Jumat, 20 April 2012

Kartini: Antara Pemikiran dan Pemahaman

Tanggal 21 April biasanya diperingati sebagai Hari Kartini, yang diyakini oleh sebagian orang di negeri ini sebagai tokoh emansipasi wanita. Hal ini memang diawali dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Presiden Soekarno) No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. Apapun kontroversi yang terjadi seputar ketokohan Kartini, saya tetap akan menghargai siapa pun yang berjuang untuk kemajuan negeri ini selama berada dalam taraf perjuangan yang patut dihargai, termasuk di dalamnya apa yang diperjuangkan oleh Kartini. 

Akan tetapi, setelah saya membaca beberapa pemikiran R.A Kartini, kesan yang muncul di pikiran saya adalah ternyata yang beliau perjuangkan itu bukanlah hal yang baru. Toh, jaaaauh jauh hari sebelum Kartini mempunyai pemikiran-pemikiran yang dianggap mendobrak, sesungguhnya Islam sudah terlebih dahulu datang dengan konsep emansipasi seperti yang dilontarkan oleh Kartini. Mari kita coba lihat beberapa pemikiran yang dikatakan sebagai pemikiran Kartini:
  1. R.A. Kartini ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Islam datang dengan konsep ini beberapa abad sebelum kelahiran Kartini. Hal ini tercermin dalam sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: "Menuntut ilmu itu diwajibkan atas setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan." Coba cermati lebih jernih lagi, di sana ada kata "diwajibkan". Jadi, ternyata Islam tidak saja membolehkan seorang perempuan untuk menuntut ilmu dan belajar, tapi lebih dari itu "diwajibkan".
  2. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Mari kita pelajari dan hayati ajaran Islam dengan lebih baik lagi, niscaya di sana kita akan menemukan betapa Islam sangat menghargai hak seseorang, termasuk di dalamnya perempuan. Bahkan, sebelum nikah seorang perempuan harus diminta pendapatnya tentang rencana pernikahannya yang akan ditetapkan oleh orang tuanya. Andai adat Jawa kala itu sudah mengenal Islam niscaya Kartini tidak akan mengeluhkan hal-hal semacam ini. Andai pun dalam Islam ada hal yang seolah "merugikan" perempuan itu pun dengan syarat dan argumen yang tidak mudah apalagi terkesan semena-mena. Dari pemikiran Kartini yang ini juga kita harus hati-hati betul karena ada kata-kata "keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa", jangan sampai ada kesan kalau emansipasi yang digagas Kartini ini bertujuan menjadikan kita punya sikap permisif terhadap budaya barat. Hendaklah kita lebih hati-hati dan selektif agar emansipasi dimaknai dengan salah kaprah.
  3. Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah. Miris saya membaca pemikiran yang ini, terutama kalau dibaca oleh orang-orang yang bodoh dan emosional. Islam seperti yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sebagai generasi terbaik sangat menganjurkan umatnya untuk mampu memahami isi Al-Qur'an, karena tanpa memahami isi Al-Qura'an bagaimana seseorang bisa mempraktekkan ajaran Islam dengan benar? Bahkan sebagian sahabat tidak melanjutka membaca Al-Qur'an kalau ayat yang dibacanya belum dipahami dan diamalkan. Selanjutnya, saya ga habis pikir, kata siapa dunia akan damai tanpa agama? Apa karena pemahaman agama beliau yang sempit? Justru sebaliknya kalau agama ada kemudian dipahami, dihayati dan dilaksanakan ajarannya dengan benar niscaya dunia ini akan damai, aman dan sejahtera.
Itulah sebagian pemikiran Kartini yang coba saya kritisi. Mungkin masih banyak pemikiran lain yang belum saya ketahui. Tapi, terlepas dari pendapat saya di atas, intinya kita harus tetap menghargai pendapat seseorang tapi kita juga janga kehilangan otak kritis kita sehingga kita menelan mentah-mentah apa yang dikatakan oleh orang lain. Praktikkan yang memang baik dan benar, jauhi yang memang salah dan tidak baik. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang lebih maju di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Amiiin...:-)

2 komentar:

  1. ya itulah kartini mas, berupaya keluar dari kungkungan adat yang yang membelenggu, seperti Islam yang membongkar adat jahiliyah yang bobrok,dalam statusnya salah seorang teman menyatakan bahwa kartini adalah orang yang galau, dan kegalauannya dia update kepada teman-teman sosialitanya, sehingga teman nya pun mem follow..maafkanlah kekurangan kartini karena memang ia dikekang, tapi apresiasilah curhatan-nya karena tidak semua wanita bisa mengungkapkan hatinya lewat kata-kata...

    BalasHapus
  2. I like this Ustadz... Syukron comment-nya...

    BalasHapus