Selasa, 17 April 2012

Melukis Matahari (2)


Kita harus yakin Sayang, bahwa kita dipertemukan oleh-Nya dan bukan kebetulan. Karena sejatinya di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Dia telah merencanakannya dengan sangat rapi. Awalnya kita seolah dipertemukan oleh kedua teman kita, namun setelah itu kita mencoba menjalin komunikasi dengan intens. Kita berusaha mencari setitik alasan agar kita bisa bersatu.

Sejak kita mulai mencoba untuk serius, dengan niat baik yang ada di hati kita, terpaan badai itu mulai terasa dari mulai pelan, sedang, kencang, dan semaaakin kencang. Tapi "kebebalan" kita sudah menjadikan kita mampu bertahan sampai tiba masa itu. Kehadiranmu dalam hidupku telah menjadikanku yang penakut menjadi seorang pemberani. Aku pun mulai heran dengan perubahan ini, tapi aku tetap menikmatinya. Aku seolah tidak pernah mengalami halangan waktu ataupun tempat. Semua menjadi begitu indah. Semua tersenyum melihatku.

Proses itu seakan begitu cepat. Waktu datang seolah tak berjarak. Semua tergulung oleh kuasa cinta. Hari, jam, menit dan detik telah hilang entah kemana. Tiga bulan kita berkelana di lorong waktu, sampai kita mengambil satu keputusan besar dan berani dalam hidup kita.

Dan...

Dengan kuasa-Nya, akhirnya kita berjanji sehidup semati untuk menyongsong bahagia bersama dalam bingkai cinta dan kasih sayang-Nya. Dalam hati yang bimbang -bukan karena kita ragu akan cinta kita masing-masing- kita benar-benar sudah mengambil sebuah resiko sangat besar dalam hidup kita. Cucuran air mata begitu deras mengalir setelah itu. Kita seolah menghempaskan tubuh kita pada karang yang begitu besar di hadapan kita. Tubuh kita dipenuhi luka yang besar menganga dihiasi simbahan darah yang perih menyakitkan. Tapi, kita tetap melangkah dengan keyakinan besar bahwa suatu saat nanti air mata dan darah itu akan berubah menjadi samudera bahagia. Entah kekuatan apa yang menjadikan kita begitu kuat waktu itu. Kita tidak mau orang tua kita kecewa karena ulah kita. Kita tetap meyakinkan mereka yang kita cintai bahwa kita akan baik-baik saja.

Hmmm... Sayang, masih segar dalam ingatan kita, beberapa hari setelah simpul itu kita buat, ada orang yang berusaha untuk mengurainya kembali. Kita dipaksa untuk tidak bersama. Dan kamu dibuat agar ketergantungan yang besar kepada dia. Aku tetap bertahan walaupun sakit sudah menyelimuti tubuh ini. Aku juga tetap meyakinkan diri ini bahwa apapun yang kamu lakukan tentang hal yang menyakitkan itu semata-mata karena keterpaksaan. Dan aku selalu berdoa semoga Allah selalu menjagamu dari segala marabahaya yang tidak pernah kita harapkan itu. Aku terus menguatkan diri dengan membayangkan sebuah kisah yang dialami oleh seorang isteri dari Bapaknya para Nabi, yaitu ibunda Sarah yang sempat berada dalam penguasaan seorang raja Mesir yang lalim. Karena kekuasaan Allah SWT iapun selamat dari tipu dayanya. Aku jadi begitu berbesar hati mengingatnya. Atas nama-Nya dan dengan izin-Nya.

Sayang... masih ingat kan saat kita berpindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain hanya karena ingin mendapatkan ketenangan dan kenyamanan. Bayangkan, dalam setahun kita sampai 7 kali pindah kontrakan. Kalau ada yang nyatet bisa jadi rekor MURI kali...Hehe... Kita dikejar-kejar seperti buronan. Kita dicari untuk "diadili". Padahal apa salahnya denga pernikahan kita ya... Kayak ga ada kerjaan aja. Kita pernah sempat mau ditemukan oleh orang jahat itu. Ia sudah di depan kontrakan kita Sayang! Aku waktu itu serasa akan dicabut nyawa sama malaikat maut. nafasku sudah tidak karuan. Sedih, takut, marah dan sebagainya bercampur jadi satu. Untung saja kamu waktu itu bisa calling teman kita di kamar sebelah untuk mengalihkan perhatian orang itu dan memberi tahu teman di belakang agar teman yang di belakang mempersiapkan motor untuk membawa kita menghindari orang itu. Ya Allah... benar-benar capeknya waktu itu, takuuut banget. Itu terjadi di penghujung 2004, kalau tidak salah 31 Desember. Untung saja sehari sebelumnya kita sudah mencari kontrakan dan sudah DP di daerah Serua Indah. Sungguh dramatis waktu itu. Tapi tak apalah, karena kita selalu meyakini bahwa apa yang kita alami itu selalu merupakan bagian dari upaya kita melukis matahari yang lebih indah.

Ya, semuanya jadi pengalaman yang sangat berharga. Lebih mahal dibandingkan harga emas dan berlian. dari perjalanan itu aku juga bisa mempelajari lebih jauh tentang dirimu. Dirimu yang kadang meletup-letup, kadang begitu heroik dan berani, tapi kadang pula begitu lemah. Dari sini kita bisa saling mengisi kelebihan dan kekurangan kita. Hehe... jadi ingat, kadang hal kecil bisa jadi bahan percekcokan kita, tapi itu ga pernah lama ya? 

O iya... tiap kali kita pindah rumah kontrakan, selalu saja ada tetangga yang baik yang perhatian kepada kita. Masih ingat kan ada "Ibu Cianjur", "Ibu Medan" dan "Ibu Garut". Selalu saja ada sisipan kebahagiaan di sela-sela kesedihan kita. Itulah kasih sayang Yang Maha Kuasa yang patut kita Syukuri. Kita harus tetap sabar dalam membuat goresan lukisan matahari kita. Kita tidak akan pernah menyerah untuk membuatnya semakin "bersinar". Wallahu a'lam...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar