Pernahkah Anda
tersinggung? Sebuah pertanyaan yang terlihat sepele tapi pada kenyataannya bisa
mengukur tingkat kedewasaan dan sikap mental kita. Apakah kita sudah cukup
dewasa dalam menyikapi berbagai persoalan hidup dari mulai yang terkecil sampai
persoalan-persoalan besar atau belum. Saya pernah tersinggung, mungkin juga Anda. Tapi,
seiring bertambahnya kebijakan diri kita maka semakin rendah pula tingkat
ketersinggungan kita. Karena, tua itu pasti tapi dewasa itu pilihan. Banyak
sekali orang yang sudah "senior" dari segi usia tapi masih sangat "junior"
dalam menyikapi masalah.
Rasa tersinggung sering membuat energi kita terkuras. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita
terhadap sikap orang lain. Ketika
tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan
memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari
ketersinggungan adalah habisnya waktu kita hanya untuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Boleh jadi orang yang kita pikirkan sikapnya sudah tidak lagi memikirkan kita.
Berawal dari rasa tersinggung, biasanya yang muncul adalah kemarahan. Dan kalau sudah marah biasanya kata-kata menjadi tidak terkendali. Pada akhirnya banyak orang yang akan kena imbasnya, banyak orang di sekitar kita yang akan tersakiti akibat dari kemarahan kita. Selain itu, stress pun akan meningkat.
Apa yang menyebabkan seseorang mudah tersinggung? Ketersinggungan
seseorang timbul karena menilai dirinya lebih hebat, merasa pintar,
berjasa, baik, tampan, merasa sukses, ingin dihormati dan disanjung. Singkat kata, orang yang mudah tersinggung adalah orang yang sombong. Kalau kita flashback, kenapa Rasulullah SAW tidak marah ketika dicaci maki, dihina, dan disakiti oleh kafir Quraisy dan orang-orang Thaif? Ya, dengan mudah kita bisa menjawab, karena Rasulullah SAW jauh dari sifat-sifat ujub dan takabbur (kesombongan).
Maka, siapapun kita, dengan jabatan dan status sosial apapun, kalau mau hidup nyaman, jauh dari kemarahan dan stress, jauhilah sifat sombong sehingga kita tidak mudah tersinggung.
Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan.
Pertama, jangan anggap diri kita paling hebat.
Sebab utama yang menyebabkan Iblis dikeluarkan dari surga adalah karena kesombongannya. Ia merasa dirinya lebih hebat dan lebih mulia dari Adam as. Kalau kita sudah merasa bahwa diri kita lebih hebat, lebih mulia, lebih tinggi jabatan dan status sosialnya, maka ketika ada sedikit saja sikap orang lain yang menunjukkan ketidakhormatan pada kita, maka kita akan cepat tersinggung. Oleh karena itu, sadarilah betul bahwa kita ini adalah manusia biasa yang pasti di samping punya kelebihan kita juga punya kekurangan. Kalau kita mengetahui sesuatu, mungkin ada orang lain yang lebih tahu. Kalau kita menduduki jabatan tertentu, mungkin ada orang lain yang lebih tinggi jabatannya. Kalau kita punya kekayaan sampai batas tertentu, mungkin masih ada orang lain yang lebih kaya. Bahkan di atas semua itu ada Allah yang Maha segalanya. Yang boleh sombong hanyalah Allah SWT. karena memang Dialah Pemilik segalanya.
Apapun yang terjadi di dunia ini, ada orang kaya ada orang miskin, ada yang jabatan tinggi ada yang jabatan rendah, semua itu tidak menunjukkan bahwa sebagian lebih mulia dari sebagian yang lain. Semua itu hanyalah bentuk pembagian tugas semata. Tugas kita adalah bekerja maksimal sesuai dengan posisi dan tugas kita masing-masing.
Kedua, ingat kebaikan orang lain, lupakan kebaikan kita. Sebaliknya, ingat keburukan kita, lupakan keburukan orang lain.
Resep ini sangat manjur agar kita tidak mudah tersinggung. Kita akan sadar, bahwa sebaik-baiknya kita, kita masih punya keburukan dan kesalahan, sebaliknya, seburuk-buruknya dan sesalah-salahnya orang lain tentu masih ada kebaikan yang pernah diperbuatnya. Allah SWT. mengingatkan : "Maka janganlah kalian merasa diri paling suci, Dia lebih Tahu siapa yang bertaqwa."
Ketiga, kita
harus berempati.
Yaitu, mulai
melihat sesuatu tidak dari sisi kita semata. Perhatikan kisah seseorang yang tengah
menuntun gajah dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah
tersebut.
Yang di depan
berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia didorong
dan dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang
perjalanan, orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah.
Karena itu, kita
harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah tersinggung cari seribu satu
alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai
alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan
kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri.
Keempat, anggap kritikan sebagai bentuk perhatian.
Banyak orang yang memandang kritik yang mereka terima sebagai bentuk penghinaan atau upaya untuk menjatuhkan. Padahal, kalau kita pikir lebih jauh, kritikan adalah bentuk pengingatan kepada kita agar tidak terjerembab pada kesalahan yang lebih fatal. Terima kritik dengan senyuman, kemudian perbaiki sikap kita yang memang salah. Insya Allah semua itu akan membuat kita lebih baik.
Barangkali masih banyak cara atau trik agar kita tidak mudah tersinggung. Tapi, apapun itu, yang paling penting adalah tekad kita. Apakah kita mau benar-benar memperbaiki diri atau tidak. Semua terpulang kepada diri kita masing-masing.
Tinggalkan diri yang mudah tersinggung, dan..... Selamat berbahagia dan menikmati hidup yang penuh dengan keindahan.
Wallahu a'lam...:)