Sabtu, 24 Maret 2012

Berdamai dengan Pikiran

Pagi ini, setelah saya menunaikan kewajiban berkomunikasi bersama Tuhan saya.. (Maapin Ya Allah... Please.. saya agak kesiangan), karena libur saya sedikit santai di sekolah sambil nyicil menulis raport yang akan dibagikan Rabu mendatang. Perut saya mulai memanggil dengan manja agar saya mengisinya. Saya pun pergi ke depan untuk membeli nasi uduk. Maunya lengkap dengan telur, ternyata telur "bulat" tidak ada. Si Mbaknya sempat menawarkan telur ceplok yang bisa ia buatkan dengan mendadak. Saya pun mengiyakan. Tapi, si Mbak ternyata berubah pikiran, ia menawarkan telur asin yang tersedia di etalasenya. Saya pikir daripada menunggu lebih baik telur asin saja laah.. Saya membawa nasi uduk plus telur asin tersebut dengan bayangan saya akan makan enak NU+telur asiin.. Mantaaaap...

Sampai di ruang kantor, saya nyalakan TV dan bersiap untuk menyantap hidangan lezat.. (hehe... agak lebay). Saya buka nasinya kemudian prek saya memukulkan telur asin ke ujung meja, saya pocel kulit telurnya daan... apa yang terjadi sauddara sauddara... saya pun kecewa, karena telur asin tersebut ternyata sudah busuk. Dan hilanglah bayangan kenikmatan yang tadi saya bangun di pikiran saya. Sebenarnya kalaupun saya mau komplain dan menukar telur tersebut dengan yang baru atau dengan telur ceplok mata sapi pun saya kira boleh, hanya saja karena saya ga enakan saya tidak melakukannya. Saya lebih memilih berdamai dengan pikiran saya dan menikmati hidangan yang ada dan menyetel mindset saya bahwa itu saja sudah enak kok.

Awalnya memang kurang enak, tapi ketika saya mulai berdamai dengan pikiran saya, menyetel dan mengubah pikiran yang tadinya berpikiran bahwa hanya dengan telur makan saya bisa enak saya ubah menjadi.. tidak pakai telur juga bisa enak.

Cerita ini sedikit mengilustrasikan bahwa apapun dalam hidup ini, yang namanya enak tidak enak, senang-susah, bahagia-merana, nyaman ataupun tidak nyaman, semuanya adalah masalah mindset. Itu adalah kerja pikiran. Kalau kita mau menikmati hidup ini, kalau kita ingin hidup kita diliputi kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan maka pandai-pandailah menset atau mengatur pikiran kita agar tetap dalam kondisi bisa menerima keadaan yang kita lalui, apapun itu. Rekayasalah pikiran kita sehingga kita selalu nyaman menjalani setiap momen yang kita lalui. Kalau dalam bahasa Arvan Pradiansya -penulis buku Life is Beautiful dan The 7 Laws of Happiness- caranya adalah dengan bersyukur dengan cara Cherish every moment, merasakan setiap momen/ setiap keadaan yang kita lalui.

Sebagai contoh, kalau kita hanya bisa makan dengan tempe dan tahu, pikirkanlah bagaimana nasib orang-orang yang jangankan makan nasi plus tempe-tahu makan saja dua hari sekali, misalkan. Kalau gaji kita hanya Rp. 700.000/bulan syukuri itu dan pikirkanlah bahwa masih banyak orang-orang yang kerjanya harus lebih keras dari kita tapi hanya mendapat upah 300 ribu atau 400 ribu perbulan. Dan banyak lagi contoh lainnya.

Tapi, contoh tadi tidak dimaksudkan untuk mengajari Sahabat RTS agar bersantai ria dengan kondisi yang ada. Tetaplah berusaha menjadi lebih baik. Teruslah berkreasi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih dari yang kita dapatkan hari ini. Karena hal itu yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Hanya saja barengi itu semua dengan pikiran yang baik, rasa syukur dan sabar, qonaah dan penerimaan. Melihat kepada yang lebih rendah dalam hal materi menjadikan kita manusia yang bersyukur, tapi di sisi lain ia memberi kekuatan kepada kita untuk berusaha lebih baik agar bisa membantu mereka yang kekurangan dan menjadikan mereka berdaya.

Selamat berbahagia sahabat... Tetap tone in bersama saya di Road to Success http://amirbahagia.blogspot.com.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar