Jumat, 17 Januari 2014

Pentingnya Standar dalam Sebuah Keputusan

Ada pelajaran penting dari satu acara study tour yang saya ikuti di sebuah sekolah. Pada tulisan ini saya akan membicarakan masalah pemilihan guru yang akan ikut mendampingi peserta didik, karena guru hanya sebagian yang diikutkan. Memang terdengar masalah kecil, akan tetapi bagaimana pun hal ini akan berimbas besar kalau tidak dikelola dengan baik. Inilah yang saya dengar desas desusnya saat beberapa hari sebelum berangkat study tour. Banyak yang mempertanyakan, atas dasar apa pemilihan yang dilakukan? Karena ternyata dilihat dari sudut mana pun tidak ada standar yang bisa dipertanggungjawabkan.


Peserta didik yang melaksanakan study tour saat itu adalah kelas bawah (kelas 1,2, dan 3), dengan jumlah peserta kurang lebih 250 anak. Sementara kelas atas (kelas 4, 5, dan 6) akan melaksanakan study tour sekitar seminggu kemudian. Idealnya, kalau memang komitmennya guru akan diikutkan semua, maka harusnya ikut semua. Tapi, kalau memang tidak memungkinkan lebih baik guru dibagi dua, yang ikut bersama kelas bawah tidak ikut dengan kelas atas, begitupun sebaliknya. 

Namun, apa yang terjadi? Tiba-tiba muncul nama guru-guru yang diberi kesempatan ikut bersama ke tempat wisata tersebut. Yang muncul 23 guru dari 30 guru yang ada. Itu artinya, ada sekitar 7 guru yang tidak ikut, berarti pada stady tour yang kedua ada guru yang ikut double, dua kali. Ini menurut saya tidak adil. Sementara, ketika diperhatikan kembali ternyata guru-guru yang ikut ada juga yang ngajar di kelas atas dan justru ada yang ngajar di kelas bawah tapi tidak diikutkan. Begitulah kenyataannya dan itu pula yang memunculkan pertanyaan besar dari teman-teman.

Menurut saya, seharusnya pimpinan punya kebijakan yang bisa dipahami. Toh, membuat standarnya kan cukup mudah. Paling tidak, ada dua alternatif yang bisa meredam semua gejolak dan prasangka buruk.
  • Yang pertama, buat standar yang jelas, bahwa guru yang akan ikut mendampingi anak-anak kelas bawah adalah wali kelas dan guru bidang study kelas bawah. Berarti untuk wali kelas dan guru kelas atas akan diikutkan nanti ketika stdy tour kelas atas. Jadi, tidak ada yang ikut 2 kali kecuali koordinator dan pimpinan, asal tetap tahu apa yang harus dikerjakannya selama di jalan dan ketika sampai di sana, jangan cuma santai dan tidak ngapa-ngapain.
  • Yang kedua, kalaupun tidak dibuat standar maka ikutkanlah guru semuanya. Jangan berpikir kalau nanti tidak ada sisa anggaran yang bisa dibagi, toh semua bisa ikut merasakan jalan-jalan bersama anak-anak saja sudah bagus.
Yang terjadi kemarin dan harus dievaluasi dan dikoreksi adalah:
  1. Pemilihan guru pendamping yang hanya didasarkan pada naluri dan perasaan semata.
  2. Pemilihan guru pendamping karena alasan kedekatan atau pertemanan atau kasarnya berdasarkan geng-nya. 
Itulah beberapa hal yang sedikit janggal dan harus dibenahi berikut dengan saran yang sudah saya kemukakan. Semoga apa yang saya sampaikan ini menjadi sedikit pelajaran untuk menghindari adanya kesalahpahaman, gap, ataupun ketidakharmonisan dan buruk sangka. Insya Allah.
Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar