Selasa, 13 Maret 2012

Tua Itu Pasti, Dewasa Itu Pilihan

Mungkin kalimat itu yang tepat melihat perseteruan beberapa individu yang ada di sekitar saya. Untuk menjadi tua seseorang tidak perlu belajar, karena tiap hari hitungan umurnya terus bertambah -berarti jatah hidupnya berkurang- dan menjadi tambah tua. Akan tetapi untuk bisa menjadi orang yang siap untuk menyikapi keadaan hidup dengan bijak dan dewasa memerlukan riyadhah (latihan). Sering terjadi ada seseorang yang bertambah usianya tapi tidak bertambah kedewasaannya, ia masih cenderung seperti anak-anak dalam menyikapi masalah yang ada. Sebaliknya ada sebagian orang yang usianya relatif muda tapi ia bisa cukup tenang dan dewasa dalam menyikapi masalah yang menghadangnya.

Hari ini saya menemukan fakta itu. Dua orang yang saya ketahui sudah berumur terlibat dalam adu cekcok dan emosi karena hal yang menurut saya sepele. Masalahnya, jadwal ujian mata pelajaran guru itu di hari terakhir ujian. Guru itu pun entah bercanda atau serius mengungkit itu. Ia awalnya menimpali temannya yang bertanya, "Bu, nggak ada koreksian ya...?" Begitu kira-kira pertanyaannya. Ia pun jawab,"Ia nih, jadwalnya terakhir terus." Sambil ia menunjuk jadwal yang ditempel di papan sebagai buktinya.

Pembicaraan itu pun didengar oleh sang ibu ketua panitia, ia pun marah besar sambil memukul meja. Banyak yang ia ungkapkan sebagai ungkapan kemarahannya. Ibu tadi pun bingung, karena mungkin maksud dia tidak untuk mengungkit atau marah sama sang ibu ketua ini. Hanya saja karena mungkin kondisi ibu ketua ini sedang dalam kondisi yang kurang baik, maka ia pun emosi.

Dari sini saya pun belajar, bahwa tidak setiap ucapan atau perilaku kita bisa dipahami dengan baik oleh lawan bicara kita. Karena itulah kita harus pandai untuk belajar merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kita harus belajar berempati. Kita harus belajar memberikan rasa simpati kepada orang lain. Sehingga hal itu bisa meminimalisir kesahpahaman di antara kita, baik itu sebagai saudara, teman, tetangga ataupun yang lainnya. Mungkin saja bahwa gesekan itu sekali-sekali terjadi, akan tetapi kalau itu diterima dengan lapang dada ataupun dengan sikap yang dewasa maka kita bisa menahan atau mengurangi rasa emosional kita dan bisa masalah apapun bisa diselesaikan pada waktu itu juga tanpa menjadikannya berlarut-larut.

Masalah merupakan bagian dari dinamika hidup yang menjadikan hidup dan kehidupan kita menjadi indah dan berwarna. Saudaraku... Berterima kasihlah terhadap masalah yang menimpa kita. Besar ataupun kecil, mudah maupun rumit. Semua itu harus kita sikapi dengan sebijak-bijaknya dan sebajik-bajiknya karena dalam setiap masalah yang timbul di sana Allah SWT memberikan peljaran yang sangat berharga buat kita. Janganlah kita menghindari masalah yang ada, setiap masalah akan membuat kita semakin dewasa. Maka seyogiyanya kita mengatakan, "Thank you problem...". Masalah dan ujian yang kita terima, apapun itu, adalah cara Allah untuk menjadikan derajat kita lebih tinggi dari sebelumnya, kalau kita lulus melewati masalah, ujian atau cobaan itu dengan baik.

So, Sahabat, mari kita jalani hidup ini dengan tenang dan terus belajar untuk menjadi insan terbaik sesuai dengan yang digariskan oleh Allah SWT. Caranya dengan menjadikan tujuan utama kita adalah mardhotillah dengan manjadikan Muhammad SAW sebagai role model-nya. Insya Allah kita akan selamat dunia akhirat.

Wallahu a'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar