Kamis, 09 Januari 2014

Menentukan Prioritas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prioritas mempunyai arti yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain. Misalnya, mana yang harus didahulukan antara kerja dan shalat, antara anak dan panggilan Allah, antara wajib dan sunnah, dan seterusnya. Pengetahuan akan prioritas sangat menentukan sukses atau tidaknya seseorang dalam pekerjaan serta sukses tidaknya seseorang dalam menjalani kehidupan ini.

Kenapa pengetahuan tentang prioritas sangat diperlukan? Karena tanpa pengetahuan dan kejelian dalam menentukan prioritas biasanya seseorang terjebak pada hal-hal yang tidak penting dan tidak punya nilai apa-apa. Sepertinya dia sibuk sekali akan tetapi tidak ada hasil apapun yang bisa dilihat dan dirasakan. Inilah kenapa pengetahuan tentang prioritas ini begitu penting. 

Ada beberapa kejadian penting di sebuah lembaga yang membuat saya sering tertawa geli. Hal ini berkaitan dengan ketidakjelian seorang pemimpin dalam menentukan prioritas, mana yang harus didahulukan mana yang bisa dibelakangkan. Mana yang harus segera dilaksanakan dan mana yang masih bisa ditunda untuk beberapa saat atau beberapa waktu. Suatu ketika di hari Jum'at siang lembaga itu seperti biasa mengadakan rapat bersama para karyawannya. Dalam rapat itu banyak permasalahan yang bergulir, di antaranya tentang kipas angin yang rusak di beberapa ruangan. Seorang peserta rapat bertanya kepada pimpinan lembaga tersebut,"Ibu pimpinan, kami mohon kipas yang rusak di beberapa ruang agar di perbaiki, karena kalau tidak di ruang atas kami merasa sangat panas dan itu kurang kondusif buat belajar!" Besoknya, apa yang terjadi? Apakah kipas diperbaiki atau tidak? Ternyata yang dibeli adalah keset. Lucu kan, "minta kipas dikasih keset". Jaka Sembung beli combro, ga nyambung bro... hehe...

Ada lagi sebuah cerita dimana di lembaga ini sudah beberapa bulan terakhir dispensernya rusak. Kami tidak bisa mendapatkan untuk hanya sekedar ngopi. Pada suatu rapat, salah seorang karyawan menyampaikan tentang kondisi dispenser dan kapan mau dibelikan yang baru. Ternyata, jawabannya tidak memuaskan, sehingga terkesan bahwa itu sebagai barang yang mahal. Di sisi lain, diketahui dari seorang teman kalau lembaga ini sudah membeli kamera dengan harga lebih kurang 6 juta. Di sinilah ironisnya, seolah pimpinan tidak bisa memilah mana barang yang harus dibeli terlebih dahulu dan mana barang yang bisa ditunda pembeliannya. Di sini jelas, dispenser merupakan kebutuhan sehari-hari dan bahkan setiap saat, dengan harga yang relatif murah tapi bilang tidak ada budget/uang, tapi di sisi lain, kamera yang harganya relatif mahal dan digunakan hanya di momen-momen tertentu saja justru malah yang diprioritaskan.

Dari dua kejadian di atas, rasanya kita sudah bisa melihat mana yang lebih penting dan mana yang biasa-biasa saja. Efek dari salah menentukan prioritas ini ternyata lumayan besar. Karena ternyata hal ini membuat antipati para karyawan atau pegawai yang tidak puas dengan keputusan pimpinan. Bagaimana untuk mengetahui prioritas dari sekian banyak kepentingan? Mudah saja sebenarnya, cukup dengan membuat list kebutuhan lembaga, kemudian urutkan kebutuhan itu dari mulai yang sangat penting, penting, biasa, tidak penting, sampai kepada hal yang sangat tidak penting bahkan membahayakan, merusak atau bahkan akan kontra produktif atau sia-sia. 

Kalau kita mengambil analogi hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka sebuah kebutuhan bisa diurutkan mulai dari yang wajib, sunnah, mubah, makruh, sampai haram. Lakukan yang wajib dan sunnah, sesekali yang mubah, dan tinggalkan yang makruh apalagi haram. Penentuan prioritas ini dalam melakukan pekerjaan sangat penting agar pekerjaan yang kita lakukan betul-betul kita lakukan sesuai dengan manfaatnya, bukan ngasal. Hindari perbuatan yang sia-sia apalagi kalau dibenci atau dilarang oleh agama. Sehingga pekerjaan kita akan efektif dan tidak membuang-buang sumber daya yang ada. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar