Sabtu, 07 April 2012

Guru Pemarah?? Gak Zaman...!!!


"guru pemarah ? YA AMPUUUUN -

naaah lo tau gak, gue juga pernah BETE gr2 guru. sampe2 gue dieeeeem aja ampe pulang sekolah gr2 saking sewotnya ama itu guru. itu guru nih ya, galaknya MASYA ALLAH ! cepet marah banget. masa iya, hampir 1 kelas gak ngerti apa yg dia ajarin, dia marah sih. mending lah kalo 1, 2 orang, lah ini sekelas yang ga ngerti, berarti dia kan yg jelasinnya gak jelas. aduuuuh, Ibu aya2 wae. akhirnya korbannya papan tulis diketok2 pake spidol gr2 dia jlasin dengan keselnya wkwkw.

jadi gini, kan gue ngumpulin lks, eh salah jawabannya. terus gue ganti, eeeh dia malah makin marah, dan gak bilang kalo jawaban gue itu salah, yaa kan gue mana tau ya, ge kira itu guru belom meriksa. gue lagi ngomong kan ya, baru dikit, belom aja selesai, eeeeeh dia udah nyerobooooot mulu. hampir 3x tuh ngomong di serobot mulu. gimana gue gak kesel. padahal gue cuma mau tanya "bu, ini bener gak ? udah saya ganti soalnya", heeet itu guru udah marah2 aje . -_- .malah kesalahan gue pake di umbar2 sekelas, malu2in aja. mending kalo cuma gue yg salah, orang banyak ko, cuma itu guru baru meriksa punya gue aja. abis dah tuh gue di sindir2. oang mah namanya murud ga ngerti di jelasin gitu kek, ini marah2 aja.

naah dia juga sering bgt bgt bgt bgt  NGAMBEK !! kaya anak kecil aja. bilangnya "ibu gak mau ngajarin kelas ini lagi. terserah kalian mau gimana. kerjain tuh LKS sendiri." eeeh padahal besok2nya juga ngajar2 juga, plaaaak..

ya ampun harus sesabar apa ya ngadepin guru ini. heeem malah dia ngajar pelajaran yang susah lagi. yaaa mudah2an lama2 guru ini sadar lah, kalo dia tuh terlalu pemarah dan bisa lebih sabar, bisa lebih ngertiin kalo anak2 gabisa 1 kelas, yaa berarti cara ngajar dia yg gaenak..

yaudah, untuk semua kelas 9 , bersabarlah dengan guru ini yaa wkwkw. 
ikhlaskan saja .
iyakan saja apa yang dia katakan hoho.
dengerin saja apa yg dia jelasin.
toh mau gamau, kita juga harus ngerti pelajaranya,
 inget aja, kalo sebenernya kita butuh bgt jasa dia..
oke :)"
http://ernisoktaviani.blogspot.com/2012/01/guru-pemarah-ya-ampuuuun.html

Tulisan di atas adalah salah satu isi dari blog seorang teman yang masih duduk di kelas 9. Sebagai seorang pendidik saya sengaja mencantumkan tulisan ini dengan tujuan agar saya dan juga Sahabat yang berprofesi sebagai guru agar bisa menilai diri sebagai seorang guru secara objektif. Jangan hanya menilai dari sisi kita sebagai guru saja, tapi rasakan juga dengan rasa empati kita bagaimana perasaan peserta didik yang kita ajari. Saya pikir tulisan di atas bisa mewakili anak-anak peserta didik kita yang kita hadapi hampir setiap hari di kelas.

Coba kita perhatikan dengan baik apa yang ditulis teman kita ini! 

1) Pada paragraf pertama, dia menyampaikan bahwa gurunya terlalu cepat marah. Ini tidak pantas bagi karakter seorang guru, karena guru itu mestinya mempunyai jiwa yang stabil, tidak mudah marah, apalagi sampai membawa permasalahan di rumah ke sekolah. Karena pada akhirnya yang jadi korban kemarahan adalah orang-orang yang tidak tahu apa-apa.

Selain itu, banyak guru yang menyalahkan anak dan ia marah karena peserta didik tidak paham terhadap apa yang disampaikannya. Padahal boleh jadi ketidakpahaman anak itu justru karena kita yang tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Dan yang jadi korban selain peserta didik biasanya papan tulis dan meja.

2) Pada paragraf kedua, Ernis menunjukkan bahwa kemarahan gurunya membabi buta. Kadang kita memarahi anak didik kita tapi kita tidak mau memberitahu apa sebenarnya yang menjadi kesalahnnya dan apa harus dilakukan oleh anak didiknya. Berikutnya, kita juga sering kali tidak mau memberi kesempatan kepada anak untuk berbicara atau memberikan alasan atas kekhilafan yang mereka lakukan. Kita maunya menang sendiri mentang-mentang jadi guru seolah apa yang kita lakukan semuanya benar tanpa cacat. Inilah cara pembelajaran yang jadul yang masih berpusat pada guru (teacher oriented), padahal pembelajaran saat ini sudah berpindah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented).

Kadang kita juga sering mengumbar kesalahan sebagian anak kepada teman-teman yang lainnya sehingga anak itu merasa malu dan bahkan mungkin sakit hati dan merasa rendah diri. Ini akan membawa anak pada tingkatan stres dan mungkin akan menorehkan rasa sakit hati pada anak.

3) Pada paragraf ketiga, benar kata Ernis, kita kadang seperti anak kecil. Seringkali kita mengatakan kalau kita tidak mau mengajar lagi di kelas itu karena anaknya nakal-nakal tapi besoknya tetap saja kita masuk. Bagaimana anak didik mau percaya wong kitanya sering berbohong. Cobalah kita belajar dewasa, guru yang tidak konsisten dalam kata dan lakunya tidak akan bisa menjadi panutan anak didik.

Paragraf-paragraf berikutnya berisi "nasihat" buat kita guru-guru untuk bercermin pada diri dan kemampuan diri kita, jangan sampai karena kita tidak menguasai pelajaran terus yang menjadi korban justru anak yang dimarahi. Malu dong sama anak-anak kita, mereka juga kan bisa menilai mana guru yang menguasai pelajaran dan bisa mengajar serta mana guru yang asal-asalan dan sama sekali tidak pantas menjadi seorang guru. 

Semoga kita bisa menjadi guru yang patut untuk digugu dan ditiru. Baik dari akhlak, sikap, pengetahuan, dan juga semangat kita dalam menjalani semuanya. Semoga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar