Selasa, 20 Maret 2012

Membangun Kesungguhan

"Man jadda wajada."

Ungkapan ini mungkin sudah tidak aneh lagi terutama di kalangan pondok pesantren. Ungkapan ini merupakan salah satu hafalan (mahfudzaat) yang wajib di hafal oleh para santri di beberapa pesantren besar di Indonesia. Ungkapan yang berarti "Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan sukses (berhasil)" ini, mulanya tidaklah se-booming sekarang, bahkan mungkin efeknya tidak setajam sekarang. Apa pasal? Mahfudzaat ini menjadi begitu bertenaga dan hampir semua orang di seantero negara ini tahu yaitu setelah diangkat oleh A. Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara, yang kemudian novel tersebut diangkat menjadi sebuah film dengan judul yang sama.


Saya sudah jauh jauh hari memiliki novel tersebut, tapi terus terang saya belum sempat membacanya dengan tuntas. Saya baru membaca pembukaannya saja. Melihat sinopsisnya saya sudah sedikit paham jalan ceritanya dan apa yang dikehendaki oleh sang penulis. Alhamdulillah, kemarin, saya sempat menonton Negeri 5 Menara versi filmnya di XXI BSD Plaza. Walaupun terlambat hampir 45 menit tapi saya masih mendapatkan intisari dan semangatnya.

Pelajaran yang diambil dari sebuah film, novel, atau apapun itu biasanya bersifat objektif, tergantung siapa yang menilai dan dari sudut pandang mana ia melihat. Dari film ini saya mendapatkan poin-poin yang insya Allah sangat bermanfaat bagi saya. Secara sederhana saya bisa mengungkapakan beberapa pelajaran yang saya dapatkan dari film Negeri 5 Menara tersebut:

Pertama, siapapun yang menginginkan sukses maka ia harus bersungguh-sungguh. Bersungguh-sungguh memperjuangkan sebuah cita-cita merupakan harga yang harus dibayar dari sebuah kesuksesan yang ingin kita capai. Tanpa itu boleh jadi sebuah cita-cita hanyalah akan menjadi sebuah impian kosong di siang bolong. Maka di samping kita berdo'a maka usaha, ikhtiar dan kesungguhan menjadi bagian yang memang tak terpisahkan dari proses yang kita jalani.

Kedua, tidak penting seberapa tajam alat yang kita pakai, yang lebih penting adalah kesungguhannya. Dalam film ini digambarkan seorang guru yang membawa bambu ke dalam kelas dengan sebilah pedang yang tumpul. Akan tetapi dengan terus menerus dan sungguh-sungguh untuk memotongnya maka sang Ustadz ini bisa memotong walaupun harus bersusah payah. Artinya, jangan pernah menjadikan alasan-alasan kekurangan sebagai dalih bagi kita bahwa kita tidak bisa meraih sukses dengan kekurangan-kekurangan tersebut.

Banyak orang yang menjadi terpuruk karena alasan dia orang miskin, ada orang yang berkata bahwa ia tidak berhak sukses karena ia memiliki kekurangan fisik. Atau banyak alasan-alasan yang lain sebagai "pembenar" atas ketidakmauannya untuk berusaha dalam mencapai kesuksesan. Padahal pesan dari film ini sungguh jelas bahwa kemiskinan, kecacatan, kekurangan apapun yang dimiliki janganlah menenjadi alasan untuk tidak berhasil dalam menggapai cita-cita kita. Bunktinya sudah banyak orang-orang dengan berbagai kekurangannya tapi ia bisa sukses. Mungkin Sahabat sudah tahu bagaimana kisah He Ah Lee dari Korea seorang anak dengan Lobster Syndroomnya dan terlahir hanya memiliki 4 jari tangan dan kaki yang hanya sebatas lutut, tapi dengan usahanya yang keras ia berhasil menjadi pianist dunia. Di Indonesia, ada yang namanya Ramadithya Adikara, seorang tuna netra tapi ia berhasil menjadi orang yang sukses dengan keterbatasannya, bahkan ia bisa menulis sebuah buku berjudul "The Blind Power". Belum lagi Habibie seorang anak yang tidak bisa jalan dari kecil sampai usia dewasa tapi ia punya semangat yang tinggi, sampai-sampai ia bisa menjadi internet marketer, motivator dan menjadi penulis buku yang berjudul "Kelemahanku adalah Kekuatanku". Dan masih banyak contoh-contoh lainnya.

Kalau mereka yang kekurangan saja bisa, apalagi Anda yang terlahir dengan fisik yang sempurna dan otak yang cerdas.

Ketiga, jangan pernah menyerah dengan rintangan apapun yang meghalangi upaya kita menggapai impian besar kita. Menyerah berarti kalah. Rintangan, cobaan, ujian dan bahkan kegagalan adalah hal biasa dalam sebuah perjuangan sukses. Hal ini adalah harga bayar dari cita-cita besar tersebut. Dan, berita baiknya bahwa berbagai rintangan itulah yang nantinya akan menjadi kisah yang membuat kita tersenyum nantinya, dan cobaan-cobaan itulah yang membuat kesuksesan kita begitu berarti. Tanpa rintangan, tanpa cobaan atau kegagalan dalam mendapatkan kesuksesan maka ia akan menjadi hampa. Bahkan J.P. Vaswani, seorang motivator dari India, mengatakan bahwa kesuksesan dengan kegagalan itu ibarat dua sisi mata uang, kedua-duanya harus ada. Tergantung kitanya, kalau kita berhenti ketika gagal dan tidak mau bangkit maka kita akan jadi pecundang. Sebaliknya, kalau kita berusaha bangkit dari kegagalan dan keterpurukan kita maka kita akan menjadi orang yang lebih sukses.

Keempat, ini mengingatkan saya pada sebuah buku dari seorang motivator legendaris dunia, Napoleon Hill, dalam sebuah bukunya "Think and Grow Rich", bahwa untuk mencapai sebuah kesuksesan kita memerlukan sebuah kelompok yang disebut "Kelompok Master Mind". Kelompok ini diperlukan dalam rangka saling mendukung untuk terus mengingatkan impian yang sudah kita sematkan di dada kita. Tanpa orang yang mengingatkan kadangkala kita lupa dengan tujuan besar kita. Maka disinilah Kelompok Master Mind ini menemukan momentumnya.

Mungkin masih banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari film ini, tapi paling tidak kita bisa mengambil semangat agar kita terus berjuang menggapai sukses kita. Selamat berjuang Sahabat!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar