September
27, 2011
Yusuf,
seorang manajer HRD sebuah sekolah swasta ternama di wilayah Bogor,
belakangan uring-uringan karena harus menjalani kerja tambahan
merekrut beberapa guru baru untuk berbagai bidang studi. Rupanya, 3
bulan terakhir banyak guru mundur dengan berbagai alasan. Padahal mereka adalah
guru terbaik di bidang studi masing-masing.
Naufal,
misalnya, guru matematika yang 4 bulan lalu mendapat penghargaan sebagai
guru terbaik se-Jadebotabek, harus keluar dengan alasan merasa tak mendapatkan
gaji dan benefit yang sesuai dengan pengabdian dan prestasinya. Sementara
Nayya, wakil kepala divisi Teknologi Informasi yang dikenal sebagai guru muda
yang kreatif dan inovatif di kalangan sejawatnya, keluar dengan alasan banyak
ide-ide kreatifnya tak diacuhkan oleh manejemen tanpa alasan yang jelas.
Sedangkan Dzaky, guru tampan nan energik yang berperan sebagai guru
bahasa Inggris sudah tak tahan dengan gaya ketua Yayasan sekolah yang galak dan
hobi memarahi di depan umum.
Kejadian di sekolah tersebut sudah jadi fenomena umum di banyak sekolah.
Kisah banyaknya mutasi guru seharusnya dicermati dengan baik dan dicarikan
solusinya. Sebab kasus seperti ini sangat merugikan siswa. Meski tampak mudah mencari guru, tetapi sebenarnya banyak
kerugian yang dialami sekolah dalam contoh kasus tersebut.
Apa saja kerugiannya?
Perhatikanlah, ada biaya untuk mencari penggantinya
(rekruitmen guru), ada pula biaya pelatihan guru penggantinya. Belum lagi
resiko kehilangan anak didik dan relasi yang telah dibina oleh guru mundur
tersebut.
Selain itu, secara psikologis rekan kerja akan kehilangan moril karena
ditinggalkan guru itu. Bisa juga kehilangan rahasia sekolah yang mungkin
sekarang dibocorkan oleh guru tersebut kepada sekolah lain. Serta jangan lupa,
kehilangan reputasi sekolah dan hilangnya kepercayaan orang tua murid. Sebab
setiap guru yang meninggalkan sebuah sekolahnya akan menjadi dutanya, entah
tentang kebaikan atau keburukan.
Lantas dimanakah letak kesalahan sekolah? Dan apa solusinya?
Kesalahan terbesar bagi para pemilik sekolah dan manajemen sekolah adalah
karena mereka tidak memperlakukan guru secara manusiawi. Tidak memberikan
penghargaan yang sepantasnya. Para guru tidak diberikan perhatian dan
pelayanan yang baik yang semestinya mereka terima. Padahal guru bagi sebuah
sekolah bukan hanya sebagai asset berharga yang harus “dirawat”, tapi juga
sejatinya guru adalah mitra khusus yang strategis bagi manajemen dan pemilik
yayasan. Sehingga harus diperlakukan juga dengan khusus.
Meminjam istilah Jacob Oetama,
pemilik sekaligus Presiden Komisaris Kompas Gramedia Grup, dikatakan “kalau
kita ingin sukses, kita harus menge-wongke
wong” (mengorangkan orang). Artinya, menganggap semua orang adalah penting.
Sebenarnya, alasan guru keluar tidak melulu karena soal gaji yang kecil dan
tidak sepadan dengan prestasi kerja, tetapi lebih pada penghargaan yang kurang
diberikan oleh sekolah. Guru hanya dianggap sebagai “mesin” yang terus
digunakan tanpa memperhatikan soal “hati”nya. Tentu saja guru tidak akan
kerasan berlama-lama berkarya di sekolah seperti itu.
Nah, agar kasus seperti yang dialami sekolah di mana Yusuf bekerja tidak
terjadi pada sekolah yang anda pimpin, maka anda harus pastikan bahwa guru
merasa nyaman. Agar guru merasa nyaman, ada baiknya anda perhatikan haal-hal
penting berikut ini;
1. Menghargai guru.
2. Membuat dan merealisasikan komitmen
kepada guru.
3. Sistem penggajian yang lebih baik
dan adil.
4. Saling memberi antara guru dengan
manajemen.
Jadi, bagi para pemilik yayasan atau pemimpin, bersikaplah untuk selalu
memikirkan kesejahteraan guru dan keluarganya. Dalam bahasa gaulnya, “ente tolong pikirin sekolah ane, biar ane
mikirin kebutuhan keluarga ente”.
Pun sebaliknya bagi para guru, teruslah bekerja dengan memberikan kemampuan
yang terbaik untuk menghasilkan kinerja yang maksimal. Itulah sinergi kekuatan
yang dahsyat untuk tampil sebagai yang terbaik. Guru nyaman. Pemilik yayasan
sekolah juga nyaman. Lahirlah siswa dengan prestasi hebat. Dijamin tak akan ada
guru yang meninggalkan sekolahnya, kecuali sampai pada masa pensiunnya.
Kuncinya kenyamanan. Sederhana bukan?
Selamat
mencoba.
Salam
Pendidikan!
YKSI
http://konsultansekolah.blogspot.com/2011/09/membuat-nyaman-guru.html