Rabu, 18 Desember 2013

Anakku... Kebanggaanku...

Kalau saya ditanya perasaan saat ini, saya agak sedikit bingung untuk menjawabnya. Rasanya campur aduk. Ada rasa senang, sedih, hampa, bercampur jadi satu. Senang karena akhirnya anak saya, Ihsan, hari ini  (tadi pagi pukul 09.10) dikhitan. Sedih, karena saya tidak bisa menghadiri ketika anak saya dikhitan. Saya ingin sekali melihat ketika anak saya butuh kehadiran kedua orang tuanya secara lengkap, paling tidak memberikan ketenangan dan kebesaran hati buat dia.

Tapi, apapun itu, ini memang permintaan anak saya sendiri. Awalnya kami bermaksud mengkhitankan anak kami ketika nanti saya sudah sampai di Ponorogo. Ternyata, anak saya punya pendapat yang berbeda. Ia tahu kalau kebersamaan kami tidak akan terlalu lama, sehingga ia berharap ketika kita semua bertemu ia dalam kondisi yang fit, tidak sedang sakit karena dikhitan. Ihsan sudah merencanakan kalau saya datang nanti ia berharap bisa bermain tenis bersama dia. Ia ingin kebahagiaan pertemuan keluarga besar kami, termasuk Mbahnya dari Sukabumi tidak terganggu karena rasa sakitnya.

Ah, memang Ihsan selalu punya alasan untuk melakukan sesuatu. Saya merasakan betul bagaimana dalam beberapa hal, beberapa momen ia selalu mengemukakan alasan yang kadang tidak terpikirkan oleh kami sebagai orang tuanya tapi akhirnya cukup masuk akal. Bangga rasanya mengikuti perkembangannya dari waktu ke waktu. Selalu ada cerita dari kesehariannya. Bahagia walaupun kami belum bisa bersama-sama, kami selalu mensiasatinya dengan terus menjalin komunikasi yang baik dan berkualitas. Sehingga tidak ada rasa kehilangan yang terlalu berarti buat dia, walaupun kami akui tentu ada hal yang memang tidak dia dapatkan seperti dalam keluarga-keluarga lain pada umumnya.

Mendengar prosesi khitannya berlangsung saja sudah cukup membuat saya berkaca-kaca. Alhamdulillah dia termasuk anak yang sabar dan tahu apa yang harus dia lakukan dan dalam kondisi seperti apa. Memang dia tidak menghindari rasa sakit dan tangisan, tapi dia cukup bisa menahan agar prosesi itu tetap berjalan dengan baik dan lancar. Buktinya, walaupun dia hanya ditunggu oleh Uminya dia tidak meronta kesana kemari. Dia sempat baca basmallah, istighfar, dan shalawat. Dan prosesinya berjalan lancar... car... car...

Dan sekarang, walaupun masih terasa sakit, tapi tangisan keras itu sudah tidak ada. Kalaupun sakit ia hanya mengeluarkan air mata tanpa suara. Tenang ya Nak... Sekarang Ihsan tinggal menunggu kesembuhan. Ihsan harus lebih mandiri dan lebih rajin lagi ibadah, shalat, dan ngaji ya... Salam sayang selalu dari Abi dan Umi. Ihsan adalah anak Abi dan Umi yang selalu bikin bangga. Hebat... (y)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar