Jumat, 23 Maret 2012

Berhenti Menyalahkan

Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita menyaksikan orang yang menyalahkan keadaan, orang atau kejadian di lingkungannya sebagai biang keladi dari kegagalan apapun yang ia alami. Sebagai contoh, banyak orang yang hidup miskin kemudian menyalahkan pemerintah yang konon katanya tidak memperhatikan wong cilik. Hidupnya susah gara-gara pemerintah menaikkan harga BBM. Dan contoh-contoh lainnya. Anda ngerti kan maksud saya?? 

Nah, hati-hati lho... Kebiasaan tadi adalah kebiasaan orang yang tidak bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Bahkan dalam ilmu psikologi (hehe... maaf kalo sok tau..) kebiasaan menyalahkan orang atau lingkungan luar ini termasuk salah satu penyakit kejiwaan yang disebut dengan excusitis. Orang dengan kebiasaan ini kalau terus menerus memelihara kebiasaannya ia akan sulit untuk menjadi orang yang berhasil dalam hidupnya. Karena ia akan terus menerus ketergantungan kepada orang lain dan lebih sibuk menyalahkan keadaan dibandingkan dengan memanfaatkan potensi dan kemampuan dirinya untuk kemajuan dan kesuksesan dalam hidupnya. Karena kesuksesan adalah milik orang yang berani mengambil tanggung jawab untuk kesuksesan dirinya dan tidak menggantungkan semua pada orang lain.

Kebiasaan ini sebenarnya tidak muncul begitu saja, konon ia terbentuk sejak kecil. Ini berawal dari kebiasaan orang tua yang mengajarkan anaknya untuk menyalahkan lingkungan sekitarnya. Perlu bukti??? Bukankah Sahabat sering melihat ketika seorang anak jatuh dan nangis, maka untuk menghentikan tangisannya itu orang tuanya akan memukul meja dan menyalahkannya bahkan kadang kodok juga ikut disalahkan. Niatnya sih memang baik, yaitu agar anaknya tidak nangis lagi. Memang untuk sementara cara ini cukup manjur untuk menjadikan anaknya berhenti menangis.Tapi secara tidak sadar orang tua sedang mengajarkan kepada anak bahwa segala kegagalan itu penyebabnya bukan dirinya, akan tetapi unsur-unsur yang ada di luar dirinya. Dan kalau tidak ada penyadaran dari diri si anak tersebut maka "pengajaran" orang tua ini akan terus terbawa sampai tua. Dan orang dengan sifat ini alih-alih mengambil tanggung jawab, ia lebih suka melempar tanggung jawab kepada orang lain. Jadilah ia pengeluh dan pecundang yang lebih suka meratapi hidupnya. Dan Sahabat harus ingat, sifat ini adalah sifat yang berbanding terbalik dengan sifat orang sukses.

Maka, mulai dari saat ini, detik ini, STOP untuk menyalahkan keadaan, menyalahkan lingkungan maupun menyalahkan orang lain. Mari kita tatap masa depan dengan penuh optimisme. yakinlah bahwa Allah SWT telah memberikan potensi akal dan diri yang luar biasa yang bisa kita maksimalkan untuk menjadi manusia yang luar biasa dan mempunyai prestasi hidup yang membanggakan. Beranilah bermimpi . Apapun keadaan sahabat saat ini, Tuhan mempunyai banyak cara untuk menjadikan Sahabat menjadi orang sukses. Yang paling penting adalah apakah kita mau atau tidak? Apakah kita berani bermimpi atau tidak dan berusaha untuk mewujudkannya?? Bukankah Allah SWT berfirman dalam hadits qudsinya: 
"Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku..."
Maka, jadilah orang yang selalu berprasangka baik kepada Allah, kepada kehidupan, kepada lingkungan dan kepada diri kita sendiri. Beranilah menetapkan tujuan dan target hidup yang baik dengan niat yang baik, karena Allah akan menunjukkan jalan-Nya kepada kita. Insya Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar