"Lebih baik mantan preman daripada mantan ustadz"
Suara adzan Subuh tadi pagi benar-benar membuatku tersentak. Suara yang datar sama sekali tidak ada lagunya dengan beberapa kesalahan yang lumayan fatal membuatku membuka telinga lebar-lebar sambil sedikit malas-malasan di tempat tidur. Saya sempat menggerutu dalam hati, kenapa orang yang tidak bisa berani-beraninya mengumandangkan adzan? Padahal adzan hakikatnya adalah panggilan Allah? Berbagai perasaan muncul yang bermuara pada sikap sok bisa dan rasa suudzdzon.
Namun, tiba-tiba saya tersadar dan mulai berpikir lebih jernih. Tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul di benak saya. Siapa yang lebih baik, dia yang bangun lebih awal dan menunggu datangnya shalat Subuh walaupun harus adzan dengan suara belepotan? Ataukah saya yang justru mrungkel bermalas-malasan di tempat tidur dan beberapa waktu tidak ikut shalat berjamaah Subuh? Pertanyaan ini membuat saya bangkit dan berteima kasih kepada orang yang adzan tadi. Ia sungguh sudah menyadarkan saya yang selama ini mempunyai kualitas ibadah yang justru menurun.
Tahukah Sahabat, siapakah orang yang adzan tadi? Dia adalah orang yang selama ini dikenal di daerah kami sebagai -maaf- "preman". Dia cukup ditakuti oleh orang-orang sekitar kami. Tapi, sungguh luar biasa beberapa minggu belakangan ini ia rajin berjamaah, terutama Maghrib, Isya, dan Subuh. Mungkin inilah yang disebut dengan hidayah. Saya tidak pernah membayangkan dia akan jadi se"'alim" sekarang. Saya ikut bersyukur menyaksikan perubahan ini. Bahkan, saya menjadi tersentuh dan teringatkan betapa di saat saya yang notabene sedikit banyak sempat belajar agama justru kualitas ibadah terus menurun, sedangkan orang-orang seperti dia sedang berusaha sekuat tenaga untuk mendekat kepada Allah. Subhanallah...
Alhamdulillah, ia adalah orang yang sudah membuat separuh kesadaranku untuk menjadi lebih baik tiba-tiba muncul kembali. Saya tidak lagi mempermasalahakan apakah adzan dia salah atau benar, yang lebih penting adalah upayanya untuk lebih baik yang energinya benar-benar saya rasakan. Tentu, hal ini bukan berarti mengabaikan kesalahan-kesalahan yang ada. Kesalahan pada saat yang tepat memang harus ada yang membetulkan, hanya saja jangan sampai teguran atas kesalahannya justru menjadikan dia mundur dan tidak kerasan lagi untuk lebih dekat dengan masjid dan belajar Islam lebih baik. Memang, lebih baik mantan preman daripada mantan ustadz. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar