Rabu, 11 April 2012

Siapakah Orang Dewasa Itu?

Pada tulisan saya bulan yang lalu, saya pernah menulis tentang sikap seorang teman saya yang tidak bisa menahan emosinya ketika di kantor, saya mengungkapkan satu jargon: Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Hal ini kembali terjadi di pagi hari ini dengan orang yang berbeda. Saya heran saja kenapa sampai-sampai hal ini harus terjadi padahal awalnya hanya hal yang sepele. Bermula dari perpindahan tempat duduk dan meja, berujung dengan ketegangan yang membuat kami terhenyak. Saya dan juga teman-teman yang lain banyak yang menyayangkan kenapa hal ini mesti terjadi. Kan semunya bisa dibicarakan dengan baik-baik. Apalagi ini kan hal kecil.
Saya mengira hal ini ada hubungannya dengan lingkungan di mana beliau berada. Boleh jadi karena kemarahan yang terpendam dari rumah. Mungkin marah kepada anaknya. Mungkin marah kepada istrinya atau orang-orang sekitarnya yang kemudian terbawa ke sekolah. Terpendamnya rasa marah yang berkepanjangan juga dapat memicu kemarahan dan bom waktu pada saat kemarahan yang dipendamnya sudah overload. Bahkan walaupun pemicunya hanya hal kecil yang seharusnya tidak jadi masalah kalau dalam kondisi normal.
Selain itu, saya juga melihat bahwa ini bisa terjadi karena kurangnya komunikasi dengan sesama teman di kantor. Jarangnya ia bercengkrama -yang dengannya ia bisa memahami sikap dan tabiat teman-teman- juga bisa memicu adanya konflik dan kemarahan. Yang saya tahu memang beliau jarang sekali ada di kantor untuk duduk-duduk ngobrol bersama teman-teman. Ia lebih memilih merokok di kamar OB atau ada di kelas bersama anak-anak atau di depan kelasnya ketika guru lain sedang mengajar di kelasnya.
Memang, dalam berinteraksi dengan orang banyak, banyak sekali hal yang bisa memicu emosi kita kalau kita tidak bisa menyikapinya dengan dewasa. Lalu, pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan dewasa?
Dalam psicologizone.com, sebagaimana dikutip Eyang Wiki (wikipedia.com), istilah dewasa menggambarkan segala organisme yang telah matang, tapi lazimnya merujuk pada manusia: orang yang bukan lagi anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita dewasa. Saat ini dewasa dapat didefinisikan dari aspek biologi yaitu sudah akil baligh, hukum sudah berusia 16 tahun ke atas atau sudah menikah, menurut UU perkawinan yaitu 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita dan karakter pribadi yaitu kematangan dan tanggung jawab. Berbagai aspek kedewasaan ini sering tidak konsisten dan kontradiktif.
Seseorang dapat saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik perilaku dewasa, tapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur dewasa secara hukum. Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tapi tidak memiliki kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan karakter dewasa.
Menurut psikologi, dewasa adalah periode perkembangan yang bermula apada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun yang berakhir pada usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak-anak.
Jadi, dewasa sejatinya dilihat dari segi sifat dan sikap dalam menghadapi segenap permasalahan yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Rolan Sihombing dalam artikelnya di kompasiana.com mengatakan, "Kedewasaan sejati terletak di sikap atau attitude, dan bukan pada umur. Seringkali kita berpikir, jika usia yang menua merupakan tanda yang absah dari sebuah kedewasaan. Tetapi ternyata tidak. Usia bukanlah faktor penentu dari sebuah kedewasaan.
Ada ungkapan yang menyatakan: "Our attitude is our altitude." Sifat kita menentuakn seberapa tinggi level kedewasaan kita dalam menyikapi hidup. Ketika kita memprioritaskan kepentingan, kesenangan orang lain di atas kepentingan atau kenyamanan kita sendiri, maka kita sudah dewasa. Dan ketika kita mengarjakan semua tugas dan tanggung jawab tanpa adanya pengawasan dari orang lain yang punya kedudukan lebih tinggi dari kita, maka kita sudah bisa mengatakan kalau kita adalah orang dewasa.
Yang mengherankan adalah seringnya seorang yang dikatakan sudah dewasa tapi ketika menghadapi masalah justru lari menghindari masalah. Tidak hanya cukup sampai di situ, iapun akan menyalahkan orang lain atas masalah yang ia hadapi. Mungkin saja ia menyalahkan orangtuanya, kakak atau adiknya, pasangannya. Atau yang sering dilakukan Fauzi Bowo jika disinggung soal banjir di Jakarta; menyalahkan belum rampungnya masalah pembebasan tanah sekitar proyek Kanal Banjir Timur.
 Jadi, kalau demikian sekali lagi dewasa adalah masalah sikap, bisa jadi seseorang masih muda tapi bijaksana dalam menyikapi masalah yang ada, maka ia bisa disebut dewasa, Atau orang yang sudah tua dari segi usia tapi tidak bijak dalam menghadapi permasalahan hidup maka ia tidak bisa dikatakan sebagai orang dewasa.
Selain itu dewasa juga bisa terlihat dari rasa tanggung jawabnya yang tinggi ketika ia diberi amanah atau tidak mau menyalahkan orang lain ketika ada orang yang mengkritik atas kekurangannya. Wallahu a'lam...:)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar