Kamis, 29 Maret 2012

Anak dan Entrepreneurship

Hari Ahad (25/3) yang lalu, sebelum berangkat kuliah saya sempat mendengar talk show di TV One yang mengangkat kasus seorang anak SD kelas 3 bernama Siti yang sehari-harinya harus bersusah payah berjualan bakso guna membantu ibunya yang single parent juga untuk uang jajannya. Sekilas mungkin orang yang melihat akan iba dengan kondisi itu, bahkan mungkin akan menuding sang ibu kalau ia sudah mengeksploitasi anaknya yang nota bene yang masih di bawah umur. Saat itu dihadirkan juga ibunya, anaknya dan juga saudara perempuannya sebagai penerjemah/penjelas. Di samping itu, hadir pula Ayah Edy (Edy Wiyono) sebagai pakar parenting dan holistic learning. 

Pembicaraan pagi itu memang menjadi clear dengan adanya Ayah Edy, walaupun duo presenter saat itu sempat berkali-kali (entah karena scrift atau memang pandangan mereka) lebih mengarahkan pada pandangan bahwa sang ibu telah mengeksploitasi si anak. Bahkan saya yakin para pemirsa ada yang memandang Siti dari sudut pandang iba dan rasa kasihan, karena dia masih kecil sudah harus berjibaku mencari "nafkah" sendiri.

Ayah Edy melihat kasus ini dari sisi yang sangat positif dan tentunya menggugah semangat siapapun yang mendengarnya. Beliau mangatakan bahwa apa yang dilakukan Siti ini adalah bagian dari pembelajaran entrepreneurship bagi Siti. Beliau mengingat kembali tentang apa yang dilakukannya ketika masih kecil yang nota bene sama dengan Siti ini. Belajar berdagang dan berjualan kepada teman sebayanya di sekolah. 

Setiap orang mempunyai jiwa entrepreneur yang kalau itu dilatih sejak kecil akan menjadikan mereka entrepreneur tangguh dan akan menjadi bagian dari solusi keruwetan bangsa ini yang sedang berusaha mengurangi pengangguran di segala lini. Dengan banyak bermunculannya kaum muda yang menjadi pengusaha mereka tidak lagi menambah pengangguran di negeri ini justru mereka akan merekrut para pekerja dan mengurangi pengangguran. Bahkan kalau kita tilik lebih jauh ke belakang, Rasulullah SAW pun adalah seorang entrepreneur sukses dan beliau sudah terjun ke dunia entrepreneur ini sudah semenjak beliau masih muda, kurang lebih pada usia 12 tahun. 

Dengan pandangan positif ini, Ayah Edy ingin mengajak kita semua agar jangan melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang negatif. Karena hal itu akan melemahkan semuanya. Melemahkan orang tua juga melemahkan anak itu sendiri. Maka dengan sudut pandang ini, semua pihak akan merasa terkuatkan dan tidak menjadi jiwa pengemis yang hanya ingin dikasihani dan diberi. Dengan jiwa entrepreneur seseorang dididik untuk mempunyai jiwa yang kuat dan pantang menyerah. Jiwa yang selalu berusaha dan pantang putus asa. Dan jiwa yang pengasih dan pemberi. Bukankah Rasulullah SAW telah mengatakan: "Tangan di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan di bawah (penerima)."

Jadi, kesimpulannya, tidak masalah kita sebagai orang tua menganjurkan kepada anak untuk belajar berdagang, asalkan jangan sampai merampas hak mereka untuk bermain, bersosialisasi dan hak mereka untuk belajar. Semua harus diatur secara proporsional sehingga semua bisa berjalan dengan baik dan tidak ada yang dirugikan. Kalau kita kekurangan jangan ajarin anak kita rendah diri dan ketidakberdayaan, tapi ajarkan mereka untuk selalu berusaha, insya Allah kesuksesan hanya tinggal tunggu waktu saja. Semua akan indah pada waktunya asalkan kita mengikuti prosesnya dan memantaskan diri untuk dapat mencapainya.

Wallahu a'lam... Salam Sukses Sahabat...:)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar