Kamis, 29 Maret 2012

Kelapangan Hati

Judul di atas biasanya digunakan untuk menunjukkan orang yang hatinya senantiasa lapang menghadapi berbagai masalah atau perbuatan orang terhadap dirinya. Sebagai ilustrasi, ada cerita yang barangkali bisa menginspirasi Sahabat sekalian...

Suatu hari, seorang pemuda datang kepada seorang bijak dengan muka yang kusut, tidak bergairah, dan sepertinya menyimpan kemarahan dan rasa dendam. Pemuda itu menceritakan berbagai rasa sakit hatinya kepada banyak orang. Ia meminta nasihat kepada Sang bijak tersebut agar ia bisa melepaskan rasa sakit hatinya itu. Selama ini ia sudah berusaha untuk menghilangkannya, akan tetapi hasilnya nihil. 

Tanpa banyak berkata, Sang bijak memerintahkan kepada si pemuda tadi untuk mengambil gelas kecil yang diisi air putih dan segenggam garam. Lalu disuruhnya pemuda itu untuk memasukkan segenggam garam tersebut ke dalam segelas air dan mengaduknya. Sang bijak meminta agar Sang pemuda meminum air yang sudah bercampur garam tersebut. Ia pun meringis keasinan. Sang bijak bertanya kepada si pemuda,"Anak muda, bagaimana rasanya air tersebut?" Pemuda itu menjawab,"Sangat-sangat asin...dan sungguh tidak enak.."

Kemudian, tanpa berkata panjang lebar Sang bijak pun mengajak si pemuda untuk pergi ke sebuah danau yang sangat luas dengan air yang sangat jernih dengan membawa segenggam garam. Sesampainya di sana Sang bijak meminta si pemuda untuk menaburkan garam yang ia bawa ke atas danau tersebut, dan disurunya pemuda itu untuk meminum air danau tersebut. Sang bijak bertanya,"Bagaimana rasanya air itu pemuda? Apakah seperti rasa air yang ada di gelas tadi?" Pemuda itu menjawab,"Oh, sama sekali tidak. Air ini tidak terasa asin dan rasanya sangat menyegarkan."

Sang bijak pun tersenyum seraya berkata,"Nah, begitu juga dengan hatimu wahai pemuda. Kalau hatimu sempit maka kamu akan sangat mudah tersinggung dan tersakiti oleh perkataan atau perbuatan orang lain di luar dirimu. Sebaliknya, kalau hatimu luas seperti danau tadi, maka kamu sama sekali tidak akan mudah tersakiti oleh perilaku orang di luar kamu dan hidupmu akan dipenuhi dengan kebahagiaan."

Cerita di atas cukup memberi arahan kepada kita bahwa yang menjadikan kita sakit hati atau senang hati sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Kalau kita mampu menguasai hati kita dan tidak membiarkan orang lain mengatur hati kita maka kita tidak akan mudah tersinggung dan tersakiti. Hati yang luas, kelapangan dada dan sikap husnudzdzan meniscayakan kita menjadi manusia yang betul-betul bisa merasakan indahnya hidup ini dan justru menjadikan setiap upaya dari luar yang ingin menyakitinya atau bahkan mencelakainya sebagai bahan pembelajaran untuk menggapai kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup ini. This is the road to success...

Salam sukses Sahabat... Sampai jumpa di artikel berikutnya....
Wallahu a'lam...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar