Sabtu, 31 Maret 2012

Filosofi Roti Buaya

Pagi tadi saya ikut menghadiri acara pernikahan teman saya di Benda Barat 8, Hilda namanya. Saya memang diminta untuk membacakan ayat suci Al-Qur'an sebagai pembuka sebelum pelaksanaan akan nikah. Setelah saya baca Al-Qur'an adalah sambutan dari perwakilan pihak calon pengantin laki-laki. Pada sambutan itu, beliau menjelaskan apa-apa saja yang dibawa dan diserahkan kepada pihak mempelai wanita. Di antara isi sambutan itu yang menarik bagi saya adalah tentang filosofi dari roti buaya yang kebetulan menjadi salah satu bawaan sang pengantin laki-laki. Beliau mengatakan bahwa adanya roti buaya (beliau menyebutnya roti buaya-buayaan) menurut para leluhur/para orang tua paling tidak mempunyai 2 filosofi:

Pertama, bahwa buaya jantan itu kalau betinanya sedang hamil ia akan betul-betul menjaganya dengan sekuat tenaga. Ia tidak akan membiarkan apapun yang kira-kira akan mengganggu sang betina tersebut. Ia sangat siaga dan begitu peduli. Ini memberikan pelajaran kepada kita baik pengantin baru ataupun pengantin lama bahwa seharusnya terutama bagi seorang suami untuk benar-benar bertanggung jawab kepada isterinya. Jangan pernah membiarkan ataupun menyia-nyiakan isterinya. Lindungi ia, sayangi dan cintai ia dengan sepenuh hati. Jangan pernah sakiti ia. Jangan pernah membuatnya terluka. Ia adalah tempat dimana kita menabur benih kemuliaan, tempat kita beroleh anak yang shaleh yang akan mendoakan kita saat kita di dunia bahkan saat kita sudah terbaring di tempat peristirahatan kita. Anak shaleh yang lahir dari rahim isteri kita bisa jadi ia akan menjadi sebab kita masuk surga.

Kedua, buaya itu kalau dia mangap saja maka lalat dan berbagai macam serangga akan masuk ke dalam mulutnya dan itu akan menjadi santapannya dengan begitu mudahnya. Hal ini memberi gambaran harapan dan doa semoga kedua mempelai nantinya dimudahkan dalam mencari rezekinya guna menjadi bekal hidup dan membina anak-anaknya menjadi generasi berpendidikan dan berguna.

Pada kesempatan lain, entah dimana saya sudah lupa, saya pernah mendengar bahwa di antara filosofi roti buaya itu salah satunya adalah bahwa buaya itu kalau ia sudah kawin dengan satu pasangan, maka seumur hidupnya ia tidak akan mencari pasangan lainnya. Ini memberi pelajaran tentang arti sebuah kesetiaan terhadap pasangan kita. Lebih kurangnya itu hal yang wajar karena memang setiap manusia itu punya kelebihan dan kekurangan. Maka sebagai manusia denga kelebihan dan kekurangan itu diharapkan kita akan saling menutupi satu sama lain. Saling membantu dan saling mengayomi antara satu dengan lainnya. 

Yaa... apapun penfsirannya yang paling penting ambil saja ibroh kebaikannya yang akan membuat kita semakin saling mengahargai satu sama lain. Sehingga bangunan cinta itu akan tetap utuh bukan saja sampai tua atau meninggal bahkan lebih jauh dari itu yaitu sampai keduanya dan keluarganya menghadap Allah SWT. Semoga semuanya bisa berkumpul dalam kebaikan, cinta, dan kasih sayang serta ada dalam naungan dan ridho Allah SWT. Amiin...

Wallahu a'lam...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar