Jumat, 06 April 2012

Yang Dikenang

Dalam hidup ini kita seringkali terjebak dengan fatamorgana dunia. Sehingga kita sering masuk dan terjebak dalam satu lingkaran ketidakpastian. Mencari bahagia tapi yang kita dapatkan justru derita. Mencari senang tapi yang kita raih malah nestapa. Lingkaran inilah yang kemudian membawa kita pada perasaan stress dan frustasi yang tak berujung.

Saat kita berharap kita akan dihormati saat kita berada di atas, eeh... malah yang ada hanyalah cacian demi cacian. Mungkin kita berpikir, bahwa ketika kita punya uang akan banyak orang yang membantu dan mendekati kita, tapiiii... apa yang terjadi? Ya memang banyak yang mendekati dan membantu kita, tapi, belangnya mereka kemudian ketahuan ketika kita sudah tidak lagi dalam posisi di atas ataupun dalam posisi berada dan ber"uang".

Rasa ikhlas sepertinya sangat sulit untuk diraih. Bagai sebuah pepatah "Seperti mencari jarum di tumpukan jerami". Sebegitu susahkah mencari orang yang berbuat ikhlas? Ataukah justru malah sudah hilang sama sekali? Saya kira masih banyak orang-orang yang betul-betul menjalani hidup ini dengan ikhlas. Kalaupun susah barangkali hanya karena cermin kitanya saja yang kotor dan perlu dibersihkan dengan sebersih-bersihnya.

Saya percaya bahwa di dunia ini yang namanya Law of Attraction itu memang ada. Karena sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyebut ini dengan hukum alam. Terlepas pro kontra tentang kebertuhanan orang yang memakai hukum ini, dalam Islam sendiri kita pasti sudah paham betul bahwa ada satu hadis qudsi yang jelas-jelas memfirmankan: "Aku (Allah) adalah sesuai dengan prasangka hamba-hambaKu kepadaku". Artinya kalau kita berpikir baik, maka yang terjadi juga akan baik. Kalau kita berpikir buruk maka keburukan juga yang akan menimpa kita. Ini jelas, dan sangat-sangat jelas. Wong... Allah kok yang memfirmankan.. Kurang percaya apa kita. Oleh karena itu, jangan heran kalau ada orang kecil yang punya mimpi besar dan ia terus memelihara mimpinya dengan baik, maka lambat laun, di saat yang tepat ia akan menjadi sosok yang mengejutkan karena berhasil meraih mimpi yang dulunya orang bilang tidak mungkin.

Tapi, di sinilah hukum ketertarikan itu menemukan momentumnya. Maka, orang baik akan selalu menemukan tempat baik, teman baik, pemikiran baik dan momentum-momentum kebaikan demi kebaikan. Karena darah yang mengalir deras dalam dirinya, pikiran yang memantul kencang di dalam kepalanya, perilaku yang terlihat dalam kesehariannya menarik semua potensi kebaikan yang ada di lingkungan sekitarnya. Subhanallah... Maha Suci Allah yang telah menggerakkan segala sesuatu yang ada di jagat raya ini dengan keMaha Kuasaan-Nya yang tak terhingga.

Orang yang selalu bersandar kepada-Nya yang Maha Besar dia akan tumbuh menjadi orang-orang besar.

Dari sini saya ingin katakan, menjadi orang yang dihormati dan dikenang itu tidak harus karena kekuasaan yang kita raih, status sosial yang tinggi ataupun banyaknya rupiah ataupun dollar yang kita miliki. Kita menjadi orang yang dihormati dan dikenang itu justru karena keikhlasan kita untuk bersandar kepada Allah yang Maha terhormat, Maha Tinggi dan Maha Besar. Maka apapun jabatan atau status sosial kita, jadilah orang yang senantiasa ingat kepadanya, berbuat karena-Nya dan berperilaku sesuai dengan aturan-Nya.

Saya teringat pada sebuah kisah kehilangan yang menimpa "kami" di sini, di SD Islam At-Taqwa Pamulang tempat saya mengabdikan diri. Beberapa bulan yang lalu kami -terutama saya- sempat kehilangan seseorang yang luar biasa dedikasinya pada pekerjaan yang ia jalani. Mungkin banyak orang yang tidak begitu menghargai pekerjaan ini. Dia seorang satpam di sekolah kami. Tapi yang membuat ia berbeda dengan orang-orang lain yang mempunyai pekerjaan serupa adalah dedikasinya yang luar biasa terhadap pekerjaan yang ia jalani.

Ia sudah datang ke sekolah pada saat jam baru menunjukkan pukul 05.00, saat yang lain mungkin masih tertidur pulas. Dan ia pun baru pulang saat yang lainnya sudah pulang semua. Luar biasa... ini belum pernah terjadi pada satpam sebelumnya yang kerjanya cenderung asal-asalan.

Yang membuat saya lebih kehilangan lagi karena dia selalu siap kapanpun saya minta tolong untuk diantar kemanapun saya ada keperluan, seperti kuliah, mengantar ke TPA atau bahkan untuk sekedar wisata kuliner memanjakan sang perut ini.

Singkat cerita, suatu pagi di hari Kamis -yang saya lupa tanggalnya- seperti biasa saya setelah nginap di sekolah biasanya saya pulang dulu ke rumah sebentar diantarkan oleh beliau hanya untuk mengganti pakaian. Saya tunggu beliau sampai jam 5.30 beliau tidak kunjung datang juga. Saya pun pulang berjalan kaki. Sesampainya lagi di sekolah, sekitar pukul 06.30 saya dikejutkan oleh kabar dari salah seorang guru yang mengatakan bahwa pak satpam kita meninggal dunia. Sontak kami pun tertegun karena tidak percaya atas kepergian beliau yang bagi kami begitu cepat dan tiba-tiba, padahal kemarinnya beliau masih tugas seperti biasa.

Tangis kami pecah saat secara resmi pihak sekolah mengumumkan dan mendoakan beliau yang telah pergi untuk selama-lamanya. Sebagian besar kami guru-guru dan sebagian besar anak-anak terlarut dalam haru yang tak terperikan. Inilah yang membuat saya begitu kagum dengan kondisi ini. Ternyata walaupun jabatan dia sering dianggap remeh ternyata kalau itu dikerjakan dengan ketulusan dan keikhlasan hati serta dilakukan dengan kesungguhan ternyata efeknya luar biasa. Banyak di antara kami yang merasa kehilangan. Dan banyaknya yang merasa kehilangan inilah yang menjadi bukti bahwa untuk menjadi orang besar dan dikenang yang diperlukan bukanlah jabatan tinggi ataupun status sosial yang aduhai akan tetapi kesungguhan dalam menjalani setiap pekerjaan yang kita ampulah yang menjadi ukurannya.

Kawan... Mari kita tingkatkan etos kerja kita. Jangan merasa rendah karena pekerjaan kita yang dianggap rendah. Karena ketinggian kesungguhan, keikhlasan dan keistiqomahan dalam menjalankannyalah yang bisa membuat kita begitu tinggi di bidang apapun kita berada. So... Semangat!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar