng gunung, apa tujuannya?”

Si kakek menghentikan pekerjaanya dan menjawab, “Kami berniat memindahkan gunung ini, Nak.”  Mendengar jawaban yang sangat lugu itu, pemuda tersebut berkata dengan nada tidak percaya, “Mana mungkin, Kek, gunung sebesar ini bisa dipindahkan? Sebelum pekerjaan ini selesai mungkin kakek sudah meninggal. Bukankah pekerjaan ini menjadi sia-sia?”

Si kakek menjawab dengan bersemangat, “Kakek memang sudah tua, tetapi bila kakek meninggal, pekerjaan ini masih bias dilanjutkan oleh anak cucu kakek, begitu seterusnya. Selama kami punya semangay dan tekad yang kuat, segala sesuatu pasti bisa dilakukan. Kami yakin, suatu hari nanti gunung ini pasti dapat dipindahkan.”

Kisah di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa pekerjaan sebesar dan seberat apapun akan dapat kita selesaikan kalau kita terus menerus melakukannya secara konsisten, dengan tekad yang kuat, dan pantang menyerah. Maka, janganlah kita menunggu untuk menduduki jabatan dulu baru kita berbuat, menunggu kaya dulu baru kita memberi dan berbagi, dan menunggu terkenal dulu bari kita menebar manfaat. Lakukanlah dari tempat kita berdiri saat ini, sekecil apapun yang kita bisa. Insya Allah pada saatnya, apa yang kita lakukan dengan konsisten itu akan membawa kita pada puncak kesuksesan.

Wallahu a'lam..:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar