Senin, 16 April 2012

Melukis Matahari (1)

Sayang, kita pernah berjanji untuk melukis matahari di kanvas hidup kita. Matahari yang menjelma nyata menjadi penerang dalam pekatnya rasa takut. Kita bergandengan tangan merajut asa yang tak kunjung datang.  Saat awan datang mengarak hidup kita yang semakin kelam. Dan kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Aku sering katakan, jangan resah Sayang karena hari tidak selamanya akan kelabu. Ada saat hujan mengguyur deras sang tanah yang lagi merana karena tandus, dan matahari pun akan muncul seiring meredanya sang hujan. Sang Kuasa Alam pun berulang kali mengingatkan lewat lidah para shalihin,"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." Tidak ada satupun janji yang tidak Ia ditepati. Dan luar biasanya, satu kesulitan akan dibayar dengan dua kemudahan. Begitu makna 2 ayat ini kata para cerdik pandai.


Sayang, bukannya aku tidak pernah menangis dengan keadaan ini. Di hadapan manusia aku terlihat begitu tegar, akan tetapi di saat aku sendiri tidak ada orang yang tahu kalau aku ini bersimbah air mata. Allah sudah tahu betul betapa "cengengnya" aku mengahadapi semua itu. Apalagi di awal kita bertemu dan bersatu. Rasanya aku malu saat ini, kenapa aku dulu begitu bodoh. Kenapa aku sampai harus menyalahkan Sang Maha Kuasa atas setiap kejadian yang menimpa kita. Waktu itu aku seolah tak berdaya. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari jerat masalah ini. Tapi, sekali lagi itu dulu, dulu, dan dulu...

Sekarang, ketika aku sebetulnya masih ada dalam pusaran masalah yang sama, aku justru malah tersenyum bangga karena aku punya cerita yang tidak semua orang memilikinya. Jalan hidup kita yang berliku adalah cerita indah kita di masa kini dan di masa yang akan datang. Ia akan jadi cerita sinetron atau layar kaca yang akan jadi box office-nya box office. Tuhan sebagai Sang Sutradara hidup kita sedang asyiknya mereka-reka untuk men-setting cerita bahagia dalam rangkaian kisah kita. Beliau sesungguhnya sudah memberi kita kepingan-kepingan bahagia itu dalam perjalanan panjang ini. Mari kita lihat dan rasakan ya.. betapa sayangnya Dia kepada kita. Pernahkah sayangku rasakan... Anak kita yang lucu itu, ia sudah menutup hampir semua luka yang pernah kita alami. Ocehannya, kepintarannya, rasa ingin tahunya juga kekritisannya dalam memandang apapun yang ia temui sering kali membuat kita tertawa, kaget, heran dan tersenyum gembira. Apakah ini bukan bahagia sayang. 

Dahulu, saat ia masih dalam kandungan dan saat ia masih belum bisa berbicara, kita sering berkata kepadanya kalau ia adalah pahlawan kita. Dan sekarang kita yakin bahwa ternyata memang benar ia betul-betul pahlawan seperti yang kita kumandangkan dalam doa dan harapan kita. Sungguh luar biasa kan Sayang..?

Yang paling penting dari semua proses ini adalah pembelajaran hidup. Pelajaran ini tidak akan pernah kita dapatkan di sekolah manapun bahkan kalau kita sekolah sampai setinggi apapun. Tahu nggak Say... Saat aku bersamamu di awal rajutan cinta itu, mungkin orang yang melihat dari dekat akan tahu kalau aku adalah orang terapuh sedunia. Aku memang dari kecil rasanya tidak pernah merasakan masalah yang berarti dalam hidup ini. Sejak SD sampai kuliah rasanya hidupku mulus tanpa hambatan. Prestasi akademik pun terbilang lumayan bisa dibanggakan. Tapi, setelah kita bersatu dan terpaan masalah begitu besar, aku pun jadi tahu kalau prestasi akademik ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah hidupnya. 

Selang beberapa bulan dengan berbagai macam cobaan dan masalah yang ada aku jadi merasa lebih punya tenaga dalam menghadapi hidup ini. Aku berkesimpulan, ternyata masalah, cobaan dan ujian hidup adalah obat termanjur untuk bisa menjalani hidup dengan kekuatan yang prima. Masalah itu menguatkan. Setelah aku mulai kuat dengan masalah yang ada, aku mulai bisa mencari celah bagaimana caranya agar aku bisa tetap berbahagia walaupun berada dalam tekanan seberat apapun. Dan, alhamdulillah Tuhan telah mengilhamkannya. Aku bisa mendapatkan bahagia walaupun lahirnya terlihat mempunyai banyak masalah. Aku sangat senag dengan anugerah ini dan bisa tersenyum lebar selebar-lebarnya. Dan sampailah aku pada kesimpulan yang begitu berarti bagiku, "Kebahagiaan itu adanya di sini, di dalam hati dan pikiran ini." Kebahagiaan adalah masalah olah pikir dan olah hati. Kalau kita sudah mampu mengatur pikiran dan hati kita untuk senantiasa berpikir dan berperasaan positif maka semua yang akan kita temui adalah kebaikan yang akan melahirkan kebahagiaan. Dan puncaknya adalah terletak pada KEYAKINAN kita kepada Allah, Sang Pengatur seluruh jagat raya beserta isinya ini. ia yang Maha Kuasa atas segalanya. Semakin kita yakin semakin tenanglah kita. Semakin yakin semakin kuatlah kita. Semakin yakin maka semakin bahagialah kita. Maka kita harus memperbaiki tauhid kita agar kita bisa menjadi orang mukmin yang bisa istiqomah di dalam menjalani keimanannya. Bagi orang mukmin yang istiqomah tidak ada lagi ketakuatan dan kesedihan di dalam dirinya karena ia punya Sandaran Yang Maha Kuat dan Maha Bisa Menyelesaikan setiap permasalahan. Dialah Allah SWT. 

Sayang, seorang mukmin itu sungguh luar biasa. Setiap langkah hidup yang dijalaninya semuanya baik dan menyenangkan. Kenapa? Karena ia punya dua senjata yang hebat, yaitu SYUKUR dan SABAR. Kala ia senang dan mendapat limpahan nikmat ia bisa menyikapinya dengan penuh rasa syukur sehingga itu tidak membuatnya lupa diri. Saat ia ditimpa musibah, cobaan, ujian, masalah, ia bisa menyikapinya dengan baik tanpa harus menyalahkan Allah atau siapapun. Itu tidak menjadikannya putus asa karena ia bisa menyikapinya dengan senjata sabar. Subhanallah...

Hmmm.... Sekarang kita sedang menunggu endingnya kan Sayang. Tapi, apapun kehendak Sang Sutradara dalam membuat cerita selanjutnya kita hanya bisa pasrah dan berdoa agar kita mendapat kebahagiaan yang kita idam-idamkan. Ini memang tidak mudah, kita merasakan betapa kita sering merasa ada rasa-rasa ketidak enakan dalam diri kita masing-masing. Kadang tiba-tiba rasa cemburu datang yang menjadikan kita adu mulut dan adu argumen dengan sengit. Kadang ada rasa curiga yang begitu besar di hati kita. Kita memang sedih dengan keadaan ini tapi mari kita jadikan ini sebagai kesempatan yang mahal yang sedang Tuhan berikan agar kita banyak berkarya membuat sesuatu yang berharga bahkan sangat berharga untuk kehidupan dan sebanyak-banyak makhluk Allah di alam ini. Mari kita jaga anak kita dengan sepenuh cinta dan kasih sayang, agar ia tumbuh dengan baik. Jangan pernah mengeluhakan karena kita jauh, toh anak kita hanyalah titipan yang diamanahkan Allah kepada kita, Allahlah yang Maha Kuasa untuk menjadikan anak kita seperti apa. Tugas kita hanyalah menjaganya agar ia tumbuh baik dan tidak menyimpang dari keharusannya sebagai makhluk Allah yang harus memenuhi tigas ketaatannya sebagai hamba Allah SWT. 

Kedekatan hati kita bertiga adalah bukti bahwa Tuhan turun tangan untuk mendekatkan hati kita walaupun raga kita berjauhan. Tetaplah optimis dalam menatap masa depan. Kebahagiaan tidak pernah mengenal usia dan waktu. Bahkan seandainya pun Tuhan tidak berkenan menyatukan kita di dunia ini kita masih punya harapan besar kalau Allah akan menyatukan kita di surga-Nya nanti. Semoga...:)

Disarikan dari penuturan seseorang yang sangat dekat dengan penulis. Mudah-mudahan bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar